"Ayu.."
"Iya hiks.. Hiks.." jawab Ayu sambil menangis ketika Afgan menyapanya.
"What's up, why are you crying?" tanya Afgan.
"I don't know Afgan has to tell you from nowhere, because there are two who causes me to cry, hiks.." jawab Ayu yang masih menangis.
"Can it be?" tanya Ayu.
"Of course, I'm happy to listen to your complaints because you are my best friend." jawab Afgan.
"Oke yang pertama, ketika aku sedang mencari Rama, aku melihat Eka di taman kampus mesra sekali, tanpa dia tahu aku sudah menyukai Rama dari pertama kali aku berkenalan dengannya Afgan." Ayu menceritakannya pada Afgan yang cemburu ketika melihat Rama dan Eka bermesraan.
"Okay are you jealous?" tanya Afgan memastikan.
"Yes of course Afgan, I'm jealous of seeing Rama and Eka making out in front of my eyes hiks.." jawab Ayu masih menangis.
"Okay I know, then change so he can fall in love with you." kata Afgan.
"You mean?"
"You turn beautiful like Eka, starting from your style of appearance from head to toe then don't forget to dress up."
"Do you mean dressing up using makeup so?"
"Yes, I mean, you dress up using makeup."
"How do you not want to dress up using makeup, you want to help me?"
"Yes of course I will help you."
"Is it true that Afgan, you want to help me and teach it to dress up using makeup?"
"Yes I will help you but not for makeup because it's not my skill, I'm a man but don't worry I have friends who can teach you dress up using makeup."
"Is it true, when?"
"Later home from college."
"Okay agree ..." kata Ayu yang mulai merasa lega tapi sedikit merasa sedih karena satu hal.
"Baiklah sekarang yang kedua, ceritakan padaku." pinta Afgan.
"Kau tahu aku adalah anak seorang jendral, aku merasa tidak di inginkan oleh ayahku hiks.." kata Ayu yang mulai menceritakannya pada Afgan (cerita kedua).
"Oke.. Lalu?"
"Ayahku menginginkan seorang putra tapi ibu melahirkan seorang putri yaitu aku, aku berusaha menjadi laki-laki seperti yang dia mau tapi itu semua sia-sia."
"Sia-sia maksudnya?"
"Iya ketika adikku laki-laki lahir aku seperti di buang oleh ayahku, makannya setelah aku lulus SMA, aku memutuskan untuk kuliah di sini, di Belanda agar jauh dari ayahku, aku sangat merindukannya Afgan, huwa.."
"Okay so you miss him very much now?"
"Yes of course I miss it very much."
"Okay why aren't you trying to talk to him just by telephone Ayu, who knows your father really miss you, I mean missing his daughter far in the country's country?"
"I have vowed if he came here and said he missed me very much, I would also take everything I complained about me and I would also tell him I was very longing for him, he really loved him, Afgan."
"Really?"
"Yes of course."
"Okay if so prominent to me if your father really comes to the Netherlands you will say everything is in accordance with what you told me earlier, how to agree?"
"Of course I agree, thank you afgan."
"Thank you, for what?"
"Because you have listened to my story, complained about me."
"Ya sama-sama, ayo kita masuk ke kelas sebentar lagi pelajaran akan segera di mulai." kata Afgan.
"Oke, ayo.." sambung Ayu.
" Aku akan membawa ayahmu Ayu, itu janjiku padamu. " kata Afgan dalam hati.
Mata kuliah terakhir pun berakhir, Afgan membawa Ayu ke rumah Titah, sebelumnya Afgan menemui Titah terlebih dahulu sebelum masuk ke kalas terakhir meminta bantuannya untuk mengubah Ayu menjadi cantik.
Titah setuju untuk membantu Afgan dan merubah Ayu menjadi cantik sepertinya. Sesampainya di rumah Titah, Afgan meninggalkan Ayu. Tak lupa Afgan juga menelepon pak Roy (ayah Ayu) yang ternyata Tiara mendengarkan percakapan keduanya lewat telepon.
Tiara mengetahui kalau ternyata Afgan adalah adik iparnya seorang putra yang di rindukan oleh ibu mertuanya dan juga suaminya. afgan meminta Tiara untuk merahasiakan identitasnya saat ini demi misinya yang melindungi Ayu dari kelompok militan radikal.
DI RUMAH TITAH
"Ini rumah temanmu Afgan?" tanya Ayu.
"Ya ini rumah temanku, kenapa?" tanya Afgan juga.
"Enggak apa-apa.." jawab Ayu.
"Excuse me ..." kata Ayu.
"Assalamu'alaikum." sambung Afgan.
"Wa'alaikumussalam." jawab Titah.
"Miss Titah Kesumawardani." seru Ayu yang terkejut mendapati Titah yang keluar dari rumahnya.
"Yes Ayu, this is my house, Afgan who asked me to help you and I also asked Afgan to deliver you to my house, oh yeah, let's enter." kata Titah mempersilakan Ayu masuk ke dalam rumahnya.
"Okay miss Titah Kesumawardani.." seru Afgan dan Ayu bersamaan.
"I...." kata Afgan yang terpotong perkataannya oleh Titah.
"And you...." kata Titah memotong perkataan Afgan.
"Yes Miss...."
"Just outside. This is for women not for men, okay Mr. Afgan Syah Reza."
"Okay Miss...."
----
"Leg me nu eens uit wat er echt aan de hand is, gisteren vertelde meneer Afgan me slechts kort omdat ik erom vroeg en omdat ik het zelf van je wilde horen." pinta Titah.
"Oké juffrouw, ik zal je vanaf het begin alles vertellen. Mijn vader was een generaal en mijn vader wilde ook een zoon en ik werd geboren. Nadat ik van school was afgestudeerd, besloot ik in Nederland te gaan studeren om weg te zijn van mijn vader, nu mis ik hem echt juffrouw. Aan de andere kant werd ik verliefd op mijn mannelijke vriend die ik al heel lang kende. Hij is mijn klasgenoot op de campus van Miss. Verander me alsjeblieft om te zijn zoals je mist." Ayu menceritakan semuanya pada Titah.
"Veranderen zoals ik, wacht je bedoelt dat je mooi wilt zijn?" tanya Titah.
"Ja juffrouw, help me alstublieft juffrouw. Ik smeek u." jawab Ayu.
"Oke ik zal je helpen. Bent u klaar?"
"Ja, ik ben er klaar voor, juffrouw."
"Oké, dan ga je nu met me mee naar mijn kamer."
"Oke mevrouw."
----
DI RUMAH ARSYA
Di Kamar Afgan..
Tok.... Tok.... Tok.... Tok....
Suara pintu kamar Afgan di ketuk.
"Iya masuk saja tidak di kunci." kata Afgan.
"Maaf nak, ibu menganggu mulai ya?" tanya ibu Nurmala.
"Tidak bu, silahkan apakah ada yang bisa aku bantu?" tanya Afgan.
"Saya ingin bercerita padamu tentang apa yang ada di dalam pikiran ibu. Boleh?"
"Oh ya tentu saja boleh, tunggu sebentar ya." kata Afgan.
"Iya nak...."
Di Halaman Samping Rumah..
"Sayang...." kata Arsya.
"Iya sayang, kenapa?" tanya Tiara.
"Ibu dimana?" tanya Arsya.
"Entah, aku juga tidak melihat ibu. Ibu mungkin ada di kamar sayang. Oh ya ini ada cemilan dan ada teh hangat untukmu suamiku."
"Okay terimakasih sayang."
"Ya sama-sama sayang."
"Iya sama-sama sayang, hehe...." kata Rama yang tidak sengaja mendengar perkataan ayah dan ibunya.
"Rama...." seru Tiara dan Arsya bersamaan.
"Hehe...." Rama hanya tertawa.
"Kamu ini ya. Kenapa kamu baru pulang? Lihat itu Eza sudah ada di rumah sementara kau?" tanya Tiara.
"Iya deh..." keluh Rama.
"Ya sudah sana masuk ke dalam." kata Arsya.
"Oh ya pah, si cantik kemana?" tanya Rama.
"Cantik?" tanya Arsya.
"Iya pah...." jawab Rama.
"Si cantik itu siapa?" tanya Arsya lagi.
"Ibu mertua, sayang." jawab Tiara.
"Kamu tidak perlu tanya pada kami. Sebab kami juga sedang mencari ibuku. begrijpen?"
"Ja papa, adhi begrijpt. Oké, dan ga ik gewoon naar de kamer, maar daarvoor zal ik Afgan ontmoeten voordat ik naar de kamer ga."
"Het is aan jou hmm...." keluh Arsya.
Dan di rumah Titah, Titah sudah selesai mendandani Ayu yang kini telah menjadi cantik. Serta Titah jugalah yang sudah mengajarinya berdandan dengan make-up agar menjadi cantik, bahkan lebih cantik dari perempuan yang di kejar-kejar oleh Rama di kampusnya.
Selesai Ayu dari rumah Titah dan pulang atau kembali ke asramanya, setelah sampai di asrama barulah Ayu menelepon Afgan untuk mengabari kalau dirinya siap untuk datang ke kampus dengan tampilannya yang baru.