Maaf, dibawah mengandung unsur dewasa. Yang merasa belum cukup umur, ingat kata tukang parkir ga? Mondorrrrrrr!
Tapi kalo pengen baca ya baca aja asal jangan di praktekin ya :)
______________
Kin menyunggingkan senyum miringnya.
"Siapa bilang urusan kita sudah selesai? Tadi kau sudah makan malam, sekarang giliranku. Sedikit menghukum, aku ingin dengar jeritan."
Zura menelan ludahnya. Dia paham maksud ucapan itu.
"Matilah aku.." Dia hanya bisa pasrah ketika Kin bangun dari duduk untuk menjemput tubuhnya.
Zura refleks menjauh ketika tubuh Kin jalan mendekatinya. Entahlah bahkan Zura sempat terpana sebentar melihat mata Kin yang begitu indah, bulu matanya panjang dan lentik, sorotan matanya membuat jantung Zura meleleh.
Zura mentok di dinding, dia sudah pasrah, bukannya tidak mau melarikan diri atau berusaha, sekuat apapun dia bertahan untuk menghindar ujung-ujungnya dia tetap akan berakhir dibawah Kin. Daripada menghabiskan tenaga, lebih baik dia pasrah tapi sedikit jual mahal.
Kin menekan Zura ke dinding, dia menjilat kecil daun telinga Zura membuat gadis itu setengah mati menahan kegelian. Harum tubuh Kin begitu memabukkan, sangat harum dan menggoda.
"Kau sudah jinak, ya?" Bisik Kin dengan suara menggoda Zura.
Zura mendorong tubuh Kin agar menjauh darinya.
"Berhenti mempermainkanku Kin." Ucapnya tak tahan menahan kegelian. Dia takut malah meminta dan mempermalukan dirinya.
Ide Zura muncul, kalau dia pakai kekuatannya pada Kin mungkin saja itu tidak mempan, jadi dia mencoba memakainya untuk membuka pintu.
"Buka pintu." Ucap Zura pelan.
Pintu terbuka, dia hendak lari tapi sayangnya pintu itu tertutup kembali dengan sempurna. Zura hanya bisa menghela napas pasrah dan melemparkan tatapan sinis pada Kin.
"Dasar mesum!"
Kin berjalan mendekat untuk menangkap Zura. Dia menggendong gadis itu, membawanya ke meja kerjanya yang kokoh, lalu mendudukkannya disana.
Zura mendadak sangat gugup, dia benar-benar gugup. Dia mengalihkan pandangannya kearah lain tak mau menatap mata Kin yang membuat jantungnya berdebar kencang.
Kin menarik tangan Zura pelan, lalu menggigit jari telunjuk gadis itu keras membuatnya menahan sakit setengah mati.
"Sakitttt...." Lirih Zura, merasakan gigi-gigi Kin saling menekan di telunjuknya.
Kin berusaha menarik cahaya keunguan yang berbentuk tali dari telunjuk Zura. Tapi tali cahaya keunguan itu hanya bisa tertarik sepanjang jari telunjuk. Dia berusaha melepas segel energi yang dipasang Ael ketubuh Zura, tapi usahanya sepertinya tidak berhasil. Ael memasang segel ke seluruh tubuh, berbeda dengannya yang hanya menyegel jari-jari Zura untuk tanda kepemilikan.
Tadinya Zura menahan air mata karna sakit, tapi melihat cahaya tali keunguan yang keluar dari telunjuknya membuatnya jadi kebingungan dan langsung melupakan air mata itu. Tali keunguan itu sangat terang, berbeda dengan tali biru milik Kin yang memudar.
"Apa itu?" Tanya Zura ketika Kin membuang cahaya yang keluar sedikit itu kesembarang arah.
"Racun anjing tetangga." Ucap Kin sambil menatap mata Zura. Dia menghapus setetes air mata di Sudut mata gadis itu.
Zura tertegun ketika jari lentik Kin menyentuh sudut matanya. Dia pikir, Kin tidak tahu caranya melakukan hal-hal semacam itu.
"Apa anjing tetangga yang kau maksud itu adalah anjing hantu di samping rumahmu?"
Mendengar itu Kin menarik senyum simpul di sudut bibirnya, lalu langsung menarik tubuh Zura kepelukannya.
Kin menggigit-gigit kecil telinga Zura, lalu berbisik. "I want to eat you, Baby girl." Dengan nada suara yang serak.
Zura tertegun sekali lagi, belum sempat dia mengeluarkan kata-kata balasan, bibir Kin sudah melahap bibir bawahnya.
Kin mengulum bibir Zura atas dan bawah secara bergantian. Zura hanya menerima tanpa membalas, dan tanpa perlawanan tentunya. Dia suka sentuhan bibir Kin kali ini, sangat halus dan lembut, terasa berbeda karna sebelumnya lelaki itu menciumnya seolah menyedot darahnya. Kali ini dia seperti merasakan ciuman sungguhan antara laki-laki dan perempuan
Kin menidurkan Zura diatas meja, lalu melebarkan kedua paha gadis itu. Zura merasa malu ketika tubuh Kin masuk ke selangkangannya, membuatnya mengapit tubuh lelaki itu.
Kin melepas baju Zura, payudara yang berisi milik gadis itu langsung terlihat jelas, bahkan daging payudara yang menyembul dari dalam bra tampak sudah tak sabar untuk dimainkan.
Kin melepaskan bra Zura, lalu melemparkan bra itu ke lantai. Zura langsung refleks menutupi dadanya karna malu, dia sangat-sangat malu karna cahaya lampu di ruang kerja Kin begitu terang dan membuat kulit tubuhnya terlihat jelas.
Kin mana memperdulikan itu, dia malah meraih tangan Zura, lalu mengunci kedua tangan itu ke meja menggunakan tangannya.
Puting yang tampak sangat pasrah dan menggoda membuatnya tak basa-basi lagi untuk melahap puting merah muda itu.
Zura menggigit bibir bawahnya ketika merasakan mulut Kin mengulum putingnya. Lidah lelaki itu membentuk gerakan memutar lalu menghisap. Hisapan pelan yang lama-lama menjadi hisapan gairah membuatnya tidak tahan untuk menahan desahan.
Melihat Zura sudah merasa jinak, Kin melepas kuncian tangannya, lalu dengan nakal tangan itu meraba payudara gadis itu dengan lembut, lalu meremasnya, membuat Zura mengeluarkan desahan yang tak pakai malu sekarang.
Kin mengecup bibir Zura sekali sebelum dia menarik celana gadis itu dengan gampangnya. Celana dalam berwarna merah muda membuat Kin menyunggingkan senyum halus, lalu menarik celana dalam itu hingga terlepas.
Zura merasa malu sekali lagi, dia langsung merapatkan kedua kakimya untuk menutupi pusat dirinya dari pandangan Kin.
"Aku sudah mengetahui bentuk detailnya, kau tidak perlu menyebunyikannya lagi." Ucap Kin, lalu jemari nakalnya langsung meraba, mencari pusat gairah Zura.
Jemari Kin membelai pusat gairah Zura membuat gadis itu mengerang merasakan sesuatu yang panas pada dirinya. Sesekali jemari itu memaksa masuk ke pusat gairah Zura untuk melakukan pemanasan agar tidak terlalu terkejut ketika yang lebih besar masuk.
Kin melebarkan paha Zura, kemudian langsung menggoda pusat diri Zura dengan sentuhan lidahnya yang nakal. Zura mengerang keras ketika bibir lembut Kin menghisap pusat dirinya dengan begitu nikmat. Lidah Kin sangat nakal, seolah tau titik kelemahannya.
Hisapan Kin yang awalnya pelan, menjadi begitu brutal membuat Zura menggelinjang menahan sensasinya. Bahkan tanpa sadar dia menjambak rambut-rambut Kin, dia tidak tahan dengan hisapan Kin pada pusat dirinya dibawah sana. Membuatnya ingin berteriak kencang.
"Kin.... ahhhh..," desah Zura. "Ampun Kin... Please.. emmm..."
"Kin... Ahhh.."
"Mmhhhh.."
Semakin Zura mendesah maka semakin gencar Kin mengulum semua yang ada dipusat gairah gadis itu. Dia menggit daging kecil yang ada ditengah-tengah pusat diri Zura, membuat gadis itu berteriak kecil ditengah napasnya yang sudah mulai tak teratur.
Zura merasa lemas dan merasa dibawah sana sudah sangat basah akibat ulah Kin, dia mengatur napasnya dengan susah payah, tapi semenit kemudian dia merasakan sesuatu yang besar mencoba memaksa masuk membuatnya terpekik keras.
"Kin...." Erang Zura ketika merasa ujung kejantanan Kin dipermainkan didalam pusat dirinya, menggodanya sebelum menghujam lebih dalam.
Entah sejak kapan Kin melepas pakaian yang jelas kini yang Zura Lihat adalah penampakan dia dan Kin tak memakai sehelai benangpun.
"Aku ingin dengar jeritanmu.." Setelah berucap seperti itu Kin langsung memulai aksinya. Kini tak ada lagi pemanasan, yang ada tinggal permainan sungguhan.
Zura menahan sakit yang amat sakit ketika milik Kin yang begitu keras dan besar memaksa masuk kedalam pusat gairahnya. Memaksa lebih dalam lagi sampai mentok, lalu menariknya, menghujamkannya lagi, lalu menariknya lagi dengan pelan.
"Ahhhh... sakit...." keluh Zura lagi. "Kin ampun Kin... Please.... lebih baik kau memperkosaku saat aku tidur....."
Kin menurunkan tubuhnya untuk mengecup bibir Zura, setelah itu ia memeluk gadis itu, dan kelanjutannya kalian sudah pasti tau apa. Lelaki itu menghujamkan miliknya tanpa perlahan dan pelan lagi. Memaksa masuk, mengeluarkannya lagi, memaksa masuk lagi dengan cepat. Aksinya itu membuat Zura menjerit minta ampun.
"Aaaaah.... Ampun Kin..."
"Aaaaahh... Emmh.."
"Aah.."
"Aah..."
"Aah..
"Kin..."
"Aaaahh..."
Zura tak tahan ketika Kin semakin cepat memompanya dibawah sana, tapi entah mengapa lama-lama rasa sakit itu semakin lama memudar menjadi rasa yang begitu memabukkan, membuatnya lupa diri dan tak malu mendesah dengan jeritan-jeritan setiap kali ia menerima hujaman.
Semakin lama Zura menerimanya, ia menerima hentakan-hentakan Kin yang begitu membuat dirinya panas. Setiap kali ia menerima hentakan, bibirnya tak bisa menahan untuk tidak menjerit dan mendesah.
"Mmhh..."
"Ahh.."
"mmh.."
Kin merasakan hangatnya milik Zura yang membungkusnya begitu erat. Dia menikmati desahan Zura bagai alunan lagu yang menggairahkan. Dia tersenyum tipis, dialah lelaki pertama yang memasuki kehangatan Zura yang begitu menggoda dan nyaman.
Dan malam ini dia tak akan melepaskan Zura dengan hanya satu ronde, malam ini dia ingin Zura merasakan mereka menyatu tanpa ada kata-kata 'makan' tanpa ada pengambilan energi. Karna malam ini dia melakukannya karna memang ia ingin bercinta dengan gadis itu.. merasakan rasa setiap sudut kulit Zura tanpa campur rasa energi.
Kin ingin malam ini Zura tau, inilah rasa bercinta sesungguhnya....
Dan malam ini Kin ingin mencoba banyak gaya bercinta yang selama ini membuatnya penasaran. Dia ingin mencoba semuanya, bersama Zura, bersama wanita pertamanya...
Dengan stamina yang ia miliki, dia akan menghukum Zura dengan durasi hujaman dan hentakan yang panjang, membuat gadis itu merasakan pedihnya hukuman yang ia berikan...
__________________________
Bersambung...