Hari-hari kini terlantunkan dengan senandung rindu yang kian menggebu sehingga membuat setiap penghuni langit ikut berdoa dengan bahasanya. Mereka menyeru dalam sepi yang tidak terdengarkan oleh manusia. Ketahuilah bidadariku, mungkin saat ini sajakku hanyalah bagaikan lakon yang berdiksi metafor bagi sebagian orang yang membaca tanpa hanti dari bait kebait hingga menjadi sebuah kalimat yang hikmat penuh pengajaran suka cita. Bidadari tersembunyi, terkadang orang tak melihat ketulusan hati seseorang melainkan mereka hanyalah sebatas melihat raut wajah tampan penggugah jiwa. Dan engkaupun telah tahu wahai bidadariku. Engkau telah tahu bahwa aku bukanlah sosok setampan Nabi Yusuf As dari Mesir ataupun seperti Arjuna dari Kurawa. Aku hanyalah sesosk insan yang berlapiskan kain usang yang dikatakan oleh kebanyakan orang tak pantas untuk dipakai. Begitupula dengan rupaku yang tidaklah segagah ataupun setampan Daud dalam cerita warga Palestina. Inilah aku insan yang tak berpunya apa-apa. Insan yang hanya berbungkus bahan pinjaman dari sang pencipta. Namun, inilah puji dan syukurku yang terhikmat sepanjang masa sampai kapan mungkin aku akan tua. Syukurku yang telah bertemu denganmu yang anggun lagi bijaksana. Dirimu yang tak memandang apa-apa selain hati ikhlas mencapai ridhoNya.
Duhai Bidadari tersembunyiku. Masikah engkau ingat kala hujan mulai menyapa dengan mesranya. Dimalam itu aku lantunkan semua isi hati yang kian terpendam begitu lama padamu. Hingga akhirnya kita bertemu dalam ruang imajinasi yang tak pernah terduga. Akupun hampir tidak menyangka setiap rasa yang aku punya padamu ternyata engkaupun miliki. Sungguh, ini semua terasa seperti karunia dari sang kuasa bagiku. Dan ketahuilah bidadariku, dalam sajak berdiam bersama angin yang memberikan ruang kehidupan aku selalu melapaskan nama tersela dalam waktu yang terkadang tidak bisa terhitung. Tapi, begitulah caraku menceritakan tentangmu kepada sang pemilik hati.
Bidadari tersembunyiku. Engkau tahu kini setiap apa yang aku rasakan engkaupun telah mampu untuk merasakannya. Segala resah yang aku dera engkaupun resah tanpa di duga. Sungguh bidadariku. Dari lubuk hati yang paling terdalam tidak pernah ada kata dusta yang terucap dari setiap rasa yang aku dera ini padamu. Bidadariku. Inilah ketulusan hati serta jiwaku yang terbungkus kulit yang tidaklah begitu keras. Dari hatiku yang paling terdalam rasa ini ada hingga mengarah kepadamu yang terharapkan.