Suara tawa menggelegar begitu kami berdua berjalan keluar dari Guild.
Tak lama kemudian tawa tersebut reda dan digantikan oleh teriakan, berbagai teriakan dengan celaan sekaligus ejekan di dalamnya.
"Haaa?! Si gadis Rank A itu mau saja dimanfaatkan oleh Rank F itu?"
"Hahahaha! Guyonan macam apa ini! Hahaha!"
"Penampilan sangar tapi nyalinya kecil!"
Berbagai serangan verbal terus dilancarkan oleh semua anggota Guild kepada kami, lebih tepatnya semuanya diarahkan kepada diriku seorang.
Aku sendiri hanya bisa mendengus dengan keras saja sambil terus berjalan, menjauh dari gedung Guild lalu pergi ke arah pasar kota berada.
"Sakaki, apakah kita benar-benar akan menerima pekerjaan semacam itu?"
Di tengah perjalanan, Shigure yang berada di sampingku bertanya, dia juga mempertanyakan keputusanku untuk mengambil permintaan atau Quest dengan tingkat kesulitan sangat rendah; membantu panen.
"Kau menganggapnya sekedar pekerjaan 'semacam itu' ya."
"Eh?"
"Biar kujelaskan akan mengapa aku memilih pekerjaan ini… faktor utama adalah dirimu."
Sambil terus melangkah ke depan namun memandang ke sisi Shigure, aku pun memberikan penjelasan.
"Diriku?"
"Benar, Shigure. Aku akan jujur kepadamu, kau ini masih lemah dan kurang pengalaman, memang kau memiliki kekuatan yang hebat begitu kita melihat hasil perhitungan dari [Estimation Stone] namun jika tak diimbangi dengan berbagai pengalaman dasar kau tidak akan tahu harus melakukan apa."
Kepalanya ditundukan, dia pasti merasa seperti suatu beban setelah mendengar penjelasan dari diriku.
"Be-begitu ya."
"Tapi justru karena oleh itu, kau memiliki potensi yang masih belum dikembangkan dan bisa kita tumbuhkan bersama, untuk saat ini kita mengambil pekerjaan dasar agar kau tahu cara kerja dunia ini dan juga untuk menghasilkan uang sampingan."
Kesedihan telah menghilang dari raut wajah Shigure, senyuman kecil telah merobek langit penuh awan yang berada di dalam pikirannya, perkataanku memang tidak manis dan sama sekali tidak terselubung namun mendengar diriku sendiri berbicara seperti ini saja sudah cukup untuk menenangkan gadis ini.
Setidaknya itu lah anggapanku pada saat melihat wajah miliknya.
Kuharap itu benar, pada dasarnya aku sendiri kurang bisa membaca perasaan seseorang sehingga sering kali berbagai pertikaian tercipta gara-gara ucapanku.
Kali ini aku sepertinya berhasil menghindari hal semacam itu.
Sepanjang perjalanan menuju pasar pun kami berdua terus mengobrol, lebih tepatnya diriku saja yang banyak berbicara satu arah kepada Shigure.
Aku memberikan penjelasan akan mengapa kami harus mengambil Quest sederhana dengan lebih dalam lagi.
Dia kadang membalas ucapanku, namun sebagian besar hanya sebuah anggukan diberikan kepadaku sebagai jawaban seolah dia telah mengerti, kuharap dia benar-benar mengerti karena aku bukanlah orang yang jago menyampaikan sesuatu menggunakan mulutku.
Akhirnya kami sampai di daerah pasar.
Lebih tepatnya daerah pasar di distrik timur, distrik dengan berbagai barang murah yang memiliki kualitas menengah.
Begitu kami memasuki daerah pasar, perbedaan antara jalanan biasa dan daerah ini begitu kentara.
Orang-orang berjalan ke sana ke mari dan berlalu lalang.
Orang-orang dengan berbagai penampilan tersendiri sehingga menimbulkan kesan unik, aneh, dan fantastis juga khayal.
Melihat keramaian ini aku tidak bisa untuk tidak menelan ludahku sendiri, keramaian bukanlah hal yang cukup akrab dengan diriku.
Dibandingkan dengan diriku yang sedang merasa gugup, gadis di sampingku terlihat begitu terkesan dan semangat setelah melihat keramaian ini.
"Uwah, ada begitu banyak orang dan juga kios…"
"Seperti yang sudah bisa diharapkan dari daerah pasar. Ahahaha, lebih baik kau terus berada di dekatku atau nanti tersesat."
"Fue?"
"Tubuhmu kan kecil, bisa terdorong dan ditarik-tarik di tengah keramaian semacam ini. Ayo."
Tanpa terlalu berpikir panjang aku sudah menemukan solusi untuk mengatasi perkara kemungkinan Shigure menghilang, aku mengulurkan tanganku sembari mengedipkan sebelah mataku.
Hohoho, aku tidak mungkin akan melewatkan kesempatan ini.
Walau aku bukanlah seorang lolicon tapi aku setidaknya ingin untuk sekali saja dalam hidupku untuk menggenggam tangan dari seorang gadis.
"Uh… uhm."
Kepalanya dianggukan dan dia segera mendekatiku.
Ohohoho, kemenangan sudah berada di tanganku!
*Gyuuts*
Eh?
Aku bisa merasakan suatu sensasi yang mengatakan jika ada sesuatu sedang menarik lengan pakaianku.
"Begini… tidak apa-apa kan, Sakaki?"
Bukannya menggenggam tanganku tapi Shigure menggenggam lengan pakaianku dengan pelan tapi masih kuat seolah mengatakan jika dia akan terus bersamaku.
Pandangan mataku kualihkan ke mata wajah milik gadis berambut perak ini.
Wajahnya memerah juga aku bisa membayangkan air mata akan mengalir kapan saja dari kedua bola mata biru langitnya itu .…
Menggenggam tangan sepertinya adalah sesuatu yang berlebihan baginya kalau situasinya Shigure seperti ini…
"Haa, baiklah! Ini sudah bagus!"
Senyuman mengambang di wajah ini sebagai tanda persetujuan, wajah Shigure masih memerah namun rasa tidak nyaman sudah hilang ditelan oleh bumi.
Kakiku melangkah lebih dahulu ke dalam kerumunan orang yang terlihat tak terbatas.
Kami berdua pun ikut menghilang di antara kerumunan, berusaha untuk mencapai tempat tujuan kami… setidaknya tujuanku karena Shigure masih belum mengetahuinya.
Yah, kalau dia tahu maka kemungkinan besar dia akan menolak keinginanku untuk ke sana sih.
Setelah menghabiska waktu sekitar setengah jam akhirnya kami berhenti tepat di depan sebuah toko yang memiliki ukuran cukup luas dan ada papan nama di atasnya, tertulis di sana; Penjahit Fashion Lucas.
Mungkin hanya dengan melihat logo di papan nama saja Shigure akan mengerti tempat apa ini, logo tersebut berbentuk jarum dan benang juga kain.
"Sa, Sa… Sakaki-san! Kenapa kita ke tempat seperti ini? Tempat yang kelihatan begitu mahal ini…"
Yak, Shigure menyadarinya, dilihat dari bentuk bangunan serta berbagai hiasannya yang glamor sudah akan meyakinkan orang-orang kalau toko ini menjual barang berkualitas tinggi sekaligus mahal.
Terdapat semacam bendera juga di tiang papan nama.
Bendera itu bergambarkan bendera kerajaan.
Aa… dari jamanku dulu sampai sekarang tempat ini berarti masih belum berubah, kuharap si Lucas masih ada sih.
"Ini adalah tempat dimana aku membeli pakaian pada saat aku mulai keluar dari kota ini dan menjalani kehidupan sesungguhnya dari seorang Pahlawan."
"Eh? Berarti tempat ini sudah pernah Sakaki kunjungi bertahun-tahun yang lalu?"
"Benar sekali, mari kita masuk."
"Tunggu dulu, Sakaki."
Genggaman Shigure kepada lengan bajuku menjadi lebih kuat pada saat aku mulai berjalan ke arah pintu masuk toko ini sehingga aku harus menghentikan langkahku supaya gadis ini tidak ikut terseret.
Hmm, sudah kuduga.
"Jangan-jangan, Sakaki ingin membelikanku pakaian baru?"
"Kurang lebih."
"Aku mohon jangan."
Sebuah penolakan kah.
Hal ini sudah masuk ke dalam perhitungan dari diriku ini tapi aku sedikit tidak menduga Shigure akan benar-benar melakukannya karena dia biasanya akan menuruti segala hal yang kuucapkan tanpa kecuali.
"Alasannya?"
"Fue?"
"Berikan aku alasan akan mengapa aku tidak bisa memberikan pakaian untukmu."
"Tentu saja sudah jelas, uang kita terlalu sedikit untuk digunakan membeli pakaian, Sakaki sendiri yang bilang kalau mau membelikan pakaian untukku dengan sisa 15 koin Silver seandainya barang-barang yang kita jual mencapai 70 koin Silver… kita hanya memiliki 50 koin Silver, hmm,"
Shigure pun menggelengkan kepalanya dan memasang wajah bahwa dia tak puas dengan keputusanku.
"Bahkan uang kita sekarang kurang dari itu karena untuk menginap dan makan."
"Memang benar."
"Kalau begitu lebih baik kita pergi dari sini sekarang."
"Tapi, aku akan tetap membelikanmu pakaian baru."
Aku tetap teguh dengan keputusan yang telah kubuat, aku tidak akan menarik kata-kataku sekali aku telah mengucapkannya dengan mulutku sendiri.
"Alasannya?"
Kali ini sang gadis berambut perak dan bermata biru langit lah yang mempertanyakan keputusanku, Shigure sendiri.
Bisa dilihat kalau ada beberapa orang berhenti berjalan untuk melihat apa yang sedang kami berdua lakukan, mereka semua mulai membentuk gerombolan kecil walau tak nampak tapi aku bisa merasakan pandangan mereka.
Sama sekali tak ada suara dari mereka, tapi aku hanya tahu saja.
Alasannya kah…
Kukedipkan mataku sambil menaikkan jempolku.
"Tentu saja, aku ingin Shigure terlihat cantik."
"Jangan main-main…"
Suara milik Shigure bergetar, dia sepertinya tidak menerima jawabanku.
Marah, mungkin dia sekarang sedang marah, tak ada kemungkinan lain selain ini dari sudut pandangku sekarang.
Orang-orang yang menonton masih banyak, mereka pasti mengharapkan pertengkaran dari kami…
Sayangnya hal semacam itu tidak akan terjadi.
"Shigure…"
"Umumu…"
Dengan kecepatan yang luar biasa, dengan menggunakan salah satu skill milikku; [Flicker], aku menggerakan tanganku sampai akhirnya menciptakan hembusan angin kecil yang mengangkat pakaian milik Shigure ke atas.
Pakaian pedagang menyerupai jubah dan memiliki warna coklat sekaligus lusuh tersebut terangkat, menunjukan kondisinya yang memprihatinkan dengan beberapa sudut pakaian memiliki warna kusam dan lubang-lubang di baliknya.
Shigure yang menyadari hal ini dengan segera berusaha untuk menurunkan pakaiannya tersebut, dia lalu memandangku dengan tatapan sebal.
"Sakaki… selalu tidak adil…"
"Sekarang kau sudah tahu alasannya, jangan kira aku tidak tahu dan berusaha untuk menutupinya."
Orang-orang mulai berhamburan kembali, mereka pergi meninggalkan kami karena mereka tidak mendapatkan hal yang mereka inginkan.
Kalau aku memberikan apa yang mereka inginkan maka aku akan menonjok mereka secara satu persatu menggunakan [Flicker] milikku sebagai ganti pembayaran.
"Aku memperhatikan orang lain daripada diriku sendiri, dalam kasus ini aku lebih mementingkan Shigure daripada yang lain."
"Tapi kenapa?"
"Memang ada yang perlu dikhawatirkan dari diriku ini?"
Benar, sama sekali tidak ada satu hal pun perlu dikhawatirkan dari diriku.
Sakaki di depanmu ini adalah seseorang yang sudah memiliki banyak pengalaman di dunia tempat Shigure terdampar sebelumnya dan juga dia memiliki kekuatan mendekati ketidak batasan, selalu berhasil melampaui kesulitan yang terkesan mustahil membuatnya menjadi lebih kuat tetapi dia masih berusaha untuk menjaga dirinya dari sifat sombong walau agak gagal dan juga kemanusiaan miliknya.
Itulah diriku.
Sama sekali tidak perlu untuk mengkhawatirkan diriku barang satu pun, satu kemungkinan untuk seseorang khawatir kepadaku pada dasarnya tidak ada.
"Kalau begitu Sakaki… kalau kita mendapatkan uang maka kita akan melakukan sesuatu dengan penampilanmu juga."
"Hmm?"
Penampilanku?
"Terutama dasi yang kau kenakan itu."
"Ah, ini kah… aku tidak keberatan dengan pakaian lainnya tapi tolong biarkan dasi ini saja."
"Dasi yang sudah terpotong setengah dan berada di kondisi seperti pernah terbakar itu?"
"Hahaha, kau kuberitahu ya, ini adalah pemberian dari keluargaku pada saat aku pertama kali bekerja, jadi aku tidak bisa membuangnya atau menggantinya dengan mudah."
"Baiklah kalau begitu … setidaknya kita hanya akan mengubah pakaianmu karena terkesan begitu mencolok dan nampak layaknya seorang bangsawan."
"Walau aku pada dasarnya sama sekali tidak memiliki sifat dari seorang bangsawan sama sekali."
Kunaikan kedua bahuku sambil tersenyum kecil.
Ahh, aku menyerah dan dia sepertinya akan menurutiku kalau aku menyerah kepadanya.
Lebih baik menuruti keinginannya.
Lagipula perkataan Shigure ada benarnya kalau pakaian ini terlihat begitu mencolok, mirip pakaian-pakaian para bangsawan.
Mungkin suatu hari nanti aku akan menggantinya dengan pakaian yang lebih mirip seorang 'Adventurer' jika kami memiliki uang.
Jadi untuk sekarang…
"Ayo masuk ke dalam."
"Iya!"
Ouh.
Jawabannya begitu bersemangat sekali.
Meraih kemenangan memang akan terasa menyenangkan, walau dalam kasus ini aku membiarkan dia mendapatkan apa yang diinginkannya.
—***—
"Huwah…"
Shigure menyuarakan kekagumannya sembari berlenggak-lenggok menatap pantulan dari bayanganya di cermin.
Sementara aku berada di belakangnya sambil bersedekap dan menganggukan kepalaku berkali-kali, wajahku menunjukan rasa kebahagian sekaligus rasa bersyukur terpantul di cermin yang sama.
Di sampingku terdapat seorang pria dengan perawakan tinggi dan besar namun entah mengapa dia terkesan feminim, wajahnya bersih dari kumis dan semacamnya namun wajahnya dengan jelas sudah menunjukan kalau dia adalah laki-laki, hanya saja gelagat juga pakaian yang dikenakannya memancarkan kesan kontras.
"Hum! Hum! Ini adalah pakaian yang begitu cocok untuk dirimu, nona!"
Pria di sampingku tersebut memberikan komentarnya, dia melakukannya sambil berjalan ke arah Shigure dan menepukan kedua tangannya.
"Aku tidak tahu kalau pakaian yang terlihat semewah ini bisa dikenakan dengan begitu mudah dan ditambah lagi berbanding terbalik dengan kelihatannya aku bisa bergerak dengan sangat bebas."
"Terima kasih atas pujiannya nona! Anda adalah pelanggan yang memiliki mata bagus."
Sementara kedua orang tersebut sedang saling cakap, diriku seorang sedang melihat-lihat seisi toko.
Toko dengan nama Penjahit Fashion Lucas ini amatlah luas untuk sebuah toko pakaian, ditambah lagi dengan begitu banyaknya manekin yang sedang mengenakan berbagai pakaian hasil desain dari pria di dekat Shigure itu.
Kalau tidak menempel di manekin maka pakaian yang dipamerkan tersebut akan berada di dalam suatu kotak kaca dan disimpan dengan begitu baik sehingga tidak ada sama sekali penurunan kualitas.
Walau aku tidak mendalami dunia fashion tapi aku bisa menebak hal-hal semacam ini karena kehidupan dari seorang Adventurer memaksamu untuk memahami berbagai macam hal.
Aku terkejut kalau diriku bisa mengingat hal-hal semacam ini juga sampai saat aku kembali ke dunia asal.
Terima kasih karena pengetahuan ini aku berhasil menghindari penipuan dan juga barang palsu.
Sebagai gantinya aku membuat bisnis mereka yang hidup dari cara ini ditutup sih…
Mengingat hal semacam ini sekarang juga tidak ada gunanya juga.
Aku kemudian mengarahkan pandanganku ke arah Shigure dan si pria unik kembali, mereka masih terus mengobrol dengan begitu penuh semangat dan juga perasaan.
Aku memang sudah menduganya tapi sepertinya Shigure memanglah jenis orang yang supel dan memiliki ketertarikan akan hal semacam ini, kalau ketertarikannya sama maka dia bisa berbicara dengan bebas tapi selain itu maka dia akan bersikap malu kah.
Kepala miliku terangguk beberapa kali sembari diriku tertawa kecil.
Aku mempelajari satu dua hal baru mengenai Shigure hanya dari mengawasi, tidak, memandanginya saja.
"Sa—Sakaki."
"Hmm?"
Begitu aku tersadar dan telah kembali dari lamunanku, Shigure sudah berada di depanku dan masih mengenakan pakaian yang sama.
"Bagaimana menurutmu?"
Kutelan ludahku sambil memandang pakaian yang sedang dikenakan oleh gadis berambut perak dengan tatapan mata polos tersebut seperti anjing kecil.
Pakaian yang sedang dikenakannya menurutku masih bisa termasuk ke dalam kategori sebuah gaun menurutku tapi dipadukan dengan style dari suatu Garb juga sehingga meskipun nampak mewah tapi tetap saja terkesan ada perasan 'Adventurer'-nya.
Pakain tersebut memiliki dua buah lapisan, satunya adalah sebuah rok dengan ukuran cukup pendek yang bisa dilihat dari depan dan di belakang terdapat sebuah rok panjang dengan panjang selutut milik kaki Shigure yang pendek.
Untuk alas kaki dia mengenakan semacam sepatu boots yang panjang, sepatu boots tersebut menutupi lututnya juga dan di baliknya ia mengenakan kaos kaki yang hampir menutupi seluruh pahanya sehingg kaki kecilnya yang memiliki paha montok juga setidaknya tersembunyikan.
Dasar warna dari pakaian ini adalah warna putih yang menunjukan kesucian namun di sini terkesan sebagai keseksian di mataku.
Pakaian ini memang bagus, kuakui hal itu dan aku kemudian menoleh ke arah sang pria pemilik toko ini.
Sebuah acungan jempol diberikannya kepadaku seolah dia barusaha untuk meyakinkanku, tidak, dia pasti sedang meyakinkanku sekarang untuk memilih pakaian yang sedang dikenakan oleh Shigure sekarang.
Tanpa perlu melakukan pemastian lebih jauh sudah jelas kalau Shigure menyukai pakaian ini.
Tapi aku akan menanyakannya lagi sebagai cara untuk meyakinkan diriku sekali lagi yang merasa agak risih dengan pakaian tersebut.
"Shigure… apa kau suka pakaian itu?"
"Um! Rasanya seperti sedang cosplay!"
Co—Cosplay ya… hal semacam ini tidak terduga juga.
Mendengarnya langsung dari mulut milik seorang Shigure agak membuatku syok juga.
"Pakaian ini seperti pakaian dari para tokoh novel dan komik yang sering Shizuka baca."
"Shizuka? Ah, si loli tsundere itu kah."
"Un."
Shigure menganggukan kepalanya, wajah dengan senyuman di wajahnya telah menunjukan kalau apa yang dikatakannya adalah kebenaran dan juga hasil kejujuran dirinya.
"Hee… jadi kau mau mengenakan pakaian semacam ini karena kau sendiri sering melihatnya."
"Iya, dan di luar dugaan pakaian ini juga terasa begitu nyaman dan bebas."
"Ehh… begitu ya."
Sekali lagi aku melirik ke arah si pemilik toko.
Wajah yang sedang dipasangnya sekarang sudah sangat sulit untuk kugambarkan dengan kata-kata.
Terlihat seperti seekor hewan buas yang siap melahap mangsanya…
"Ahh… baiklah, Lucas."
"Iya?"
Dengan kedua tangannya yang saling gosok, si pemilik toko datang ke arahku dan memasang wajah siap bisnis miliknya.
"Aku akan membeli pakaian yang sedang dikenakan oleh gadis berambut perak ini."
"Seperti yang sudah bisa diduga dari sang Pahlawan, dia tidak takut membuang uang demi kebaikan seorang gadis!"
Orang ini sama sekali tidak berubah sama sekali…
Kami, aku dan Lucas, sudah saling mengenal tapi kalau aku harus menceritakan latar belakang bagaimana kami bisa memiliki hubungan seperti sekarang akan memakan waktu cukup lama.
Anggap saja Lucas ini pernah berhutang nyawanya kepada diriku dulu.
"Baiklah harganya 30 koin Silver~!"
"Ahh, cuma—APA?!"
Tentu saja, aku menaikan suaraku begitu mendengar harga pakaian yang sedang dikenakan oleh Shigure ini.
Harganya mahal! Terlalu mahal! Untuk uang kami yang sekarang berada di bawah 50 koin Silver angka 30 itu sudah melampaui separuh dari uang yang ada.
Aku langsung membuka mataku lebar-lebar dan tertawa kecil.
"Ahh, pasti ada kesalahan di sini, tidak mungkin kan harga pakaiannya sampai semahal itu!"
Lucas kutarik dan kami pun melanjutkan pembicaraan kami dengan saling bisik agar Shigure tak mendengar pembicaraan dari kami berdua.
"Harga aslinya itu bisa mencapai 70 koin Silver lho, aku justru memberikan diskon yang sudah lumayan banyak kepadamu, Sakaki~"
"Ugh, memang benar…"
"Kalau kau bisa memberikan alasan yang menyakinkan supaya aku menurunkan harganya maka lain ceritanya."
"Ugh… kalau itu sih…"
"Kau ini tidak berubah sama sekali daripada sebelumnya setelah sekian tahun berlalu, hanya jago meyakinkan seorang gadis saja~"
Sakit!
Ini adalah kenyataan yang menyakitkan, bahkan diriku sendiri sudah menyadari hal ini pada dasarnya!
Kemudian hening selama beberapa saat…
"Baiklah, aku akan membelinya dengan 30 koin Silver…"
"Terima kasih atas bisnisnya~"
"Tapi jangan bilang ke Shigure!"
"Ah, jadi nama gadis itu Shigure ya? Wah, kau sampai melakukan semua ini demi dia, apakah dia kekasihmu atau dalam kasusmu lebih tepatnya adikmu, ada kemungkinan juga kalau itu keponakan."
"Dia itu cuma sekutuku…"
"Ahh~ begitu kah rupanya, jaga perilaku dan nafsumu kalau begitu, jangan biarkan kau jadi pelaku pedofilia~"
"… akan kuingat perkataanmu itu seandainya waktu sudah memanggil akan kejadian semacam itu untuk terjadi."
"Baguslah kalau begitu~"
Pada hari itu, aku memang berhasil membuat Shigure menjadi nampak lebih cantik dari sebelumnya namun masa depanku sebagai seseorang yang bisa diandalkan rasanya perlu dipertanyakan…
Dan…
Kami sekarang sedang dalam perjalanan menuju tempat dimana pekerjaan atau Quest milik kami, sedang menaiki suatu kereta kuda untuk menuju desa yang berada di daerah pinggiran luar tembok kota Astalfit.
Berpikir kalau pekerjaan ini akan berjalan dengan lancar walau memang akan ada sedikit kesulitan.
Tapi bagaimana kalau kesulitan tersebut lebih besar daripada apa yang bisa kita kira?
Aku sedang berada di dalam kereta kuda sambil mengobrol riang bersama Shigure sekarang.
—***—
Api yang membara telah membinasakan sebuah desa yang berada di pinggiran Ibukota kerajaan ini.
Letak kejadian tersebut begitu dekat dengan pusat pemerintahan dari negara ini tapi masih belum ada pihak yang menyadari hal ini.
Dari balik asap yang mengepul dan api membara, munculah keberadaan dari seseorang yang sedang menaiki seekor kuda.
Tapi kuda tersebut tak memiliki kepala dan warna bulunya begitu hitam, amat pekat sampai bisa disamakan dengan malam itu sendiri.
Di atas kuda tanpa kepala tersebut, terdapat seseorang dengan penampilan yang akan membuat orang mengerjapkan mata mereka.
Seorang—seekor mahluk aneh dengan tubuh manusia dan mengenakan baju zirah berwarna hitam legam namun wajahnya adalah tengkorak yang disembunyikan oleh helm namun masih nampak.
"Ahhh…"
Suara berat keluar dari arah mahluk tersebut dan dilanjutkan dengan suara tawa.
"Aku bisa merasakan kalau dengan terus membawa kehancuran…. aku bisa menjadi sang Raja Iblis dengan cepat…"
Api yang masih membara mengiringi kepergiannya dari desa tersebut.
Dia berlalu dan menghilang dari pandangan…
Meninggalkan sisa-sisa kehancuran tanpa batas dan ketidak beradaan kehidupan di sana.
Tak lama kemudian kemunculan orang-orang dengan jumlah besar yang sedang menenteng senjata juga obor di kedua tangan milik mereka, mereka mengikuti langkah mahluk berwajahkan tengkorak tersebut.
Tidak ada suara lain dari suara langkah milik mereka semua.
Sama seperti mahluk berwajah tengkorak.
Mereka berlalu dan meninggalkan desa yang sudah tak berbentuk itu.