Chereads / The King Ghost Wife / Chapter 60 - Chapter 59 - Menyadarinya

Chapter 60 - Chapter 59 - Menyadarinya

Gia mengemasi barang-barangnya dan memastikan tidak ada yang ketinggalan. Ia merapikan ranjang yang ia gunakan dan melipat selimut kemudian menatanya dengan rapi bersama bantal. Setelah selesai ia memandang hasilnya dan melihat sekitar apakah sudah bersih seperti sebelum ia menempati kamar ini.

Gia menepuk tangannya seolah membersihkan dari debu dan merasa senang setelah merapikan kamarnya, ia berjalan menuju pintu dan membukanya namun ia melihat Yu Ren yang berdiri tepat di depannya.

"Kau akan meninggalkan sekarang?" Yu Ren masih merasa sedih karena ia meninggalkannya.

Gia mengangguk dan menepuk bahunya. "Jangan bersedih, aku yakin kita akan bertemu lagi."

Yu Ren akhirnya menerima kepergiannya dan mengantarkan ke istal kuda untuk mengambil kudanya, sepanjang perjalanan Yu Ren memegang tangan Gia erat tanpa memperdulikan tatapan semua orang, ia hanya ingin merasakan kehangatan Gia untuk terakhir kali sebelum melepas kepergiannya.

"Ini kudamu." Yu Ren melepaskan kuda Gia dari kandang dan menyerahkan tali kuda padanya.

Gia menerimanya. "Terima kasih."

Gia menuntun kudanya menuju gerbang depan bersama Yu Ren, ia meliriknya yang masih enggan melepasnya. Ia menghela nafas menghadapi situasi ini, sudah lama ia tidak merasakan kehangatan dari seseorang di dekatnya, ia tahu setiap ada pertemuan pasti akan ada perpisahan. Tetapi, Gia tidak menyesali perpisahaan ini sebab ia masih bisa bertemu Yu Ren kembali, sahabat terbaiknya.

Setelah sampai di gerbang depan, Gia menaiki kudanya dan sedikit menunduk untuk menatap Yu Ren. "Aku akan pergi."

Yu Ren mengangguk mengerti dan menepuk pelan tubuh kudanya.

"Aku akan datang melihat pertandinganmu."

Yu Ren mengangkat kepalanya ketika mendengar perkataan Gia, dia merasa bersemangat karena ada cara untuk bertemu dengannya. "Janji?"

Gia mengangguk dan tersenyum melihat Yu Ren kembali ceria. "Aku berjanji, karena itu berjuanglah agar bisa menang."

Yu Ren menaganggukan kepalanya semangat dan memegang tangan Gia. "Aku akan berjuang keras memenangkannya, tidak hanya untuk menunjukan pada klanku tetapi aku ingin menunjukan padamu bahwa aku bisa mewujudkan harapanku."

Gia mengeratkan genggamannya. "Kamu berjanji ya, jangan menyerah dengan harapanmu."

Yu Shen menatap adiknya yang tengah tertawa bersama Gia, ia jarang melihat adiknya sesenang ini ketika bersama orang lain. Ia sangat mengerti adiknya karena telah tumbuh bersamanya sejak kecil, sebenarnya ia tidak menyetujui perjodohan yang di ajukan ayahnya pada keluarga kekaisaran tetapi ia tidak bisa berbuat apapun karena posisinya yang rendah dibandingkan tetua klan lain. Ia sangat mengerti keinginan adiknya untuk diakui sebagai kultivator wanita yang paling hebat, dan dia sangat senang melihatnya memiliki teman seperti Gia.

Gia melepaskan tangannya dari Yu Ren dan memegang kendali kuda. "Kalau begitu aku pergi dulu."

Yu Ren mengangguk dan merelakannya. "Kalau begitu hati hati di perjalanan."

Gia tersenyum padanya dan mengendalikan kudanya untuk meninggalkan kediaman klan Yu.

"KAU HARUS DATANG MELIHAT PERTANDINGANKU! JIKA KAU MENGIKARINYA MAKA AKU AKAN MENCARIMU DI SELURUH BENUA!" Yu Ren berteriak keras pada Gia hingga menjadi perhatian orang di sekitar.

"AKU JUGA AKAN BERJUANG KERAS MEWUJUDKAN HARAPANKU!"

Gia membalasnya dengan mengancungkan jempol tanpa membalikan tubuhnya.

Yu Ren hanya tertawa melihat respon Gia, ia mengatur nafasnya karena terengah rengah terlalu keras berteriak. "Hahhh... hah... kamu harus datang..." Ujarnya pelan setelah melihatnya menghilang dari balik bangunan.

Yu Shen menghampiri adiknya dan berdiri di sampingnya takut jika ia tidak bisa menahan perpisahan ini. "Yu Ren."

Yu Ren mengangkat kepalanya dan melihat kakaknya yang menatapnya khawatir, ia tersenyum padanya untuk menenangkannya. "Gia akan selalu ada di dalam hatiku, karena itu aku akan melangkah maju."

Yu Shen menepuk kepala adiknya tidak menyangka karena ia lebih tegar dari dugaannya.

oOo

Junzhi memberikan kain bersih kepada Baojia untuk menyeka keringatnya seusai latihan paginya. Junzhi telah berada di kediaman Baojia sejak Putri Jialin menghilang sebagai pelayan pangeran kedua. Junzhi hanya bisa menerima keputusan sepihak Baojia karena ia tidak bisa berbuat apa-apa untuk membantu menemukan Putri Jialin, walaupun ia masih tidak nyaman dengan perasaan Baojia terhadapnya.

"Kenapa kamu melamun?" Baojia menerima kain dari Junzhi dan menyeka keringat di wajahnya.

Junzhi menggelengkan kepalanya dan menatap Baojia. "Saya tidak melamun."

"Jangan berbohong, aku sudah mengenalmu sejak kecil." Ia berjalan mendekati Junzhi dan duduk di sampingnya.

Junzhi sedikit pindah ketika Baojia duduk di dekatnya, ia mengalihkan pandangannya ke samping ketika Baojia hendak mengganti pakaian basahnya karena keringat dengan pakaian baru dari cincin ruang.

Baojia telah selesai mengganti pakaian atasnya dan melihat Junzhi yang duduk sedikit menjauh darinya, ia menghela nafas melihat penolakan Junzhi terhadapnya. "Kamu memikirkan Jialin ya?"

Junzhi menangguk dan menghadap Baojia setelah memastikan ia selesai mengenakan pakaian. "Iya," jawabnya lirih.

Baojia menggenggam kedua tangannya dan menatap kedepan. "Junzhi menurutmu orang yang menggantikan tubuh orang lain apakah buruk?"

"Tentu saja buruk! Mengambil alih tubuh orang lain dan berpura-pura menjadi dirinya adalah perbuatan tercela dan tak termaafkan." Junzhi mengutarakan pendapatnya mengenai pertanyaan Baojia.

Baojia tersenyum mendengar pendapat Junzhi yang mirip dengannya, ia tak salah membenci roh lain yang menempati tubuh Jialin dan menggunakan identitasnya untuk menipu orang sekitar terutama dirinya.

"Tetapi," Junzhi sedikit menjeda perkataannya dan menatap langit.

"Tetapi?" Baojia mengerutkan dahinya mendengar ucapan Junzhi.

"Tetapi jika ada roh lain yang menempati tubuh seseorang tanpa kehendaknya sendiri bukalah perbuatan yang buruk, ia tidak mengerti apa-apa dan menempati tubuh orang lain, ia mungkin memiliki alasan lain kenapa ia bisa menempati tubuh orang lain."

"Jadi baik atau buruk itu di tentukan setelah mendengar alasan sebenarnya, kita tidak bisa menilai dari satu sudut pandang dan menghakimi seenaknya roh yang menempati tubuh itu." Ia menolehkan kepalanya dan memandang Baojia.

Baojia terdiam dan mengalihkan pandangannya dari Junzhi, ia menundukan kepala dan melihat tanah yang ia injak dan memikirkan ucapan Junzhi.

"Ada apa Pangeran Kedua?" Junzhi memiringkan kepalanya melihat Baojia yang menundukan kepala.

"Junzhi bagaimana jika Jialin yang kita lihat bukanlah Jialin yang asli?" Baojia mengangkat kepalanya dan menatap Junzhi.

"Saya tidak ingin mengatakannya." Junzhi mengalihkan pandangannya menjauh dari Baojia.

"Kau menyadarinya bukan?" Baojia menegakkan tubuhnya dan menatap Junzhi tajam.

Junzhi diam tidak menjawab namun matanya terasa panas, ia telah lama sadar Putri Jialin yang ia temani belakangan ini sebenarnya bukanlah yang asli karena dia sangat mengenalnya sejak kecil. Walaupun Putri Jialin saat ini memiliki banyak kesamaan dengan Putri Jialin yang dulu tetapi ia bisa membedakannya dengan jelas, sebab perasaan yang ditimbulkan dari Putri Jialin saat ini sangat berbeda dengan Putri Jialin dulu seolah ia menjauhinya.

Junzhi hanya tidak ingin mengakuinya dan memilih tenggelam dalam kenyataan palsu karena dia merasa bersalah tidak bisa menjaganya dari kecelakaan yang menyebabkannya seperti ini. Junzhi tidak sanggup menatap Baojia karena dia sudah mengecewakannya sebab dia mempercayakan Putri Jialin kepadanya ketika ia pergi berlatih.

"Junzhi jawab aku." Baojia meraih bahu Junzhi dan mencengkramnya.

Junzhi tidak berani mengangkat kepalanya dan membiarkan air mata menetes dari matanya. "Maafkan saya."

Baojia melepas cengkramannya dan mengacak rambutnya fustrasi. "Kenapa semua ini terjadi?"

"Padahal aku berlatih dengan keras agar bisa membawa Jialin dari tempat terkutuk ini, tetapi kenapa semua ini terjadi?!?!" Baojia menggepalkan tangannya dan memukul pilar di sampingnya.

Buk buk buk buk

"Aku tidak berguna, seharusnya aku membawa Jialin pergi berlatih denganku." Baojia sangat menyesalinya karena tidak membawa Jialin bersamanya, seadainya Jialin di sisinya semua kejaadian ini tidak akan terjadi.

"Pangeran tolong jangan sakiti diri sendiri." Junzhi menghentikan perbuatan Baojia karena tangannya sudah memerah dan berdarah. "Ini semua adalah salah saya yang tidak bisa menjaga Tuan Putri," ujarnya sambil terisak.

Baojia menghentikan kegiatannya dan melihat Junzhi yang tengah menangis. "Ini semua bukan salahmu." Ia mengambil Junzhi dalam pelukannya untuk menenangkannya.

Junzhi tidak sempat menolaknya dan membiarkannya memeluknya karena ia sangat sedih dengan keadaan Putri Jialin yang digantikan jiwanya dengan jiwa orang lain.

'Aku harus mencari dalang dari semua ini.' Entah mengapa ia merasa sedikit percaya dengan jiwa yang menempati tubuh Jialin, ia merasa dia tidak berbohong dan mengatakan yang sebenarnya. Ia harus mencari dalang sebenarnya yang membuat kondisi Jialin seperti ini dan mencari cara untuk mengembalikan jiwa Jialin ke tubuhnya sendiri.

-TBC-

Related Books

Popular novel hashtag