Gerobak yang kukendalikan sedang ditarik oleh dua ekor mahluk yang mirip denga kuda tapi mereka lebih berbulu dan kaki mereka terlihat lebih besar dan kuat.
Di belakang, terdapat 4 orang yang sedang mengenakan pakaian dari seorang pedagang yang biasanya melakukan perjalanan menuju berbagai tempat untuk melakukan bisnis mereka.
Aku yang berada di bagian paling depan sekaligus dengan pakaian yang sebenarnya paling mewah malah terlihat aneh karena menjadi kusir dari gerobak ini.
Kami sekarang sedang berada di sebuah perjalanan untuk mencapai Ibukota, dengan menggunakan gerobak ini waktu yang dibutuhkan dari tempat kami memulai sebelumnya hanyalah satu jam, berbeda kalau kami berjalan dimana waktu berjam-jam akan diperlukan.
4 orang yang berada di belakangku menggunakan tudung dari pakaian yang dipakai oleh mereka sehingga wajah milik mereka tidak terlihat.
4 orang tersebut adalah (dimulai dari yang paling dekat denganku)Kaito, Shigure, Kaori, dan Shizuka.
Pada saat aku melirik ke arah mereka, bisa kulihat kalau mereka memasang wajah tegang karena sebentar lagi mereka akan sampai di Ibukota.
Setelah semua hal yang terjadi kepada diri mereka, hal macam apakah yang menanti mereka di Ibukota?
Apakah sesuatu yang lebih menakutkan ataukah justru membuat mereka nyaman?
Mereka tidak tahu dan aku sendiri tidak memberitahu mereka sendiri.
Alasan mengapa aku tidak melakukannya adalah karena aku sendiri tidak ingin menjadi seseorang yang tidak bertanggung jawab dengan mengatakan jika semuanya akan baik-baik saja.
Sudah 8 tahun aku tidak ke sini jadi informasi yang kumiliki tidak pasti semuanya benar.
Kami dengan cepat tapi perlahan mulai mendekati gerbang yang merupakan pintu masuk menuju Ibukota; [Kota Istana: Steelfit].
Tapi sebelum itu mari kita mengulang waktu ke belakang sesaat agar kalian mengetahui bagaimana cara kami bisa mendapatkan gerobak dan pakaian yang sedang dikenakan oleh para anak-anak.
Para Bandit itu kuintrogasi dengan mengancam mereka menggunakan [Sihir]:[Shock] lagi tapi acara introgasi tersebut berakhir dengan begitu cepat karena Bandit itu segera meminta ampun dan mengatakan jika mereka akan melakukan apapun atau menuruti semua yang diperintahkan kepada mereka.
Aku pun dengan cepat memberikan perintah yang paling jelas kami butuhkan untuk saat ini.
"Serahkan segalanya yang kalian punya!"
Itulah perintah dariku dan mereka semua menurutinya.
Selain itu aku juga memberikan perintah lainnya kepada mereka.
"Beritahu aku jalan menuju Ibukota."
Aku memang sebelumnya pernah menjelajahi berbagai tempat yang ada di dunia ini tapi tetap saja aku sama sekali tidak memiliki pengetahuan akan jalan yang perlu dilewati untuk mencapai Ibukota, masalahnya aku tidak pernah pergi dari Kuil Jarnus sendirian sehingga ketidaktahuanku ini adalah suatu hal yang perlu untuk dianggap wajar.
Setelah mengintrogasi mereka semua akhirnya didapatlah gerobak bersama dengan hewan mirip kuda yang menjadi penariknya, uang dalam jumlah yang cukup besar yaitu sekitar 12 Koin Silver serta beberapa baju juga bahan kiriman yang berisi makanan dan kebutuhan mendasar lainnya.
Sepertinya sebelum kami sudah ada orang yang jauh tidak beruntung dibandingkan kami dan dirampok oleh ketiga orang ini, tapi sepertinya mereka tidak dibunuh karena sama sekali tiada bekas darah di manapun.
Entah tanpa ada alasan yang terlalu jelas aku menjadi merasa agak lega setelah mengetahui semua ini.
Akhirnya kami pergi menggunakan gerobak yang berhasil dirampas bersama dengan semua harta yang dimiliki oleh para Bandit tersebut, rasanya kurang tepat untuk memanggil harta yang dimiliki oleh para Bandit tersebut sebagai 'milik' mereka.
Sementara itu bagaimana dengan nasib para Bandit?
Ah, jangan khawatir kalau kalian merasa kasihan kepada mereka karena aku tidak membunuh mereka.
Hanya saja…
"Hmpfh! Hmpfh!"
Aku hanya menyumpal mulut mereka menggunakan kain lalu mengikatkan mereka ke sebuah tiang penunjuk jalan terdekat menggunakan tali tampar.
Hal yang lumayan klise untuk nasib para penjahat di berbagai macam cerita namun ditambah lagi mereka sedang berada di keadaan kehilangan segalanya.
Ngomong-ngomong aku sudah mengatakan kalau semua pakaian yang mereka kenakan juga kujarah kah?
Belum kah?
Sudahlah, lagipula mana ada yang peduli dengan mereka macam diriku yang tidak dipedulikan oleh banyak orang di dunia lain.
Kami berdua semacam karakter sampingan di sini walau aku bisa mengusir seekor naga sih, nah tapi itu sudah urusan lain.
Sehingga sekarang sampailah kita pada situasi kini dimana aku bersama lainnya sedang berada di depan pintu gerbang yang merupakan pintu masuk menuju Ibukota.
Kami berhenti tepat di depan, menghadap ke arah orang berpakaian zirah yang sepertinya adalah para penjaga dari gerbang tersebut.
Di sekitar kami juga terdapat beberapa kereta dan gerobak yang sedang berhenti dan mereka juga sedang ditanyai.
"Belum pernah lihat wajah kalian sebelumnya."
Aku hanya memasang wajah tersenyum ke arah penjaga tersebut dari atas gerobak dan membalas perkataan penjaga tersebut.
"Tentu saja, ini karena kali pertama kami berkunjung ke sini."
"Apa tujuan kalain ke sini?"
"Berdagang."
Sang penjaga memicingkan matanya lalu ia menatap ke bagian belakang gerobak, di sana terdapat makanan dan juga sebagainya tapi jumlahnya tidak terlalu besar.
Bisa dilihat dari manapun juga kalau penjaga ini sedang mencurigai kami semua.
"Bawaan kalian sedikit sekali."
Sekarang saatnya lidah emas seorang salaryman yang biasa melarikan diri dari masalah akan bekerja di sini.
"Tentu saja sedikit, di tengah perjalanan kami diserang oleh para Bandit, jumlah mereka hanya tiga orang tapi mereka sudah berada di [Rank D]."
"Apa? [Rank D]… hmm, wajar saja kalian membawa barang yang sedikit. Maaf sudah membuat anda mengingat hal yang tidak mengenakan tapi bagaimana anda bisa tahu kalau Bandit tersebut memiliki [Rank D]? Apakah anda memiliki [Skill] atau [Sihir] yang memungkinkan anda untuk menganalisis orang lain?"
Oh iya, memang benar ada [Skill] atau [Sihir] semacam itu tapi aku tidak memilikinya sih, aku hanya bisa tahu [Rank] seseorang atau sesuatu hanya dengan menggunakan perasaanku dan tebakan dan biasanya tepat.
"Mereka menggunakan [Skill]:[Flicker], itu adalah salah satu [Skill] yang sering digunakan oleh mereka yang sudah berada di [Rank D] kan? Jadi aku mengira kalau mereka memilik [Rank D]."
"Hmm, anda benar. Baiklah aku akan berhenti menanyai kalian. Sebagai gantinya aku akan menanyakan hal lain, apakah kalian memiliki pass card?"
"Hmm, maaf kami tidak memilikinya, ini perjalanan pertama kami menuju ke sini."
"Kalau begitu silahkan lakukan pembayarannya."
"1 Koin Silver kah untuk tinggal dalam jangka waktu lama?"
"Ouh, di luar dugaan anda cukup tahu juga. Benar, biayanya adalah 1 Koin Silver untuk 100 Hari."
"Ini silahkan."
Aku menyerahkan uang yang diperlukan sambil tetap memasang senyum di wajahku, sebuah senyum yang harus bisa dilakukan oleh semua orang yang hidup di dunia bisnis.
"Eh?"
Penjaga tersebut menyadari hal yang aneh.
Di tangannya sekarang ada 2 Koin Silver, bukannya satu.
"Anu, yang satu ini untuk apa?"
"Itu adalah uang untuk menjawab pertaanyaanmu jika kau akan mempertanyakan siapa kami sebenarnya juga kenapa penampilanku aneh, aku tahu dari wajahmu kalau kau akan menanyakan lebih banyak hal begitu kami memberikan uang pembayaran."
"Hahaha!"
Penjaga tersebut tertawa lalu memasukan 2 Koin Silver tersebut ke kantongnya lalu kembali memandangku.
"Tuan, anda ternyata lumayan tajam juga jadi ini adalah uang tutup mulut?"
"Boleh dibilang begitu secara kasarnya, menurutku itu adalah uang untuk sahabat."
Bagian terakhir terkesan seperti memiliki sesuatu yang tersembunyi dan dengan cepat sang penjaga menanggapinya.
"Baiklah, kalian silahkanlah lewat."
Sebuah senyuman akhirnya mengambang di wajah milik Penjaga dan akhirnya gerobak yang kami naiki masuk ke dalam setelah mendapatkan sebuah perkamen yang merupakan pass card dan kusimpan di balik kantong jubah milikku.
Sepanjang perjalanan kami menarik banyak sekali perhatian.
Alasannya mudah untuk diduga juga.
Karena penampilanku yang terkesan berbeda dan aneh.
Rambut putih, mata emas, dan juga pakaian serba hitam dengan kesan mewah yang kukenakan, sementara yang ada di belakang gerobak adalah orang-orang yang mengenakan pakaian pedagang tapi masih kalah glamor.
Semua orang mulai saling bisik dan sepertinya menjadikan hal ini sebagai gosip.
Aku hanya bisa tertawa dan mengeluarkan senyum yang terbebani oleh kesulitan sambil terus memegang kendali atas gerobak.
Setelah beberapa saat berlalu akhirnya kami sampai di depan Distrik yang mengarah ke Istana.
Aku langsung menghentikan gerobak dan turun dari gerobak dengan melompat turun ke bawah kemudian berjalan menuju ke penjaga lainnya yang berdiri di sana.
Distrik ini biasanya tidak ada banyak penjaga seperti sekarang, apalagi mereka menghalangi jalan jadi pastinya kami tidak akan bisa memasuki Istana dengan mudah.
Aku akan mencoba untuk membujuk mereka.
Jadi aku mendatangi salah satu prajurit yang sedang berjaga tersebut dan memulai sebuah percakapan dengannya.
"Maaf, mengganggu kalian."
"Hmm, ada apa?"
"Bisakah kami pergi ke Istana?"
"Maaf, tapi hari ini ada hal penting yang akan terjadi di Istana, maaf."
"Apakah itu berhubungan dengan kedatangan tamu penting?"
"Ah, tepat sekali. Akan ada tamu penting yang akan datang dan mereka akan sangat menentukan kehidupan negara ini."
"Kalau begitu apakah mereka yang kau maksud?"
Aku menunjuk ke arah anak-anak yang sedang berada di gerobak dan setelah melihat kalau aku membuat tanda agar mereka mendekat mereka langsung datang.
"Apa maksud dari semua ini?"
"Semuanya, buka tudung kalian."
Mengikuti perintahku, mereka membukanya dan wajah para penjaga bisa dilihat menunjukan ekspresi terkejut.
Penjaga yang ada di depan kami dengan segera mengeluarkan kertas yang berada di dalam kantongnya lalu munculah sebuah lingkaran yang ditulis dengan huruf yang mirip dengan huruf rune.
Itulah [Lingkaran Sihir].
Lalu dari sana munculah wujud sang tuan putri yang begitu kukenal.
Berambut coklat kayu sepinggang, mata yang memiliki warna sama dengan rambutnya, dan juga tubuh yang sudah cukup tumbuh untuk anak seumurannya.
Wajahnya lebih pas untuk dikatakan mempesona daripada sekedar dipanggil cantik.
Dia adalah Lumia Sryder.
"Ada apa para penjaga sampai harus memanggilku menggunakan [Scroll] ini?"
"Seseorang baru saja mengaku jika dia membawa para [Pahlawan Legendaris]."
"Hmm?"
Wujud Lumia yang melayang di atas udara sesaat membuatku terpukau namun di saat yang bersamaan memunculkan sedikit pertanyaan bodoh di kepalaku.
Kalau aku sedikit menunduk apakah aku bisa melihat celana dalamnya?
Ini mungkin hanya semacam projeksi tapi bukankah hal semacam ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya?
Aku segera membungkuk dan menatap ke arah Lumia.
Ahh, masih kurang kelihatan.
"Senang bertemu denganmu lagi, Putri Lumia."
"Ohh… kau siapa ya?"
Ehh?!
"Hah?! Siapa? Ini aku lho!"
"Aku mengenal [Pahlawan] lainnya tapi aku tidak mengenal siapa dirimu, jangan-jangan kau adalah orang yang telah berbaik hati mengantarkan para [Pahlawan Legendaris] setelah mereka berhasil selamat dari serbuan kecil prajurit Mestala ya?"
Sebuah senyuman tak berdosa dilontarkan oleh Lumia ke arahku…
Melihatnya aku hanya bisa merasakan kalau bulu mataku terasa bergerak-gerak seperti sedang kejang.
Ga—gadis ini sepertinya marah akan sesuatu!
Apa, kenapa dia marah…
Jangan-jangan gara-gara aku berpura-pura tidak mengenalnya pada saat awal pertemuan dan hanya menyapa Ougon?! Dia tertawa lho pada saat melihat kami berdua saling beradu!
Tunggu, jangan-jangan tawa itu…
Penanda jika dia merasa kesal…
Selain itu aku juga berpura-pura tidak mengingat janji yang kubuat dengannya 8 tahun lalu.
Ah…
"Ahhh! Lumia, maafkan aku, maafkan aku! Aku tidak akan berpura-pura tidak mengenalmu lagi!"
"Ah~ tidak apa-apa kok, anda sudah baik sekali mau mengantarkan para [Pahlawan Legendaris] ke Ibukota."
Dia bahkan tidak mempedulikan perkataanku!
Sepertinya memang benar itu adalah penyebabnya.
Aku langsung kehilangan niat untuk mencoba mengintip celana dalamnya kemudian berganti dari membungkuk menjadi melakukan dogeza.
"Lumia-san, oh Lumia-san. Bisakah anda tolong memaafkan aku?"
Dari hatiku yang paling dalam aku mengatakan hal tersebut…
Mari kita lihat jawaban dari Lumia.
Sesaat dia terdiam sambil seolah sedang menimang-nimang sesuatu.
Ahh, masih ada harapan sepertinya.
"Hmm, nanti kau akan mendapatkan hadiah yang cocok untuk pencapaian dan bantuanmu, kami akan mengirimnya nanti dan jangan khawatir, kami sudah tahu lokasimu denagn Pass Card yang kau bawa sekarang!"
"Aku tidak dipedulikan!"
"Para penjaga tolong bawa para Pahlawan masuk ke Distrik Dalam lalu kawal mereka menuju Istana. Tapi jangan biarkan pria berambut putih itu mengikuti mereka, soalnya dia akan mendapatkan hadiah khusus~"
"Baik!"
Begitu selesai berbicara, wujud dari Lumia menghilang dalam sekejap mata meninggalkan diriku yang sedang melakukan dogeza sendirian.
"Uwaaaaaaa! Fukou da!" (Fukou da!=Sial sekali, refrensi dari Kamijou Touma)
Aku langsung mengangkat kepalaku sambil mengacak-acak rambutku lalu aku menoleh ke arah prajurit lalu ke arah Kaito dan kawan-kawannya.
Aku bisa melihat kalau Shizuka tersenyum penuh kemenangan sementara diriku rasanya akan mati karena serangan jantung sekitar 40 detik lagi, dia seolah ingin mengatakan 'Aku menang' dengan ekspresi wajahnya.
"Ahh~ sudah tidak bisa diapa-apakan lagi~ kita harus meninggalkan Sakaki sendirian di sini karena seperti itulah perintah dari sang Tuan Putri~"
Dia mengucapkan hal itu sambil berjalan ke arah Kaito dan yang lainnya lalu mulai mendorong mereka masuk ke dalam pintu masuk menuju gerbang Distrik Dalam, meninggalkanku.
"Oi, tunggu Shizuka, kita juga harus membawa Sakaki-san juga!"
"Tapi Kaito, kau sudah mendengar perintah dari sang Tuan Putri kan? Katanya dia tidak akan diizinkan masuk ke dalam sini."
"Uhh… ada benarnya, tapi kita tidak bisa meninggalkan dia begitu saja!"
"Kau kenapa begitu peduli dengan om-om ini sih Kaito?"
"Apakah kau tidak mengerti, dialah penyelamat hidup kita!"
"Sekarang aku yang tidak mengerti apa yang sedang kau katakan~ ayo cepat pergi dari sini."
Entah mengapa dari nada bicaranya dia terlihat senang sekali melihatku tak boleh ikut pergi ke Istana, jujur hal ini membuatku semakin tidak menyukai gadis itu.
Pada awalnya aku menahannya dan menganggap kalau seperti itulah tingkah seorang Tsundere tapi ini sudah melewati batas normal, bisa dilihat juga kalau dia hanya menunjukan kebenciannya ke arahku.
Baiklah kalau begitu…
"Tidak usah khawatir denganku Kaito-kun."
"Eh?"
Kaito langsung membalikan badannya dan dia langsung menatapku.
Sementara itu aku melakukan pose khasku, menaikan kedua tanganku yang terkepal ke atas sambil tersenyum.
"Aku pasti akan bisa bertemu dengan kalian di Istana nanti, bagaimanapun caranya!"
"…."
Beberapa kali Kaito mengucek matanya.
Dia seolah tak bisa mempercayai apa yang ada di hadapannya, seseorang yang ada di hadapannya dengan begitu percaya dirinya mengatakan hal semacam itu padahal dia sudah sering dirundung masalah, mungkin itu adalah hal yang ada di pikirannya.
"Ya, ya. Aku yakin kau bisa menemui kami nanti paman, sekarang mari kita pergi."
Namun hal yang berada di luar dugaan terjadi.
Shigure tiba-tiba berlari ke arahku lalu bersembunyi di belakangku.
Shizuka yang melihat hal ini sepertinya merasa tidak senang, aku langsung tahu hanya dengan melihat ekspresi wajahnya yang menegang.
"Shigure… apa yang kau lakukan?"
"Ka—kalian boleh pergi ke Istana tapi aku akan bersama dengan Sakaki-san."
"Aku bertanya sekali lagi, apa yang kau lakukan?"
Nada bicaranya sudah menunjukan betapa tidak senangnya dirinya dengan tindakan yang dilakukan oleh temannya, dia seolah tidak mendengar apa yang dikatakan oleh Shigure, tapi Shigure kemudian kembali membalas.
"Shizuka, aku pikir kau sudah kelewatan!"
"Hah?"
"Kau tidak percaya pada saat mendengar cerita dari kami kalau Sakaki-san adalah orang yang telah menyelamatkan kita semua dari serbuan para prajurit dan juga mengusir seekor naga, kau yang tidak melihat semuanya malah seolah memusuhi Sakaki-san… sebenarnya ada apa denganmu?"
"Ha! Tidak ada yang salah denganku. Justru sepertinya ada sesuatu yang salah denganmu Shigure, aku akui kalau dia bisa menggunakan [Sihir] atau semacamnya pada saat kita bertemu dengan para Bandit tapi tetap saja, orang semacam ini tidak mungkin adalah seorang [Pahlawan]!"
"Tapi Sakaki-san sudah—!"
"Shigure-chan!"
Aku memotong perdebatan antara mereka berdua.
Kemudian aku tersenyum kecil ke arah Shigure sambil menggaruk-garuk belakang kepalaku.
"Tidak perlu mengkhawatirkanku kok, kau lebih baik ikut ke Istana bersama dengan lainnya."
"Tidak mau…"
"Jangan menjadi keras kepala pada saat seperti ini dong, benar-benar deh…"
Aku segera mengelus pelan kepala miliknya dan dia langsung merona merah, ah reaksi yang imut dan lucu, aku jadi senang sendiri pada saat melakukannya dan berpikir untuk tidak berhenti saja tapi aku sudah tahu apa itu yang dinamakan batas.
"Ahh~ baiklah kalau begitu bagaimana kalau kita membuat perjanjian saja?"
"Perjanjian?"
"Kau tidak mengakuiku sebagai [Pahlawan] karena aku ini orang yang aneh dan juga tidak jelas seperti ini kan? Bagaimana kalau aku membuat pencapaian?"
"Pencapaian… oh, aku mengerti apa yang kau maksud."
Aku senang dia bisa mengerti.
"Aku akan menjadi [Pahlawan] dan semua itu dimulai dari nol… aku akan menjadi seorang [Adventurer] di [Adventure Guild]!"
"Hoo, boleh juga… aku terima tantanganmu."
"Tapi harus ada satu hal yang harus kau setujui supaya aku melakukan ini."
"Apa itu?"
"Tolong biarkan Shigure bersamaku."
"Boleh saja, Shigure-chan akan kutitipkan kepadamu, lakukan saja yang kau suka tapi ingat kalau kau mencoba untuk melakukan hal yang aneh-aneh di luar kehendaknya… kubunuh kau."
Pada bagian terakhir aku sempat menelan ludahku tapi aku kemudian dengan cepat pulih lalu memasang seringai terbaik yang bisa kukeluarkan untuk menunjukan perasaan kepercayaan diriku akan semua hal yang baru saja kukatakan.
"Siapapun yang menang… kau pasti tahu lanjutannya kan?"
"Aku bisa menebak pikiranmu…"
""Akan memiliki hak akan siapapun yang kalah!""
Sebuah pertaruhan dilakukan oleh baik Shizuka dan Sakaki, siapa yang akan berhasil?
Hal yang akan terakhir kali diucapkan oleh Sakaki sebelum berjalan pergi setelah mengunci perjanjian tersebut adalah; "Aku akan melakukan hal yang kusukai kepada gadis itu apapun yang terjadi…"
Kedatangan baru yang membawa lembar cerita baru…
Dan ini semua terjadi karena seorang Tuan Putri ingin memberikan pelajaran kepada seseorang yang paling dia sayangi sekaligus hormati sepanjang waktu yaitu Sakaki.
Dia hanya tertawa di kamarnya sambil membaca sebuah buku yang menceritakan kisah [Pahlawan Legendaris] yang bisa mengakhiri perang dengan sang Raja Iblis yang berjalan puluhan tahun.
"Onii-san… apa kau sudah mengingat janjimu kepadaku 8 tahun yang lalu setelah aku melakukan semua ini?"
Tanpa diketahui oleh sang Tuan Putri, akibat tindakannya sebuah legenda lain akan tercipta sekali lagi.
Kedatangan dari duo [Adventurer] terhebat yang diisi oleh Sakaki dan Shigure.