Chereads / Cinta, Tugas dan Pengorbanan / Chapter 3 - Bab 01

Chapter 3 - Bab 01

Jakarta - Indonesia

GEDUNG GRAHA ZENI TNI AD

"Pastikan semuanya aman dan jangan sampai bapak dan keluarga kenapa-kenapa, mengerti?" tanya Afgan yang sedang memperingati salah satu dari ajudannya.

"Siap laksanakan." jawab Rian salah satu dari ajudannya Afgan.

"Baik, saya sendiri harus memantau ke seluruh gedung ini." kata Afgan.

Empat Puluh Lima Menit Kemudian..

GEDUNG GRAHA ZENI TNI AD

"Hari ini adalah hari ulang tahun anak saya yang kedua, sehat selalu, murah rezeki, dan berguna bagi nusa dan bangsa, restu ayah bersamamu putraku." kata pak Roy yang memberikan sambutan.

"Iya ayah, terimakasih dengan semua ini, tapi ayah ada satu yang kurang ayah." sambung Dimas.

"Yang kurang, apa itu putraku?" tanya pak Roy penasaran.

"Mbak Ayu, ayah." jawab Dimas yang sangat merindukan kehadiran kakaknya.

"Saya harus memberikan kabar pada pak Andi." kata Wahyu.

"Afgan.."

"Siap pak." jawab Afgan.

"Ayah saja jangan pak." keluh pak Faisal pada Afgan.

"Maaf pak, kita sedang bertugas jadi, saya tidak bisa memanggil ayah." kata Afgan.

"Ya sudah, saya kesini ingin bertanya apakah semuanya aman?" tanya pak Faisal memastikan.

"Ya semuanya sudah saya periksa dan semuanya juga aman pak, banyak yang mengawasi di depan." jawab Afgan.

"Bagus, baiklah sekarang kamu lanjutkan tugasmu dan saya akan melanjutkan tugas saya menjaga pak Roy." pinta pak Faisal.

"Laksanakan pak." kata Afgan patuh.

**

[Andi : Tunggu aba-aba dari saya, setelah itu baru, ingat sasaran utama kita adalah Jendral Roy.]

Kata Andi memberi perintah pada Wahyu.

[Wahyu : Baik pak, laksanakan.]

Kata Wahyu patuh.

**

"Sekarang silahkan nikmati jamuan yang sudah di hidangkan, terimakasih." kata pak Roy.

**

[Andi : Sekarang tembak..]

Kata Andi yang memberikan perintah pada Wahyu, agar Wahyu menembak pak Roy.

[Wahyu : Baik pak.]

Kata Wahyu yang melaksanakan perintah dari Andi untuk menembak pak Roy.

**

Wahyu pun melaksanakan perintah dari Andi (pemimpin militan radikal) yang ingin membalas dendam pada pak Roy.

Wahyu memegang pistol dan siap menembak ke arah pak Roy, pak Faisal yang melihat pak Roy ingin di tembak oleh Wahyu segera menyelamatkan pak Roy, dan pak Faisal lah yang terkena tembakan Wahyu, Afgan yang mengetahui ayahnya kena tembak berlari ke arah ayahnya.

Sebelum pak Faisal menghembuskan nafas terakhir, pak Faisal menginginkan anak pertamanya (Arsya) pulang ke Indonesia untuk berkumpul bersama keluarga di Indonesia. Lalu pak Roy juga meminta Afgan untuk menjalankan misi yaitu menjaga putri pertamanya dari kelompok militan radikal.

Afgan menolak permintaan dari pak Roy, lalu pak Roy memberitahu Afgan, kalau kakak yang Afgan cari berada di Belanda. Akhirnya Afgan pun melaksanakan perintah dari pak Roy dengan cara menyamar sebagai mahasiswa di Belanda.

GEDUNG GRAHA ZENI TNI AD

"Pak Roy..!!" teriak pak Faisal menyelamatkan pak Roy.

"Ayah..!!" teriak Afgan yang melihat pak Faisal terbaring dengan luka tembak.

"Afgan sebelum ayah pergi, ayah ingin kamu mencari kakakmu, dia adalah saudara kandungmu, kalian terpisah dari kecil, ayah ingin kamu mencarinya dan membawanya pulang, dia berada di Belanda, bersama ibumu." pinta pak Faisal menghembuskan nafas terakhirnya.

"Ayah..!!" teriak Afgan lagi yang menangisi kepergian ayahnya.

Keesokan Harinya..

MARKAS BESAR TNI AD

"Assalamu'alaikum, permisi pak Roy, ada apa pak Roy memanggil saya, dan apa yang bisa saya bantu untuk pak Roy?" tanya Afgan.

"Wa'alaikumussalam, silahkan masuk Afgan, jadi seperti ini, saya mempunyai seorang putri yang bernama Ayu, dia kuliah di Belanda dan saya memberikan tugas untuk kamu yaitu untuk melindungi putri saya dari ancaman Andi, Andi adalah pemimpin militan radikal." jawab pak Roy.

"Maaf pak, saya tidak bisa, karena saya ingin mencari.." kata Afgan yang dipotong perkataannya oleh pak Roy.

"Ya saya sudah tau, ayahmu sudah menceritakan semuanya pada saya dan Belanda ada hubungannya dengan tugasmu Afgan." kata pak Roy yang memotong perkataan dari Afgan.

"Maksudnya bapak, kakak saya?"

"Ya, kakakmu ada di sana, di Belanda, dan saya baru saja mendapatkan informasi kalau kamu mempunyai keponakan bernama Rama Adhi Saputra."

"Baiklah pak, saya terima tugas dari bapak untuk melindungi putri bapak dari militan radikal." kata Afgan yang berubah pikiran.

"Baik, kalau begitu besok kamu berangkat." pinta pak Roy.

"Baik pak." kata Afgan patuh.

DI RUMAH PAK FAISAL

"Ayah sebentar lagi keinginanmu akan terwujud dan aku berjanji akan membawa kakak pulang ayah." kata Afgan yang mengucapkan sebuah janji di hadapan foto pak Faisal, diruang kerjanya.

Keesokan Harinya..

Amsterdam - Belanda

Di Bandara..

"Akhirnya sampai juga di bandara." kata Afgan yang sudah sampai di belanda.

DI RUMAH PAK ROY

" Besok saya sudah mulai masuk kuliah dan sebagai mahasiswa. " kata Afgan di dalam hati.

Keesokan Harinya..

UNIVERSITAS AMSTERDAM

"Reihan kalah dan hukumannya adalah menjahili mahasiswa yang akan masuk ke kampus." kata Rama.

"Oke siapa takut." sambung Reihan.

"Oke, kalau begitu dimulai dari sekarang."

"Oke.."

Afgan masuk ke kampus (Universitas Amsterdam) dan Reihan pun menjahili Afgan yang kalah lomba balap lari, salah satu dari teman Rama dan Ayu (Reza) mengira kalau Afgan itu adalah dosen baru untuk jurusan Accountancy and Control (akuntansi).

Lalu dikelas pak Tito memperkenalkan Afgan pada Rama, Ayu, dan teman-temannya sebagai mahasiswa. Afgan pun meminta Ayu menjadi temannya, Ayu pun menolak untuk berteman dengannya.

Tak beberapa lama akhirnya Ayu menerima Afgan menjadi temannya, karena Afgan sudah menyelamatkan Rama yang akan jatuh dari gedung Universitas Amsterdam.

Di Depan Universitas Amsterdam..

"Eh tunggu dulu itu kan dosen Accountancy and Control, yang artinya itu dosen kita yang baru." kata Reza yang mengira Afgan adalah dosen mereka yang baru di Universitas Amsterdam.

"Haduh mati kita.." sorak Rama, Ayu, dan Tasya bersamaan.

"Hai itu kan punya ku hem." keluh Reza.

"Hehe.." Rama, Ayu, dan Tasya hanya tertawa.

"Ya sudah kita hentikan saja Reihan." kata Tasya yang mulai panik.

"Yuk za." ajak Rama.

Beberapa Jam Kemudian..

Di Ruang 209..

"Selamat pagi anak-anak." kata pak Tito.

"Selamat pagi pak Tito." sambung semua mahasiswa.

"Hari ini bapak ingin mengenalkan kalian kepada teman baru kalian, perkenalkan namamu dan darimana kamu berasal." pinta pak Tito.

"Baik pak." kata Afgan patuh.

"Selamat pagi teman-teman, perkenalkan nama saya Afgan Syah Reza, saya biasa di panggil Afgan, saya berasal dari Jakarta, Indonesia." kata Afgan yang memperkenalkan diri di depan kelas.

"Maaf pak Tito, saya potong, saya ingin bertanya boleh?" tanya Rama.

"Tentu saja Adhi, boleh." jawab pak Tito.

"Maaf usianya berapa, kenapa baru kuliah?" tanya Rama lagi.

"Saya berusia tiga puluh empat tahun, saya baru kuliah, karena saya bekerja terlebih dahulu dan saya juga menabung untuk kuliah, pasti kalian bertanya-tanya kenapa saya bisa kuliah di Universitas Amsterdam, bukan?" tanya Afgan juga.

"Ya, tolong di jawab yang itu juga." pinta Ayu.

"Saya mendapatkan beasiswa." jawab Afgan.

"Oh..!!" sorak semua mahasiswa.

"Baik, apakah ada pertanyaan lagi anak-anak?" tanya pak Tito.

"Sudah tidak ada pertanyaan lagi pak." jawab semua mahasiswa.

"Baik, sekarang kamu boleh duduk Afgan."

"Baik pak, terimakasih."

Di Kantin Kampus..

"Hai Ayu." kata Afgan menyapa Ayu.

"Iya Afgan, ada apa?" tanya Ayu.