Chereads / Kau Milik Kami Bertiga / Chapter 12 - Bab 12

Chapter 12 - Bab 12

Leira menarik Zura kebelakang tubuhnya. Sedangkan Kin dan Neo menghentikan langkah dan berbalik untuk melihat si sumber suara yang lancang tadi.

Leira membungkuk berkali-kali memohon maaf dan ampun didepan Kin dan Neo untuk mewakili Zura. Dia menganggap Zura sebagai adiknya sendiri, dia tidak mau gadis itu mendapat masalah.

Semua tim D mengikuti Leira untuk mewakili Zura minta maaf. Lalu Zura? Apa yang dia lakukan? Dia malah menyembul dari balik punggung Leira untuk melihat Kin.

"Sedang apa kau disini?" Tanya Zura lagi. Dia benar-benar penasaran kenapa Kin ada di The Secret. Dia mau bertanya lagi di tim mana Kin berada, tapi sedetik kemudian langsung membekap mulutnya syok.

Zura membulatkan matanya lebar-lebar ketika melihat kearah pin pengenal yang dipakai Kin, disana tertulis jelas lambang A dan ada tulisan Kin dibawah lambang itu.

Leira mencubit paha Zura, gadis itu mengaduh kesakitan. Karna kalah malu Zura mengikuti gerakan Leira tadi untuk permohonan maaf. Demi apapun dia tidak menyangka bahwa Kin berasal dari tim A.

Kin dan Neo memasang wajah datar. Mereka hanya diam melihat Zura yang memohon maaf, sampai gadis itu selesai dan tak berani mengangkat kepala.

"Matilah akuuu..." Lirih Zura yang dapat didengar.

"Kau anak baru di tim D itu?" Tanya Kin datar.

Zura mengangguk cepat untuk menjawab iya.

Kin diam sejenak, diamnya itu membuat jantung Zura serasa meleleh didalam dadanya. Dia mengutuki dirinya sendiri, seharusnya dia tidak sok kenal sok dekat, kamar dan tempat umum adalah hal yang berbeda. Karna kebodohannya ini dia pasti akan mendapat masalah.

"Anak baru belum diajarkan etika The Secret kan?" Tanya Kin pada Exon selaku ketua kelompok D.

Exon mengangguk, lalu menyatukan kedua tangannya memohon maaf.

"Maafkan anggotaku, Bos. Hari ini hari pertamanya bergabung."

Kin mengangguk pelan, tapi anggukannya itu membuat Zura merasa was-was.

"Kalau begitu biarkan aku yang mengajarinya. Seret dia ke ruanganku selesai makan malam. Aku tunggu tepat jam 8." Setelah mengatakan itu, Kin memutar tubuhnya untuk melanjutkan jalan yang sempat terhenti tadi.

Neo tersenyum tipis kearah Zura, senyumannya itu membuat Zura menyipitkan Mata.

"Habislah kau.." kata Neo kemudian berlalu mengikuti Kin.

Zura menelan ludahnya. Apa yang akan dilakukan Kin padanya?

Setelah Kin dan Neo menjauh, orang-orang langsung ricuh berbisik. Semua mata menyorotinya dan membuatnya risih.

Anggota tim D hanya bisa menghela napas berat melihat kearah si Bungsu mereka.

"Anak ini.." Ucap Leira khas kakak kandung yang geram melihat kebodohan adiknya.

Zura menyatukan kedua tanganny untuk memohon maaf. Dia benar-benar menyesal, dia belum terbiasa, yang ada dipikirannya tadi Kin datang untuk mencarinya atau memiliki keperluan, karna merasa kenal dia hanya berniat menyapa.

"Kau kenal bos Kin di luar ya?" Tanya Miyi sembari memasukkan makanan kedalam mulutnya.

Dengan semangat Zura hendak mengatakan lelaki itu adalah lelaki mesum, tapi dengan cepat dia tersadar bahwa lelaki itu seperti Raja di The Secret.

Zura menggaruk kepalanya yang tidak gatal, dia memikirkan bagaimana dia menjawab pertanyaan Miyi. Di bilang kenal ya tidak kenal juga, dibilang tidak kenal ya tidak juga.

"Emmm, kami pernah bertemu diluar dua kali. Aku pikir dia hanya orang biasa, aku mana menyangka dia pemilik tempat megah seperti ini." Jawab Zura.

"Kau tidak kenal dia siapa? Bukannya Bos Kin terkenal ya? Dia kan pewari Lister Group dan juga pelukis terkenal. Karya-karyanya sering dipajang di pameran kelas dunia loh, belum lagi dia juga pemilik galeri seni lukisan mewah di London." Ucap Riyon menjelaskan.

Zura menggaruk kepalanya lagi. Dia juga bru tau itu. Dia memang pernah mendengar perusahan Lister Group diberita, tapi dia tidak pernah melihat wajah Kin di berita-berita.

"Jadi aku diperkosa lelaki semacam ini? Aku pikir dia cuma pemuda mesum yang tidak jelas Manusia atau bukan." Ucap Zura dalam hati.

"Semoga saja Bos hanya memberikanmu hukuman kecil." Kata Exon menenangkan Zura.

"Aku tidak yakin dengan hukuman ini." Keluh Zura dalam hati.

Zura melirik tangan Miyi. Jari-jari gadis itu masih dililit dengan cahaya biru berbentuk benang dengan warna biru yang menyala, tapi miliknya berbeda, cahaya yang ada padanya memudar dan pucat.

"Kak Miyi makanan siapa? Kin atau Neo?"

"Kak Noel," panggil Zura.

Noel menoleh dengan kerutan di dahinya.

"Apa kakak melihat sesuatu?" Zura menunjukkan tangannya pada Noel. Noel memiliki kemampuan bisa melihat hal-hal yang gaib sepertinya, jadi apa salahnya dia bertanya.

Noel menyunggingkan senyum tipis

"Itu mengganggu pemandangan." Kata Noel.

Yang lain pada bingung dan penasaran, tapi Noel hanya mengatakan. "Ini hal lebih baik tak kalian ketahui."

Zura masuk ke ruangan Kin dihantar sekertaris pribadi lelaki itu. Dia hanya bisa menarik nafas berkali-kali dan meremas jari-jarinya.

Kin duduk di kursi kerjanya, tapi lelaki itu menghadap dinding kaca yang ada dibelakang, melihat pemandangan kota di malam hari dari ketinggian.

Menyadari Zura datang dengan santainya dia memutar untuk melihat gadis itu.

Zura hanya bisa menunduk tak mau memandang. Padahal biasanya dia tidak sungkan menyumpahi lelaki itu.

Lama Zura berdiri sampai kakinya pegal. Dia menunggu Kin mengatakan sesuatu, tapi lelaki itu hanya diam.

Dengan helaan nafas panjang Zura mengangkat kepalanya.

"Berhenti bermain. Katakan sesuatu." Ucap Zura kesal.

Kin tak menggubris itu, dia hanya menatap Zura diam.

Sekali lagi Zura menghela nafas panjang, kemudian merogoh saku celananya untuk mengambil sebuah kalung yang dia yakini harganya bisa membeli mobil Lamborghini.

"Ini kalungmu tertinggal di kos-ku," Zura berjalan mendakati meja kerja Kin, lalu meletakkan kalung itu disana. Setelah itu dia langsung cepat-cepat mundur untu menjauh.

Kin mengambil kalung itu, kalung dengan liontin berlian biru yang mengkilau. Dia menatap kalung itu dengan tatapan miris, itu membuat Zura mendadak heran.

Kin melemparkan kalung itu ke kaki Zura secara tiba-tiba. Gadis itu kaget setengah mati, takut Kin melempar sihir untuk membunuhnya.

"Kau gila ya?" Ucap Zura, lalu mengambil kalung itu.

"Itu punyamu."

"Ha? Sejak kapan aku punya kalung seindah ini?"

"Iya punyamu, bodoh. Aku yang belikan. Sengaja aku letak di nakas beserta kotaknya, malah kau kembalikan."

Zura mengerutkan keningnya bingung. "Ada unsur apa kau membelikannya untukku?"

"Aku membelikannya untuk peliharaanku, ada yang salah? Hanya saja diperjalanan ada gangguan sehingga aku tidak bisa memakaikan kalung itu di lehernya." Jawab Kin santai.

Ya, Zura ingat malam dimana Kin masuk ke selimutnya dan berperilaku aneh, seperti selesai berkelahi.

"Peliharaan gigikmu, sejak kapan aku jadi peliharaanmu?" Jawab Zura ketus. "Tapi.. dengan siapa kau berkelahi malam itu?" Lanjutnya.

Kin diam sejenak, sebelum menjawab. "Anjing tetanggamu."

"Ha? Maksudnya? Gajelas ih. Udahlah aku mau kembali ke tim. Bye!" Zura meletakkan kalung berlian ditangannya ke meja tamu dengan sangat hati-hati, dia tidak mau menerimanya, walaupun mahal dia masih punya harga diri.

Zura berjalan kearah pintu, lalu menarik gagang pintu itu, tapi terkunci. Dia menarik-menarik pintu itu lagi tapi ternyata memang benar-benar terkunci.

"Berhenti mempermainkanku, Kin." Ucapnya sambil menatap sinis lelaki itu.

Kin menyunggingkan senyum miringnya.

"Siapa bilang urusan kita sudah selesai? Tadi kau sudah makan malam, sekarang giliranku. Sedikit menghukum, aku ingin dengar jeritan."

Zura menelan ludahnya. Dia paham maksud ucapan itu.

"Matilah aku.." Dia hanya bisa pasrah ketika Kin bangun dari duduk untuk menjemput tubuhnya.

________________________

Bersambung...