Sheren berdehem sambil dia memainkan penanya, ia goyangkan pena tersebut hingga beradu dengan permukaan meja. Suara ketukan yang dihasilkan membuat Shefa mengerutkan keningnya, dan merampas paksa pena dari tangan Sheren.
"Shefa..!" protes Sheren dan sahabatnya tampak tidak peduli.
"Katakan padaku! Ada apa denganmu hari ini. Baru kemarin aku melihatmu seperti mayat hidup, sekarang kau bertingkah aneh," sindir Shefa sambil terus mengamati wajah sahabatnya.
"Tingkah aneh apa sih? Aku tidak paham dengan maksud perkataanmu," Sheren terus saja berkelit.
"Apa aku harus memberikan cermin untukmu. Lihat wajahmu yang berseri itu? Bahkan kau seringkali tersenyum tak jelas. Kau tidak gila, kan?" sindir Shefa dengan wajah serius.
Sheren mengerlingkan kedua matanya, "Ya ampun, kenapa bisa kau berpikir aku gila. Asal kau tahu saja, justru aku merasa sangat senang hari ini."
"Ahh… ternyata itu alasannya," Shefa mulai yakin dengan kesimpulan yang baru saja terbesit di kepalanya.