Chapter 4 - Chapter 3

"Hiyaat"

Di pagi hari di sebuah lapangan yang cukup dibelakang rumah yang cukup besar, terlihat seorang remaja tengah berlatih bela diri.

"Selamat pagi master hmm apa yang sedang kau lakukan?"(Saber)

"Selamat pagi saber. Sepertinya yang kau lihat aku sedang latihan."(Durwiyata)

"Latian? Kalau begitu master kenapa kita tidak melakukan latihan bersama."(Saber)

"Latian bersama? Kau dan aku baiklah mungkin ini akan menjadi pelajaran yang menarik."(Durwiyata)

"Baiklah siapkan dirimu master."(Saber)

Saber dan durwiyata mulai mengambil sikap bertarung. Durwiyata mulai menyerang duluan dengan sebuah pukulan yang menuju ke wajah saber tapi serangan itu di hindari dengan mudah oleh saber.

"Pukulan yang bagus master."(Saber)

"Terima kasih atas pujianmu tapi aku belum selesai menyerang."(Durwiyata)

Dengan cepat durwiyata merubah pola serangnya tapi dengan mudah saber menghindar semua serangannya.

"Baiklah master ini giliranku untuk menyerang aku harap kau mampu menghindari seranganku."(Saber)

Dengan cepat menyerang durwiyata. Dan sebuah pukulan dari saber mengenai perut durwiyata tapi dengan cepat durwiyata membalas serangan saber dengan sebuah tendangan. Tendangan itu mengenai saber. Tapi pukulan dari saber berhasil membuat durwiyata tersungkut ke tanah.

"Cukup sampai disini master untuk latihannya."(Saber)

"Baiklah."(Durwiyata)

Durwiyata mulai berdiri dengan memegang perutnya yang masih sekat karena pukulan saber.

"Sepertinya aku sedikit berlebihan dalam latian tadi master."(Saber)

"Tidak saber kau tidak berlebihan lagipula dari awal aku juga menerima proposal mu untuk melakukan latihan tadi."(Durwiyata)

Durwiyata dan saber pun duduk diteras rumah.

"Oh iya saber kemarin malam aku tidak melihatmu apakah kamu pergi ke suatu tempat?."(Durwiyata)

"Maaf karena tidak memberitahumu master kemarin malam aku hanya melihat keadaan negeri ini."(Saber)

"Oh begitukah dan saber apa pendapatmu tentang negeri ini?."(Durwiyata)

Saber bingung dengan pertanyaan yang tiba-tiba di ajukan durwiyata

"Pendapatku hmm. Negeri ini telah menjadi lebih baik dari aku bayangkan saat aku mati."(Saber)

"Begitukah."(Durwiyata)

Raut wajah durwiyata seperti tidak puas mendengar jawaban dari saber

"Gawat aku sudah telat aku segera pergi sekolah."(Durwiyata)

Durwiyata dengan buru-buru meninggalkan saber sendiri diteras rumah.

"Aku berangkat."(Durwiyata)

"Hati-hati dijalan dur."(ibu)

"Baik bu."(Durwiyata)

Durwiyata dengan santai pergi ke sekolah.

"Master kau tidak lupakan tentang nanti malam."(Saber)

Durwiyata kaget mendengar suara saber yang tiba-tiba mengajukan pertanyaan.

"Ya saber aku tidak lupa bahwa perang telah dimulai. Dan saber kau dimana aku tidak melihatmu dimanapun."(Durwiyata)

"Aku sedang dalam wujud rohku."(Saber)

"Begitukah. Saber apakah kau tidak butuh makan dan tidur?. Dan apakah tau tentang perubahan yang terjadi di zaman sekarang?."(Durwiyata)

"Kau tidak perlu khawatir tentang itu master pada dasarnya servant tidak memerlukan makan dan tidur. Dan servant yang terpanggil dalam Perang Cawan Suci akan mendapatkan semua informasu tentang perubahan yang terjadi."(Saber)

"Begitukah. Baiklah kalau begitu saber kita harus menyusun rencana untuk perang nanti malam."(Durwiyata)

"Baik master."(Saber)

◇ ◆ ◇ ◆ ◇ ◆ ◇ ◆

"Archer dimana kau archer!."

Teriak seorang pria dengan memanggil nama archer dilorong sebuah mansion. Pria tersebut berhenti didepan sebuah ruangan yang tertutup dan dia mulai membuka pintu ruangan tersebut dengan pelan. Dan di dalam ruangan tersebut ada seorang pria dengan wajah tampan dan tubuh atletis sedang berkumpul dengan berbagai wanita.

"Archer!!. Kalian semua keluar dari ruangan ini."

Bentak pria tersebut pada semua wanita yang ada diruangan teesebut. Para wanitapun keluar dan menyisahkan kedua pria tersebut.

"Ahh kenapa kau slalu menganggu waktuku

bersenang senang master."(Archer)

"Archer kita harus segera pergi. Perang telah dimulai dan kau hanya bermain dengan wanita wanita itu. Sekarang waktunyabuntuk menyusun rencana dan mengumpulkan informasi."(Master)

"Tenanglah bukannya kau terlalu panik tentang perang ini. Santai saja kau kira siapa aku. Aku adalah putra dari salah satu pandawa Arjuna dan cucu dari Batara Brama."(Archer)

"Baiklah aku percayakan semuanya padamu. Tapi kita akan pergi sekarang segera kenakan pakainmu aku menunggu diluar."(Master)

"Baiklah baiklah aku akan segera menyusulmu nanti."(Archer)

Jawab archer dengan nada malas.

"Baiklah aku pergi dulu."(Master)

"Dasar master yang tidak sabaran."(Archer)

Pria tersebut segera meninggalkan archer diruangan tersebut sendirian.

◇ ◆ ◇ ◆ ◇ ◆ ◇ ◆

Malam hari di Trowulan.

"Apakah benar perang telah dimulai?"(Durwiyata)

"Kita sudah diberitahu oleh Ruler bahwa perang resmi dimulai tengah malam tadi."(Saber)

"Meskipun begitu aku tidak melihat master dan servant disekitar sini."(Durwiyata)

Durwiyata dan Saber yang sedang berjalan dimalam hari untuk mencari master dan servant yang ikut dalam perang ini. Tiba tiba terdengar sebuah suara langkah kaki kuda yang mendekat ke arah durwiyata dan saber.

"Master."(Saber)

Saber yang menghentikan langkah kaki durwiyata.

"Ada apa saber?"(Durwiyat)

"Aku merasakan hawa keberadaan sebuah servant!"(Saber)

"Benarkah dimana?"(Durwiyat)

Saber yang tidak menjawab pertanyaan durwiyata. Saber sedang fokus untuk mencari darimana arah dari hawa keberadaan servant itu. Dan tiba tiba servant itu muncul dibelakang durwiyat dengan seekor kuda hitam.

"Awas master!! Dibelakangmu."(Saber)

Dengan cepat saber menyelamatkan masternya dari hentakan kaki kuda yang ditujukan kepadanya.

"Terima kasih saber."(Durwiyata)

"Master sebaiknya kau menjauh dari sini mungkin petarungan ini akan melukaimu."(Saber)

"Baik saber."(Durwiyata)

Durwiyat mulai menjauh dari tempar saber berada.

"Bukankah menyerang dari belakang bukan tindakan seorang ksatria."(Saber)

"Apa yang kau katakan saber dalam perang semua itu adil. Apapun cara yang kau gunakan."

"Hmm. Sepertinya kau orang telah mengikuti banyak peperangan bukan? Dan dari kulihat mungkinkah kelasmu Rider?"(Saber)

"Kau benar kelasku adalah rider. Baiklah saber mari kita betarung."(Rider)

"Ternyata benar rider sepertinya kuda tersebut adalah salah satu Noble Phantasm akan lebih mudah jika mengetahui wajahnya tapi sayangnya dia memakai topeng sehingga aku tidak tau seperti apa wajahnya"(Saber)

"Baiklah mari kita bertarung."(Saber)

Saber yang menerima tantangan rider segera mengambil keris di pinggangnya. Rider mulai turun dari kudanya dan mengambil keris di pinggangnya. Saber dan rider mulai mendekat satu sama lain.

"Aku pikir kau akan menyerang dengan menggunakan kudamu."(Saber)

"Rasanya tidak sopan betarung menggunakan kuda sedangkan musuhku hanya menggunakan keris."(Rider)

"Setelah aku pikir kau memiliki jiwa ksatria rider. Baiklah terima ini rider."(Saber)

Saber langsung menerjang tanpa mengedipkan mata. Kecepatannya di luar akal sehat, hingga sosoknya hanya terlihat seperti kelebat bayangan. Kerisnya diayunkan membelah udara, tepat mengarah ke urat nadi Rider.

Tapi Rider melintangkan kerisnya dengan refleks yang tak kalah kilat. Ia berhasil menepis serangan tepat waktu, lalu memutar senjatanya dengan gerakan semulus aliran air. Sekejap kemudian, giliran ia yang mengincar urat nadi Saber.

Namun Saber bukanlah Saber jika takluk hanya karena serangan balik yang sederhana. Dengan otot lengan dan seluruh tubuh yang seperti baja, ia membalik arah ayunan keris yang seharusnya masih terpental oleh momentum. Pria itu menghantam dahsyat bilah kerisnya yang melesat ke arahnya, hingga percikan emas-hijau dan hitam tercipta.

Gaya dorong yang diakibatkan oleh hantaman tersebut memaksa kedua Pelayan bergerak mundur – tepatnya satu langkah. Mereka mengembalikan kuda-kuda, menarik napas sejenak, sekaligus mempelajari satu sama lain. Hanya beberapa saat, dan kali ini Rider yang memulai serangan.

Rider mulai menyerang dengan cepat dan mengarahkan kerisnya ke jantung saber. Saber pun langsung bereaksi. Ia menghadang, namun bukan dengan kerisnya. Ia malahan mengangkat tangan kiri yang kosong ke depan. Nekat, juga tak bisa dipercaya. Hentakan telapak tangan Saber mampu membelokkan serangan Rider.

Selanjutnya Saber mengangkat kerisnya tinggi-tinggi, mengincar Rider yang sekilas terlihat tanpa daya. Tetapi pemuda yang telah ditempa dalam banyak pertarungan itu pun masih memiliki trik di balik kerah lengannya. Meski tak sempat melintangkan kerisnya untuk menangkis, ia mengarahkan sebuah pukulan tepat di depan dada Saber, lalu menekan sekuat mungkin. Alhasil sang Pelayan bermozeta itu terdorong mundur, hingga beberapa langkah sampai memperoleh kembali kesetimbangan.

​"Kau pendekar yang tangguh," puji saber setulus hati di balik ekspresinya yang garang.

"Begitu juga denganmu, Kisanak."

Sunggingan kecil terbentuk di bibir saber. Untuk sesaat tadi, ia terlupa akan tugasnya. Tukar serangan dengan intensitas tinggi barusan telah membangkitkan kembali ingatannya mengenai nikmat mengadu ajian.

Masing-masing memiliki gaya yang berbeda. Lancer mengalir seperti air, sementara Saber mengandalkan otot dan kenekatan. Namun pahlawan yang berasal dari ruang waktu berbeda itu tetap mengakui kemampuan satu sama lain. Dan karenanya, mereka masih ingin mengadu bilah sebelum harus mengaktifkan Fantasma Mulia guna memberi konklusi final pada duel tersebut.

​Ketika sepoi bertiup, ketika rumput berdesik, Lancer dan Saber sekali lagi saling terjang, mewarnai senyap dengan hentak logam yang mengalun berirama.

◇ ◆ ◇ ◆ ◇ ◆ ◇ ◆

"Sepertinya sudah sedikit jauh dari tempat saber betarung."(Durwiyata)

Durwiyata berhenti di sebuah tempat yang tidak jauh dari tempat saber betarung. Untuk sesaat durwiyata mendengar sebuah langkah kaki yang mengarah padanya.

"Siapa disana!. Jangan bersembunyi cepat tunjukan dirimu!."(Durwiyata)

Durwiyata mulai berteriak agar seseorang yang membuat suara tersebut keluar. Dan tiba tiba muncul seorang anak laki laki seumuran dia muncul dari kegelapan malam.

"Siapa kau?"(Durwiyat)

Tanya durwiyata yang terkejut melihat pemuda itu.

"Aku adalah master dari rider. Dan kauapakah kau master dari saber?"

"Master dari rider!. Ya benar aku master dari saber lalu apa maumu?"(Durwiyata)

"Mauku adalah menyerahlah dan berikan mantra perintahmu padaku. Aku memberimu kesempatan menyerah karena aku tidak menyukai kekerasa.

"Apa menyerah dan memberimu mantra perintah!"(Durwiyat)

"Ya"

"Jika aku menolak apa yang akan terjadi?"(Durwiyata)

"Tentu saja aku akan menghajar mu sampai kau mau menyerah."

"Hmm begitukah kalau begitu aku menolak untuk menyerah dan memberikan mu mantra perintahku. Akan lebih baik jika kita bertarung."(Durwiyata)

"Kupikir ini akan mudah dengan menyuruhmu menyerah. Tapi bagaimana lagi. Terimalah ini master dari saber!!!."

Pemuda tersebut mendekat ke durwiyata dan mengeluarkan sebuah pukulan yang tertuju ke durwiyata. Durwiyata dengan refleks durwiyata menghindari pukulan tersebut dan membalah dengan sebuah tendangan yang berhasil mengenai rusuk kiri master dari rider.

"Guh sepertinya kau hebat juga. Apakah kau mengikuti latian bela diri. Ah siapa yang peduli mari kita bertarung."

"Baiklah mari kita bertarung."(Durwiyata)

Durwiyata dan pemuda tersebut mulai mendekat satu sama lain. Dan mulai melakukan kuda kuda. Durwiyata mulai menyerang dengan sebuah pukulan yang cepat namun dengan mudah pemuda tersebut menghindar tersebut. Pemuda tersebut segera membalas pukulan tersebut dengan sebuah tendangan namu tendangan mampu ditangkis oleh durwiyata.

Serangan demi serangan mereka dua luncurkan namu tiap serangan yang mereka luncurkan mampu ditangkis oleh mereka berdua.

"Kau hebat juga. Izinkan aku untuk mengetahui namamu?"

"Namaku adalah Durwiyata. Dan namamu?"(Durwiyata)

"Namaku adalah Wijaya."(Durwiyata)

Setelah mengetahui nama mereka masing masing mereka mulai melanjutkan petarungan tersebut. Durwiyata yang mulai kehabisan tenaga mulai berhenti menyerang dan membuat wijaya dengan cepat menyerang durwiyata dengan sebuah pukulan. Pukulan tersebut berhasil mendarat ke wajah durwiyata. Namun durwiyata dengan sigap memegang tangan wijaya dan mengeluarkan teknik ia ketahui dan membanting wijaya ke tanah.

"Sepertinya kau yang kalah ya wijaya."(Durwiyata)

Durwiyata bebicara dengan wijaya yang tersungkur ditanah. Dengan sigap wijaya mulai berdiri dan membalas omongan durwiyata.

"Tidak ku sangka kau akan menerima seranganku untuk mengeluarkan teknikmu. Hmm sepertinya sampai disini saja aku harus pergi."(Wijaya)

"Mau kemana kau!?"(Durwiyata)

Tiba tiba servant muncul dibelakang wijaya. Wijaya dan servant itupun pergi menggunakan kuda hitam. Dan menghilang dalam kegelapan.

"Sial!!."(Durwiyata)

"Master apakah kau baik baik saja."(Saber)

Saber yang muncul didepan durwiyata.

"Ya aku baik baik saja. Saber sebaiknya kita kembali ke rumah sekarang."(Durwiyata)

"Sesuai perintahmu master."(Saber)

Durwiyata dan Saber pun pergi dari tempat tersebut.

◇ ◆ ◇ ◆ ◇ ◆ ◇ ◆

Digedung tua yang tidak terpakai ada dua orang yang sedang mengawasi sesuatu.

"Bagaimana Assassin apakah kau tau servant kelas apa yang bertarung?."

"Kelas mereka adalah Saber dan Rider master."

"Begitukah sekarang apakah mereka masih bertarung?"

"Tidak master mereka berdua telah pergi. Dengan master mereka."

"Begitukah."

"Apa yang akan kita lakukan master?".

"Apa yang akan kita lakukan?. Sepertinya kita akan pergi ke inggris dahuli."

".."

Assassin Bingung dengan jawaban dari masternya.

"Ke inggris mengapa kita haru pergi kesana. Apakah master tidak memperdulikan perang ini?."

"Aku memperdulikan perang ini assassin. Tapi aku mendapatkan pekerjaan untuk membunuh seorang di inggris tepatnya di menara am London. dan dikatakan dia adalah penyihir mungkin aku akan mendapatkan informasi tentang Perang Cawan Suci setelah membunuhnya."

"Begitukah."

"Lalu apa yang akan kau putuskan assassin aku tidak memaksamu ikut ke inggris."

"Aku akan mengikuti master dimanapun anda berada."

"Begitukah. Baiklah mari kita pergi sekarang Assassin."

"Baik master."

Assassin dan masternya mulai pergi meninggalkan gedung tempat mereka berada. Dan segera menuju ke bandara untuk pergi Inggris.