Sheren mendengarkan semua cerita Hayden dengan tenang, tanpa menyela ataupun bertanya.
Hayden menatap wajah Sheren dengan tatapan mata yang rumit. Hayden sama sekali tidak tahu apa yang ada di dalam pikiran istrinya sekarang.
"Apa yang kamu pikirkan Sher? Aku tidak ingin kamu berpikir untuk mengorbankan dirimu." tanya Hayden dengan perasaan was-was, karena sangat tahu bagaimana sifat dan hati Sheren yang begitu lembut dan baik hati.
Sheren menghela nafas panjang, kemudian menatap wajah Hayden dengan serius.
"Menikahlah dengan Viona, kalau itu bisa membantu perusahaan kamu berdiri kembali." ucap Sheren dengan tenang menyimpan rasa sedihnya di hatinya yang paling dalam.
"Apa yang kamu katakan Sheren? tidak! aku tidak melakukan hal ini Sher! ini pasti akan menyakiti hati kamu." ucap Hayden seraya mengusap wajahnya dengan kasar.
"Seharusnya aku tidak menceritakan semua ini padamu, karena aku tahu kamu pasti akan memberi saran seperti ini. Kamu selalu mengorbankan dirimu." ucap Hayden dengan tatapan panik dan penuh kesedihan.
"Bukan hanya aku yang berkorban Hayd, tapi kita berdua yang berkorban Hayd, kamu harus ingat... Papa, Mama dan adik kamu yang bergantung pada kamu. Kalau perusahaan kamu hancur, bagaimana kamu bisa menghidupi mereka semua? Menikahlah dengan Viona, maka semuanya akan baik-baik saja. Baik perusahaan kamu dan keluarga kamu." ucap Sheren dengan suara yang hampir tidak terdengar.
"Baik-baik saja bagi perusahaan dan keluargaku, tapi tidak bagi kamu Sheren! Kamu yang berkorban di sini, bukan aku. Aku tidak bisa melakukan ini Sher. Mungkin aku akan mencari jalan keluar yang lain. Entah, apa yang harus aku lakukan. Kalau saja, keluargaku tidak tergantung padaku, aku bisa saja hidup sederhana denganmu saja." ucap Hayden dengan pikiran yang semakin kacau.
"Dengarkan aku Hayden, kamu ingin minta pendapatku bukan? dan pendapat seorang istri pastilah benar, karena tidak ada pendapat istri yang membuat suaminya hancur atau celaka." ucap Sheren berusaha menenangkan hati Hayden.
"Aku tidak bisa membayangkan bagaimana aku bisa hidup dengan wanita lain. Bagaimana aku bisa menghadapimu dalam setiap hariku. Hal itu, seperti hukuman bagiku yang harus aku jalani setiap hari." ucap Hayden menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Dengan penuh kasih sayang Sheren meraih tangan Hayden yang menutupi wajahnya.
"Kenapa kamu tidak bisa menghadapiku Hayd? Bukankah semua ini aku yang memutuskannya. Aku ikhlas, kalau apa yang aku lakukan bisa membuat perusahaan kamu dan keluarga kamu bisa kembali seperti semula." ucap Sheren dengan tatapan tulus.
Hayden memeluk Sheren dengan sangat erat.
"Kamu telah mengorbankan dirimu dan kebahagiaan kita Sheren? aku tidak ingin menyakiti hati kamu." ucap Hayden menyesali semua yang terjadi. Menyesali perusahaannya yang harus gulung tikar karena ulah seseorang.
"Kamu tidak menyakitiku Hayd, aku tahu kamu sangat mencintai aku." ucap Sheren dengan suara lembut. Hayden semakin tenggelam dalam kesedihannya, menenggelamkan kepalanya dalam pangkuan Sheren.
"Sekarang, pergilah dan selesaikan masalah kamu. Kamu sudah mendapatkan persetujuanku, kamu bisa menikahi Viona secepatnya agar Tuan Abram segera mengembalikan perusahaan kamu." ucap Sheren menangkup wajah Hayden dengan tersenyum.
"Aku tidak ingin kemana-mana Sher, aku ingin bersamamu saat ini. Hanya bersamamu saja." ucap Hayden kembali menenggelamkan kepalanya di pangkuan Sheren seolah-olah tidak ingin terpisah dari Sheren walau hanya sekejap.
Dengan penuh kelembutan Sheren membelai rambut Hayden yang tidur dalam pangkuannya.
Hampir satu jam Sheren membiarkan Hayden tidur hingga Hayden kembali terbangun.
"Sheren...apa aku ketiduran?" tanya Hayden menatap wajah Sheren yang begitu penuh kesabaran.
"Ya... kamu tidur dengan cepat, karena kamu sudah terlalu lelah dan terlalu banyak pikiran." ucap Sheren dengan tatapan lembut.
"Tidak juga Sher...mungkin aku merindukanmu, jadi aku tidur dengan cepat." ucap Hayden seraya bangun dari tidurnya untuk bersiap-siap pergi ke kantor.
"Apa kamu akan menemui Tuan Abram sekarang?" tanya Sheren ikut bangun dan mendekati Hayden.
"Tidak, tapi aku akan pergi ke kantor." sahut Hayden sambil menyisir rambutnya.
"Kenapa kamu tidak menyelesaikan masalah kamu dengan cepat Hayden? jangan membiarkan masalah berlarut-larut." ucap Sheren memegang kedua bahu Hayden.
Hayden menundukkan wajahnya tidak sanggup melihat kedua mata Sheren yang mampu menyimpan semua kesedihannya.
"Hayden...kamu mendengarkan aku kan?" tanya Sheren menangkup wajah Hayden.
"Ya Sheren, aku mendengarmu.Tapi tidak saat ini, aku masih berusaha untuk mencari jalan keluar yang lain." ucap Hayden menggenggam kedua tangan Sheren.
Sheren menghela nafas panjang.
"Baiklah Hayd, aku hanya mengingatkan kamu untuk segera mengambil keputusan agar kamu tidak kehilangan perusahaan kamu. Aku tidak ingin Papa lebih menderita karena hal ini." ucap Sheren yang sudah menganggap orang tua Hayden seperti orang tuanya sendiri.
Hayden menganggukkan kepalanya, kemudian mengecup kedua tangan Sheren.
"Terima kasih Sheren, kamu begitu sangat menyayangi keluargaku. Aku tidak yakin bisa melakukan apa yang kamu sarankan Sher. Semua ini sangat menyesakkan dadaku." ucap Hayden memeluk erat tubuh Sheren.
Sheren mengusap lembut punggung Hayden.
"Kamu harus yakin Hayd. Semua akan baik-baik saja, baik perusahaan dan keluarga kita." ucap Sheren berusaha tenang.
"Apa kamu juga yakin semua akan baik-baik saja Sher? apa kamu rela aku melihat aku dengan wanita lain?" tanya Hayden dengan tatapan penuh.
"Aku sudah memberikan persetujuanku, aku harus bisa menerima resikonya." ucap Sheren dengan tersenyum walau hatinya menangis sedih. Namun demi kebahagiaan keluarganya Sheren melepas kebahagiaannya sendiri.
"Kamu tidak mencintaiku Sher? kalau kamu mencintaiku, kamu tidak akan memberi saran seperti ini." ucap Hayden dengan hati pedih.
Sheren mengangkat wajahnya dengan kedua matanya berkaca-kaca.
"Kamu salah Hayden, aku memberi saran seperti ini karena aku sangat mencintaimu, aku sangat mencintai keluarga kita. Aku tidak ingin melihat kamu dan keluarga kita menderita." ucap Sheren menenggelamkan kepalanya dalam pelukan Hayden.
Dengan perasaan sakit Hayden memeluk Sheren semakin erat.
"Aku sangat mencintaimu Sher, sangat mencintaimu." ucap Haydenmengecup puncak kepala Sheren.
Sesaat Sheren merasakan pelukan hangat Hayden.
"Aku juga mencintaimu Hayden." ucap Sheren kemudian melepas pelukannya dan tersenyum.
"Sekarang, kamu harus mendengarkan aku Hayd. Berangkatlah, dan selesaikan masalah kamu." ucap Sheren dengan tatapan lembut.
Hayden menganggukkan kepalanya, kemudian memeluk bahu Sheren dan berjalan beriringan keluar kamar.
"Sheren... doakan aku agar semua akan baik-baik saja. Aku mau berangkat kerja dulu." ucap Hayden dengan perasaan berat untuk meninggalkan Sheren.
"Tentu Hayd, aku yakin kita akan baik-baik saja. Semua ujian ini akan segera berlalu, kita pasti bisa melewatinya." ucap Sheren dengan tatapan sungguh-sungguh.
Hayden menelan salivanya, hatinya tidak yakin dengan apa yang akan dilakukannya. Apalagi dengan menuruti saran Sheren yang sangat berat untuk dia lakukan.