Chereads / Cinta, Tugas dan Pengorbanan / Chapter 7 - Bab 07

Chapter 7 - Bab 07

"Iya aku tahu, oh ya yang sopan Rama, itu ibumu kan?"

"Ya selalu begitu padahal aku ingin menganggap keluarga sebagai temanku juga, ternyata kalian sama tidak asiknya ya, ya sudah bye.." kata Rama yang pergi meninggalkan Afgan dan Tiara di dapur.

"Hai mau kemana kau, bantu ibumu dulu nak?"

"Sudah kak biarkan saja, biar saya bantu."

"Terimakasih." kata Tiara.

"Sama-sama kak."

Di Meja Makan..

"Alhamdulillah.." kata Afgan.

"Kenyang.." sambung Rama.

"Oh iya Afgan ada yang ingin saya bicarakan dengan anda sebentar saja ini soal anak ini." pinta Arsya pada Afgan yang melirik ke arah anaknya (Rama).

"Baik kak, siap." kata Afgan patuh.

" Kira-kira papa akan membicarakan apa ya dengan paman ini? " tanya Rama dalam hati dengan curiga.

"Ya sudah kalau begitu ikut denganku sekarang dan untukmu Rama.."

"Yes daddy, why?" tanya Rama.

"Take on the dining table after putting it in the kitchen and you can just go to your room, the mother will take your grandmother to her room so you're on, let's come with me ..." jawab Arsya.

"Okay brother, spirit, Rama, bye.." kata Afgan.

Di Ruang Keluarga..

"Saya ingin meminta tolong padamu ubah lah kebiasaan buruk Rama yang selalu melawan aku, papa nya." kata Arsya memohon pada Afgan.

"Maaf tuan bangunlah jangan begini, jangan bersujud padaku, aku akan membantu tuan merubah anak tuan." sambung Afgan.

"Benarkah itu Afgan?" tanya Arsya.

"Yes of course brother, I mean Mr. Arsya .." jawab Afgan.

"Thanks Afgan." kata Arsya.

"You are welcome." sambung Afgan.

"Okay then I excuse me to go to the room first."

"Okay.." seru Afgan.

Afgan pun kembali ke kamarnya, di perjalanan menuju ke kamarnya Afgan melihat ibu Nurmala sedang memandangi foto kecil Afgan.

Afgan menghampiri ibu Nurmala, di saat itulah ibu Nurmala menangis di pelukan Afgan dan untuk pertama kalinya Afgan memeluk ibu kandungnya.

Di Ruang Tengah..

"Ibu.. Sedang apa di sana, itu kan foto kecilku." kata Afgan.

"Assalamu'alaikum ibu.." Afgan memberikan salam pada ibu Nurmala.

"Wa'alaikumussalam Eza.." ibu Nurmala menjawab salam dari Afgan.

"Ibu sedang apa di sini?" tanya Afgan.

"Nak.." ibu Nurmala pun menangis di pelukan Afgan.

"Loh ibu, kenapa ibu menangis?" tanya Afgan lagi yang memeluk ibunya.

"Andai aku tidak pernah meninggalkan dia nak pasti ibu tidak akan terpisah darinya dan demi seorang perempuan jahat itu pasti pernikahan aku dan suamiku akan baik-baik saja.." jawab ibu Nurmala.

" Apa yang di maksud dengan ibu itu adalah mama Yasmin, ada apa ini sebenarnya dan sepertinya ada yang tidak aku ketahui tentang semua ini, aku harus mencari tahu langsung dari ibuku sendiri.. " kata Afgan dalam hati.

"Nak boleh ibu menceritakannya padamu?" tanya ibu Nurmala.

"Tentu saja ibu, ceritakan semuanya dan keluarkan keluh kesah ibu." jawab Afgan.

**Flashback on**

Beberapa Tahun Yang Lalu..

DI RUMAH PAK FAISAL

Di Ruang Tengah..

"Apo jadi bana yo kecurigaan ambo selama iko kok tanyato uda faisal lah basalingkuah dangan padusi murahan sarupojo inyo iko, malah diam-diam kalian lah menikah indakjo sepengetahuan ambo, uda sampai ati bana dangan ambo jo anak-anak kito da.." kata ibu Nurmala yang marah sekaligus kecewa dengan suaminya.

"Maap nurmala, maap.. Ambo mintak maap pado waang bana lai uda kilaf.." kata pak Faisal meminta maaf pada ibu Nurmala.

"Baiak kini uda musiti piliah ambo atau inyo nan barado di rumah iko sebagai istri jo amak nagara uda di rumah iko.." kata ibu Nurmala memberi pilihan untuk pak Faisal.

"Ambo tatap mamiliah waang sebagai amak nagara di rumah iko sayang jo ambo jua nan menginginkan waang untuak tatap barado di rumah iko sayang, tapi.." kata pak Faisal yang berhenti meneruskan perkataannya karena takut menyakiti hati ibu Nurmala.

"Tapi apo da, dek da?" tanya ibu Nurmala.

"Maap bana lai sayang, Yasmin kini hamil anak ambo, jadi waang nan tatap tingga di rumah iko basamo dangan anak kito jo ambo nan ka tingga basamo dangan inyo di rumah inyo sampai Yasmin malahiakan." jawab pak Faisal.

"Apo..!! Padusi murahan tu wakatu iko sadang hamil anak waang da jo tadi waang etoang apo waang tingga di rumah inyo tu, samo sajo waang mamiliah padusi murah tu dari pado ambo da, istri sah uda baiak kok tu namuah uda, ambo ka pai dari rumah iko kini jua." kata ibu Nurmala yang mengancam akan meninggalkan rumah dan menuju ke kamar.

"Jan sayang.. Ndak sarupojo tu mukasuik uda, sayang.." kata pak Faisal yang mencoba menghentikan langkah untuk menuju ke kamar.

Di Kamar Pak Faisal Dan Ibu Nurmala..

"Ambo lah indak paduli uda.. lah cukuik mano janji uda pado apak ambo mano, daulu sebelum uda menikah dangan ambo uda berjanji indak ka menyakiti ati ambo jo jua uda tatap mamiliah ambo walaupun nantinya uda memiliki padusi lain nan labiah rancak dari ambo mano janji uda tu mano.. lah cukuik da ambo ka pai basamo dangan anak kito." kata ibu Nurmala yang masuk ke dalam kamar dan memasukan pakaiannya ke dalam koper.

"Jan bao anak kito sayang, waang jua jan pai dari rumah iko, maap iko kasado memang salah ambo sayang.. ambo muhun jan sayang.." kata pak Faisal memohon pada istrinya agar tidak pergi dari rumah juga meninggalkan nya.

"Baiak uda ambo indak ka mambao kedua anak kito pai dari uda, salah ciek dari anak kito ka tingga basamo dangan uda basamo dangan padusi tu di rumah iko kok untuak tatap tingga di rumah iko maap uda ambo indak bisa semoga uda sanang basamo dangan inyo padusi murahan tu, jago Afgan da, salamaik tingga.." kata ibu Nurmala meninggalkan pak Faisal.

"Sayang ambo muhun jan sayang.." pak Faisal mengejar ibu Nurmala yang pergi meninggalkannya.

**Flashback off**

Pada Saat Ini..

Masih Di Ruang Tengah..

"Dan saat kejadian itu saya dan anak kedua saya terpisah karena kesalahan saya yang tidak membawanya juga dan membiarkan suamiku merawatnya bersama dengan perempuan itu, sakit hati saya nak jika mengingat kembali." kata ibu Nurmala yang masih menangis di pelukan Afgan.

"Jadi ibu mempunyai dua orang anak dan sekarang dia tinggal bersama ayah nya di Indonesia, berarti Rama mempunyai paman?" tanya Afgan.

"Iya Rama mempunyai paman dan namanya sama sepertimu nak, yaitu Afgan." jawab ibu Nurmala.

" Oh jadi yang menyebabkan ibu kandungku pergi dari rumah adalah ibu tiriku. " kata Afgan dalam hati.

"Nak.. Boleh saya menganggap kamu sebagai anakku juga untuk mengobati rasa rinduku pada anak kedua ku?" tanya ibu Nurmala.

"Ya tentu saja ibu boleh dengan senang hati." jawab Afgan.

"Alhamdulillah.." kata ibu Nurmala yang perasaannya mulai tenang.

" Ibu akan kembali ke rumah itu janjiku bukan pada ayah saja tapi juga berjanji pada ibu. " kata Afgan dalam hati.

Keesokan Harinya..

Saat jam istirahat di kampus Ayu melihat Rama dan Eka sedang bersama mereka mesra sekali membuat Ayu cemburu tetapi tidak bisa berbuat apapun.

Afgan akhirnya datang dan mendengarkan semua keluh kesah dari Ayu, akhirnya Afgan membawa Ayu ke rumah Titah untuk mengajarinya berdandan layaknya perempuan pada umumnya.

UNIVERSITAS AMSTERDAM

"Rama dimana sih? Nah itu dia, Ram.. Itu kan Eka kenapa mereka terlihat mesra sekali sih hmm.." kata Ayu cemburu saat melihat Rama dan Eka.

"Huwa.. Hiks.. Hiks.. Huwa.. Hiks.." Ayu menangis.