Chereads / The King Ghost Wife / Chapter 61 - Chapter 60 - Misteri yang Menggantung

Chapter 61 - Chapter 60 - Misteri yang Menggantung

Raja Hantu mengikuti bawahannya yang membawanya ke sebuah bangunan yang menjadi tempat keempat orang yang telah menyerang Gia di sembunyikan. Ia tidak bisa mengontrol kekuatannya dan membuat bawahannya merasa ketakutan akan kekuatannya yang mengerikan sebab tubuh aslinya telah mentransfer kekuatan agar bisa menompang tubuh rohnya ketika melakukan penyiksaan pada keempat orang tersebut.

Bawahannya membukakan pintu untuknya dan mempersilahkannya masuk walaupun ia tahu masternya dapat menembus benda dengan tubuh rohnya. "Master silahkan masuk, mereka ada di dalam."

Mata merahnya memandang pintu yang terbuka dan hanya kegelapan yang menyapa pandangannya. "Buat barier di tempat ini!" Ia memerintahkan bawahannya untuk membuat barier yang mencegah suara yang akan ia hasilkan terdengar sampai luar.

"Baik master." Ia langsung tunduk pada perintahnya dan melaksanakannya, ia sangat mengenal masternya walaupun ia terkadang gila tetapi dalam keadaan serius maka ia akan sangat mengerikan apalagi hal ini mengusik miliknya.

Raja Hantu memasuki bangunan tersebut dan menjentikan jarinya, tiba-tiba lilin yang ada di ruangan tersebut menyala bersamaan dan dia dapat melihat dengan jelas pemandangan tubuh yang tergantung pada dinding dengan keadaan muka babak belur dan luka-luka pada tubuh mereka akibat perbuatan anak buahnya yang menangkap mereka dengan kekerasan.

Ia menyeringai keji manatap tubuh menyedihkan mereka, ia berjalan mendekati meja yang telah di sediakan oleh anak buahnya yang tersedia bermacam-macam alat penyiksaan yang akan membuat mereka membuka mulut menyebutkan dalang yang mencelakai Gia kesayangannya. Ia mengambil sebuah ember yang berisi air garam dan menyiramkannya pada mereka agar segera bangun.

Tak di hiraukannya rintihan rasa sakit ketika luka mereka terkena air yang telah di beri garam, ia mengambil sebuah cambuk yang berigi dan menyeringai kepada mereka. "Saatnya pertunjukan."

(Adegan penyiksaan tidak saya tampilkan disini karena akan melanggar aturan Mangatoon/Noveltoon, untuk membaca versi lengkapnya kalian bisa membacanya di wattpad yang akan saya update bertahap)

Ctarrrr Ctarrr Ctarrr Ctarrr

Raja Hantu mencambuk mereka secara bergantian karena merasa tidak senang mereka mengabaikan kehadiraannya dan malah berfokus pada rasa sakit yang mereka rasakan.

"Akkkkhhhhh....."

Suara teriakan rasa sakit terdengar meraung dari mulut mereka ketika merasakan cambukan yang memperparah luka mereka yang telah di beri air garam, mereka dengan paksa membuka mata untuk melihat siapa yang berani menyiksa mereka.

"Siii...siii...siapa ka...kau..." ujarnya susah payah karena menahan rasa sakit.

Mereka dapat melihat tubuh transparan yang diterangi lilin dengan mata merah yang mengerikan memandang mereka dingin hingga membuat tubuh mereka menggigil kedinginan ketika merasakan kekuatan yang ia keluarkan tidak bisa mereka tahan apalagi dengan keadaan mereka seperti ini.

"Aturannya adalah aku yang bertanya kalian yang menjawab, jadi kau tidak berhak bertanya padaku." Ia mengayunkan tangannya dan mencambuk orang yang bertanya padanya.

Ctarrrr

"Akkkkhhhhh....." Teriaknya keras karena ekor cambuk itu mengenai matanya.

Ketiga orang di sampingnya memandang ketakutan sosok itu seolah melihat iblis dari neraka yang telah keluar ke dunia untuk menebarkan teror. Mereka tidak tahu hal apa yang telah menyebabkan iblis tersebut mendatangi mereka.

"Nah saatnya sesi tanya jawab." Ia menarik kursi yang berada di samping meja dan duduk disana kemudian menatap benda-benda yang telah di sediakan bawahannya, ia menimbang dalam hati benda mana yang akan ia gunakan selanjutnya.

"Siapa yang memerintahkan kalian menyerang istriku?" Ia langsung ke topik utama.

Mereka berempat saling bertatap bingung karena tidak tahu wanita mana yang dimaksud iblis tersebut karena mereka memiliki banyak korban wanita yang telah di bunuh.

Raja Hantu menyenderkan tubuhnya di meja dan menompang kepalanya dengan tangan, ia memandang mereka yang saling menatap dan tidak menjawab pertanyaannya. "Tidak menjawab?" Ia mengangkat tangannya dan mencambuk mereka berempat sekaligus.

Ctarrrrrrrrrrr

"Akhhhhhhhhhhh"

Teriakan mereka sangat keras hingga membuat Raja Hantu menutup telinganya karena risih mendengar teriakan mereka. Ia mengambil sebuah kain di atas meja dan merobeknya menjadi empat bagian kemudian menghampiri mereka untuk menyumpal mulut mereka.

"Terlalu berisik," ujarnya setelah menyumpal semua mulut mereka.

"Bukannya tidak menjawab, kalian malah berisik dan menggangguk telingaku." Ia kembali ke meja dan mengambil beberapa pisau kecil dan menyelipkannya pada sela jarinya.

"Kurasa kalian butuh siksaan sebelum mengatakan sebenarnya." Ia melemparkan pisau kecil pada mereka dan menusuk dengan tepat tempat jantung mereka berada, hanya beberapa senti pisau tersebut sebelum terbenam pada jantung mereka dan membuat mereka mati seketika.

Raja Hantu mengambil sebuah belati dan mendekati salah satu dari mereka yang ia duga sebagai pemimpin dan mengancamnya dengan belati. "Katakan siapa yang memerintahkanmu membunuh Putri Jialin, jika kau berbohong maka aku akan mencokel matamu." Ia mendekatkan belati tersebut pada matanya dan melukai kulit di sekitar mata mengeluarkan darah.

Pemimpin itu terkejut ternyata ia melakukan semua ini karena Putri Jialin, seandainya saja ia tidak menerima misi untuk membunuhnya maka ia tidak akan mengundang Raja Neraka ini untuk menyiksanya.

"Anggukan kepalamu jika ingin mengatakannya." Mata merahnya meliriknya tajam memberikan rasa takut yang mencengkam.

Pemimpin itu segera mengangguk dan ingin terbebas dari semua siksaan ini.

Melihatnya mengangguk, Raja Hantu mengeluarkan kain yang menyumpal mulutnya dengan belati di tangannya hingga membuat sudut bibirnya berdarah karena sangking tajamnya belati.

"Katakan!"

Dengan suara lirih karena rasa sakit siksaan yang ia terima, ia mengatakan nama orang yang telah menyewanya untuk membunuh Putri Jialin. "Di....di...dia... ad....ada...lah....."

Walaupun suaranya sangat kecil Raja Hantu dapat mendengarnya sangat jelas dan ia menggepalkan tangannya ketika mengetahui siapa dalang yang ingin Gia terbunuh oleh mereka. Ia melemparkan belati ke tanah dan menjauh dari mereka. Ia berjalan menuju pintu untuk keluar dari sini.

"Siapapun yang melukai miliku dia harus mati." Ia menjentikan tanganya dan membuat kobaran api pada lilin membesar hingga melahap bangunan tersebut hingga terbakar. Ia berjalan meninggalkan tempat itu tanpa memperdulikan teriakan kesakitan dari belakangnya.

oOo

"Ketua aku telah mendapatkan informasi bahwa gerbang portal akan bisa di gunakan kembali." Seorang pemuda berambut panjang yang di ikat ekor kuda berjalan mendekati pria paruh baya yang menjadi ketua dalam misinya.

"Akhirnya semut-semut itu menunjukan hasil kerja mereka yang menyedihkan," cibirnya menghina manusia di dunia ini karena tidak memiliki kekuatan.

"Kumpulkan anggota lain untuk membuat rencana ketika memasuki dunia itu agar segera mendapatkannya." Ia memerintahkan pemuda tersebut.

"Baik ketua." Ia menegakkan tubuhnya lalu membungkuk hormat dan pergi melaksanakan perintahnya.

"Aku akan menemukanmu dimana pun kau berada dan membawamu kepada 'mereka'."

oOo

"Yo Ian, kudengar kau sudah memperbaiki gerbang portal untuk mereka." Sander menghampiri Ian yang tengah fokus pada tablet di tangannya.

Tanpa mengalihkan pandangannya dari tablet Ian menggangguk sebagai jawaban.

"Sebenarnya aku ingin tertawa melihat mereka yang mengira kita telah berada di bawah kuasa mereka." Sander tertawa sinis memikirkan kelompok asing dari dunia lain yang datang ke perusahaannya.

Ian mengangkat kepalanya dari tablet dan memandang Sander. "Mereka sangat bodoh karena mengira kita takut akan ancaman mereka, hanya karena mereka memiliki kekuatan besar bukan berarti mereka bisa menang dengan teknologi kita."

Sander mengangguk setuju dengan pendapat Ian, ia sungguh ingin menertawakan mereka yang sangat meremehkan perusahannya hingga tidak sadar bahwa kami lah yang memiliki keuntungan besar dari mereka.

"Apa kau menambahkan chip AI untuk menggantikan otaknya?" Sander menunjuk sebuah tabung yang berisi tubuh manusia yang digunakan Ian sebagai kelinci percobaan.

"Masih proses." Ia menatap kembali data yang terpampang pada tabletnya. "Butuh waktu sedikit lama untuk mengganti otak manusia dengan AI."

Sander mengangguk mengerti karena tidak mudah untuk melakukannya karena melibatkan syaraf tubuh dan bagian lain agar menyukseskan project ini.

"Apakah armada sudah selesai di bangun?" Ian melirik Sander yang menjadi pemimpin utama armada rahasia yang mereka dirikan.

"Baru 45% kesiapannya, karena kita masih membutuhkan amunisi dan menunggu hasil eksperimenmu terhadap mereka," jelasnya pada Ian karena ini bukan rahasia diantara mereka.

Ian mengangguk mengerti karena memang dibutuhkan banyak waktu untuk mewujudkan rencana mereka, mereka tidak bisa ceroboh dan harus mempersiapkannya dengan hati-hati agar rencana yang mereka susun selama bertahun-tahun tidak hancur.

oOo

Orang itu menatap anaknya yang tengah berlatih untuk mempersiapkan diri mengikuti pertandingan bulan merah yang akan di adakan sebentar lagi. Ia telah memberikan sumber daya terbaik untuknya agar dapat membantunya meningkatkan kekuatannya dengan cepat.

"Kau tidak bisa mengharapkannya dari anak itu." Seorang pria paruh baya datang dari balik punggungnya dan mengagetkannya.

"Ayah aku mengerti." Ia menggepalkan tangannya karena merasa ucapan dari ayahnya memang benar.

"Apakah kau sudah membersihkan jejak?" Pria paruh baya itu bertanya sekali lagi pada anaknya.

"Ayah tenang saja aku sudah membereskannya dan mengirim prajurit bayangan kita untuk membunuh mereka ketika menyebrang menggunakan kapal, dan membuatnya seolah kecelakaan." Orang itu menatap ayahnya yang telah membesarkannya dengan keras.

"Baguslah, dan jangan lupa usahamu untuk mendapatkannya." Ia melirik mangkuk bersih yang sebelumnya berisi ramuan yang di minum anaknya belakangan ini.

"Aku mengerti."

oOo

Baojia datang ke tempat terakhir kali ia bertemu Jialin palsu untuk mencari jejak agar ia bisa menemukannya. Ia menyisir daerah sekitar itu hingga menemukan sebuah tempat yang memiliki bekas petarungan yang akan pudar karena mungkin sudah lama terjadi. Ia memandang daerah itu yang masih memiliki jejak pertarungan kecil dan pastinya saat itu telah terjadi pertarungan yang besar karena masih menyisahkan jejak.

Baojia menyentuh batang pohon yang tergores dan berlubang karena sesuatu, ia mengambil belati dari cincin ruangnya dan mencongkel benda yang menyebabkan hal tersebut dan mengeluarkannya dari batang pohon. Ia menatap sebuah benda lonjong yang berwarna kuning dan dia mengenalinya, itu seperti benda yang menembus tubuhnya dan menyebabkannya pingsan namun lebih ramping dan ringan dibandingkan dengan benda di tanganya sekarang.

Ia menatap sekitarnya lagi seolah mencari hal mencurigakan yang bisa ia gunakan sebagai jejak untuk menemukan Jialin palsu. Namun nihil ia tidak menemukan apapun seolah tempat ini telah di bersihkan oleh seseorang. Baojia menggempalkan tangannya dengan keras untuk menyemangatinya agar tidak menyerah untuk menemukan Jialin palsu itu karena dialah kunci untuk mengetahui dalang sebenarnya yang mencelakakan Jialin.

oOo

Yu Shen melihat adiknya dari kejauhan yang telah berlatih seharian setelah kepergian Gia, Yu Ren terus tenggelam dalam latihannya untuk meningkatkan kekuatannya agar bisa menjadi pemenang dalam pertandingan bulan merah. Ia tahu bahwa Yu Ren akan meminta ayahnya untuk membatalkan perjodohan setelah pertandingan selesai dan dia akan mendukung keputusan Yu Ren.

Ia masih ingin melihat senyum ceria yang ditampilkannya ketika masih kecil namun menghilang setelah ia melakukan tes untuk menguji kekuatannya. Setelah hal itu Yu Ren berhak mempelajari teknik-teknik dan pengetahuan yang ada di dalam klan, serta menyadari kenyataan sebenarnya bahwa posisinya sebagai perempuan membuatnya tidak bisa mencapai hal yang selama ini ia inginkan.

Yu Shen berharap Yu Ren akan memenangkan perandingan ini dan dapat membuka mata ayahnya agar bisa menerima harapan sebenarnya.

oOo

Gia memandang pepohonan besar dan menjulang tinggi yang tumbuh di hutan lebat nan suram di depan matanya, ia telah melakukan perjalanan panjang dengan Banzhou selama beberapa hari untuk mencapai hutan terlarang ini yang sangat terkenal di Benua Tianzi karena banyak rumor yang beredar siapapun yang memasuki hutan ini maka tidak akan bisa kembali.

Banzhou menuntun Gia menuju salah satu pohon yang menjadi gerbang portal dan pintu masuk satu-satunya untuk memasuki istana Raja Hantu. Ia mengeluarkan token yang menjadi kunci untuk membuka portal hingga membuat pohon tersebut terbelah menjadi dua dan ia segera memasuki portal tersebut.

Gia menarik nafasnya untuk mempersiapkan diri karena hanya satu langkah yang akan mengubah hidupnya di dunia ini, ia harus menguatkan dirinya untuk menghadapi sesuatu yang akan ia lakukan. Ia memacu kudanya untuk memasuki portal tersebut dan dia dapat melihat sebuah istana besar berwana gelap menyapa pandangannya.

"Selamat datang di istana kegelapan."

-TBC-