Chereads / Kau Milik Kami Bertiga / Chapter 11 - Bab 11

Chapter 11 - Bab 11

Ruangan megah berinterior klasik itu dipenuhi dangan alunan lagu klasik yang pernah tenar pada tahun 70-an. Nada yang bisa membuat anak jaman sekarang menjadi putri tidur itu ternyata tidak mempan untuk dua pemuda tampan yang sedang sibuk dengan urusan mereka masing-masing.

Kin melukis tangan Guci besar 2 kali lipat setinggi badannya. Jangan tanya harga Guci polos itu berapa, bisa beli tanah berhektar-hektar. Lalu apa yang sedang dilakukan Neo? Menyisiri kucing kesayangannya sekalian mengajak kucing itu curhat.

Mungkin jika kalian melihat mereka secara langsung, kalian tidak akan menyangka bahwa umur mereka sudah 224 tahun, karna sekarang mereka terlihat seperti pemuda berusia 23 tahunan.

Neo melepas kucingnya dan menyuruh kucing itu pergi mengambil makanan sendiri. Kucing miliknya bisa melakukan itu karna Neo bisa berbicara dengan hewan, itu memang kemampuan bawaannya. Setelah kucing itu melenggang dengan bulu yang bergoyang-goyang, Neo menghampiri Kin yang sedang sangat serius.

"Kemampuan melukismu memang yang terbaik. Sangat nyata." Kata Neo sambil berdecak kagum.

Kin mengoleskan kuasnya dengan sangat serius dan hati-hati, ia tidak mau sesuatu yang tidak sempurna menghiasi karyanya, tapi sedetik kemudian kuasnya oleng sedikit sehingga warna keluar dari garisnya. Kin langsung mengepalkan tangannya geram hingga kuas itu patah menjadi bagian-bagian kecil.

Dengan satu gerakan, Guci mahal itu ia dorong dan lansung pecah ke lantai membentuk setumpuk kepingan-kepingan keramik yang mengenaskan.

Neo mengerjapkan matanya kaget, padahal dia baru saja mau melihat garis lukisan Kin dari dekat tapi Guci itu sudah berakhir mengenaskan dilantai.

"Hanya karna satu garis kesalahan kau langsung merusak 1000 keindahan." Ucap Neo sambil memasang wajah penonton yang kecewa. Padahal beberapa detik yang lalu dia berniat berfoto dan mengabadikannya.

Kin tak mau ambil pusing, ia membuang semua peralatannya, membersihkan tangannya, kemudian berjalan untuk duduk di sofa tempat ternyamannya seperti biasa. Neo mengikutinya duduk di sofa miliknya di sebrang.

Di dinding ada 6 lukisan yang sangat besar. Tiga lukisan milik Neo, tiga lagi milik Kin.

Neo memandangi lukisan itu.

"Di umur berapa kita akan mengakhiri kehidupan keempat kita ini?" Tanya Neo pada Kin yang sudah sibuk dengan kegiatan barunya, membaca.

"Aku akan mengakhirnya di umur 70 tahun." Jawab Kin tanpa menoleh.

Neo memperhatikan lukisan 3 generasi dirinya, yang orang tau itu adalah lukisan Ayahnya, kakeknya, dan ayahnya kakeknya, padahal itu adalah lukisan dirinya. Mereka menjalani hidup sesuai yang Manusia lakukan, ketika mereka berperan tua maka mereka berpenampilan tua dan begitu juga sebaliknya.

Mereka akan pura-pura menikahi gadis, ketika mereka memutuskan menjadi orang yang baru, mereka akan pura-pura meninggal, setelah itu harta warisannya di turunkan ke anak. Padahal anak itu ya diri mereka sendiri, yang sedang memerankan peran baru.

"Energimu terasa redup Kin." Neo memperhatikan Kin, dia bisa melihat bagaimana cahaya biru Kin terlihat redup dan tidak menyala. Dia khawatir.

"Tak apa, aku akan mengatasinya." Jawab kin enteng tanpa menoleh.

"Bagaimana gadis bernama Zura itu?"

"Ael sialan itu menyegel energinya. Itu membuatku tidak tau dimana dia sekarang. Kalau bukan karna kasta aku sudah menyiksanya sampai titik terendah. Mungkin sekarang dia sedang merintih kesakitan." Ucap Kin sambil membalikkan lembaran buku berikutnya dengan gerakan khas ala bangsawannya.

"Kau tau sendiri, sekaya apapun keluargaku dari keluarganya, dia tetap memiliki kasta Ouna dan aku Dyo. Walaupun aku anak Raja di lapis dua dan dia hanya anak bangsawan biasa di lapis satu, tetap saja dia lebih tinggi satu tingkat dariku dan lebih tinggi 2 tingkat darimu." Lanjut kin lagi dengan nada geram.

Neo tersenyum simpul. "Kau tidak perlu mengikuti aturan dunia asal kita, kita sudah 200 tahun lebih menjadi Manusia. Ini di Bumi bukan Akheasii. Kau tidak perlu mengikuti aturan dunia Akheasii disini."

"Kenapa kau tidak mengatakan itu dari awal kita menginjakkan kaki di Bumi."

"Setidaknya kau tau batas. Hukuman menjadi Manusia ini juga karna seorang wanita, jangan sampai kalian kualat lagi karna seorang wanita juga."

"Aku akan merebut gadis itu kembali," Kata Kin menutup bukunya. "Makanan lezatku tidak boleh hilang."

Neo tertawa mengejek. "Dari awal kau yang merebut gadis bernama Azura itu dari Ael."

"Diam kau sialan!" Balas Kin ketus.

"Kasian gadis itu, dia terlahir tanpa tau permasalah diantara kalian. Oh, iya lebih baik kau siap-siap, hari ini jadwal kita ke The Secret. Tadi aku mendapat laporan di Tim D ada anggota baru menggantikan gadis yang mati atas penghkianatannya."

Kin hanya mengangguk malas. "Padahal dulu aku mendirikan The Secret hanya untuk bersenang-senang. Tapi sekarang menjadi sebesar ini. Menjadi rumit." Keluhnya  yang merasa penat dan bosan atas kebidupan Manusianya. Rasanya dia ingin membuat hal-hal baru seperti perumahan yang melayang-layang yang indah di Bumi, tapi itu tak mungkin ia lakukan.

**********

Zura datang dengan wajah berserinya, ketika dia memasuki ruang tim D, dia langsung disambut dengan senyum ramah para anggota. Padahal mereka baru saja saling mengenal tapi rasanya seperti sudah bertahun-tahun.

"Apa kabarmu Bungsu?" Tanya Exon ketika melihat wajah bersemangat Zura yang berseri.

Zura mengacungkan jari jempol.

"Mantap kak Exon." Dia menarik kursinya untuk duduk.

Exon juga membalasnya dengan jempol.

Leira datang memberikan box kecil berwarna emas untuk Zura.

"Ini pin pengenalmu, kartu fasilitas, dan kunci apartemen barumu dilantai 34. Jadi pin ini kau pakai di dada sebelah kanan seperti yang kami lakukan. Ingat selalu untuk melepasnya jika kau keluar dari gedung ini. Lalu ini kartu fasilitas yang berguna untuk masuk ke salon, supermarket gratis, restoran gratis, tempat gym gratis, bioskop gratis, lapangan golf gratis, intinya semua fasilitas gratis yang ada di gedung ini. "

Mata Zura berbinar menerima kotak berwarna emas itu. "Sungguh aku memilikinya mulai sekarang?"

Leira mengangguk mengiakan dan merasa gemas melihat Zura yang memandang berbinar kearah kotak emas itu.

Mario mengetuk meja 3 kali, semuanya refleks menoleh kearahnya. Dia tersenyum ketika melihat teman-temannya menoleh secara serentak seperti itu.

"Sudah pukul 7 malam, ayo kita makan malam bersama di restoran kebanggaan." Ucapnya.

Yang lain mengangguk dan langsung membereskan barang-barang. Sedangkan Zura dia hanya mengikuti saja padahal dia baru sampai. Untung saja dia datang lebih awal jadi bisa makan malam bersama, karna di jadwal semua perkumpulan di mulai jam 8 malam.

....

Mereka bersembilan turun ke lantai 41 dimana  ruangannya terbentang luas seperti Lobby. Lobby ini yang mempertemukan mereka ke Restoran dan aula  perkumpulan untuk semua anggota The Secret yang jumlahnya hampir 500san orang.

"Wahhh, lagi ramai ya." Ucap Zura sambil memperhatikan sekekeliling. Dia tau pastinya orang-orang itu banyak dari negara yang berbeda. Dia juga melihat banyak pemuda-pemuda dan para gadis-gadis yang sedang mengobrol di berbagai sudut.

"Setiap makan malam akan ramai disini, ini kesempatan untuk mengenal satu sama lain." Jawab Davies yang bendengar Zura.

Seorang pria berbadan tegap tiba-tiba masuk mengisyaratkan sesuatu yang membuat semua orang dengan otomatis mendadak hening dan bergerak ke pinggir ruangan.

Zura masih bingung tapi dia mengikuti timnya yang juga minggir tanpa bertanya.

Dua orang lelaki memasuki lobby dengan gaya cool bak pangeran dari negri dongeng. Zura membulatkan matanya melihat penampakan itu, dia kenal dua lelaki itu.

Kin dan Neo jalan dengan gaya khas mereka tanpa menoleh pada siapapun dan tanpa menyapa. Mereka memang terkenal dingin dan sangat kejam, tapi mereka begitu royal jika masalah uang. Makanya banyak yang memaklumi sikap mereka.

"Hei, Kin si mesum. Ngapain kau kesini?" Ucap Zura ketika Kin dan Neo melewatinya.

Mendadak satu ruangan membulatkan mata syok kearahnya. Mereka begitu menjaga bahkan tidak berani bersuara, tapi ini si anak baru dengan beraninya mengatai bos besar mereka dengan sebutan Kin si menyum.

Leira langsung memukul kepala Zura. Zura langsung mengaduh kesakitan.

"Aduh, kak Lei."

Leira menarik Zura kebelakang tubuhnya. Sedangkan Kin dan Neo menghentikan langkah dan berbalik untuk melihat si sumber suara yang lancang tadi.

______________________________

Bersambung....