Chereads / Aulia, Aku Padamu!! / Chapter 2 - Perpisahan Termanis (1)

Chapter 2 - Perpisahan Termanis (1)

Terlihat sosok tinggi, tampan, dan tubuh ideal yang turun dari mobil Honda Civic berwarna hitam pekat. Dengan menggunakan kacamata hitam besar dan kulitnya yang putih ditambah dengan tahi lalat kecil di bawah bibirnya semakin membuat penampilannya terlihat keren. Siapapun wanita yang melihatnya akan jatuh cinta pada pandangan pertama. Dia adalah Zelfan Aulia Mubarack, kakak kandung Aulia. Yang bekerja di kota G dan menjaga neneknya.

"Kak Zelfan sok keren banget sih jadi orang." Teguran Aulia yang sebal karena kakak sibuk dia harus ikut pindah ke rumah nenek padahal di kota ini sangat membahagiakan.

Mungkin Aulia hanya belum bisa menerima dengan apa yang terjadi padanya. Dia belum siap berpisah dari sahabat-sahabatnya, belum lagi dia harus pindah ke sekolah baru dan harus bisa beradaptasi disana.

Ketika Aulia masih kelas empat SD, keluarga nya harus pindah rumah ke suatu desa karena pekerjaan ayahnya yang menuntut mereka harus pindah. Sekarang gantian karena pekerjaan kakaknya, dia juga harus pindah rumah lagi, namun kali ini pindah ke rumah neneknya.

Ketika Aulia berumur empat tahun, dia sempat dititipkan ke rumah nenek karena waktu itu ayah dan ibunya sibuk bekerja. Namun, setahun kemudian ibunya memutuskan untuk berhenti bekerja meskipun sudah terhitung ASN (Aparatur Sipil Negara), dia tetap mengundurkan diri untuk merawat Aulia dan Kak Zelfan, agar tidak merepotkan nenek.

"Akhirnya kau mengakui kalau aku keren kan Aul." Jawaban sang kakak menggoda adiknya, namun si adik tetap tak bergeming, masih saja sebal dengan kakaknya itu.

"Aul, ayo masukkan barang-barang mu ke dalam mobil, biar cepet berangkatnya." Sembari mengacak-acak rambut lurus adiknya itu.

"Nggak usah pegang-pegang, aku jijik sama kakak." Aulia masih tetap sebal. Begitulah hubungan kakak beradik itu, tidak pernah damai jika sudah bertemu seperti itu, pasti ada saja yang diributkan. Terkadang juga membuat ibu dan ayahnya gemas.

"Aulia, sana bantu Kak Zelfan, dia sudah jauh-jauh datang kesini." Sahut ibu yang telah selesai menyapu halaman rumahnya.

Sudah pukul tiga sore dan masih terik sekali. Semua barang bawaan sudah dimasukkan ke dalam mobil, walaupun yang sebagian sudah diletakkan di rumah nenek beberapa waktu lalu, namun sepertinya masih banyak sekali barang yang dibawa hingga mobil ini juga penuh, padahal mobil angkut yang waktu itu sudah lima kali bolak-balik dari rumah Aulia ke rumah neneknya.

Sebelum berangkat, keluarga itu menyantap makan siang ditemani es kelapa muda dengan sirup frambos yang dingin nan segar ditambah potongan nata de coco dan biji selasih yang tadi ayah beli di minimarket, semakin menambah kesegaran es kelapa muda itu.

'Tok.. tok .. tok..'

Setelah selesai menikmati makanan itu, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu dari luar. Aulia beranjak dari tempat duduknya dan dengan segera membuka pintu rumahnya. Berharap sahabat-sahabat nya datang. Ternyata ketukan pintu itu berasal dari pintu rumah sebelah yang berarti tetangganya dan bukan rumah Aulia.

Aulia merasa sedih dan sedikit kecewa, padahal dia berharap akan ada sesuatu yang manis untuk terakhir kalinya sebelum dia pindah dari kota A ini ke kota G. Namun sepertinya harapan itu takkan terwujud hari ini.

"Aul, siapa yang datang?" Suara ayah mengangetkan Aulia yang saat itu masih terdiam dan berdiri didekat pintu. "Ti.. Tidak ada yah, itu tamunya tante Diana."Aulia terbangun dari lamunannya lalu kembali lagi ke ruang keluarga.

Ketika itu terlihat sekali rasa sedih Aulia yang terpancar dari wajahnya. "Aul nggak usah sedih, walaupun pindah kan Aul tetap bisa main kesini, jangan khawatir." Ayah seakan paham akan apa yang terjadi pada anak gadisnya. Namun Aul tetap diam. Kini meraih selimut untuk menutupi diri beserta kesedihan yang dia alami.

Tak lama kemudian, Aulia tertidur pulas. Anak gadis itu jika sudah menempelkan kepalanya di bantal pasti langsung tertidur tanpa berlama-lama.

'Tok.. tok.. tok.'

Terdengar suara pintu yang diketuk. Kali ini ayah yang beranjak dari tempat duduknya lalu membukakan pintu rumah. "Selamat sore om Andrian, bisa ketemu sama Aulia?" Sapa Yudi pada ayah Aulia yang kini berdiri dihadapannya.

"Eh teman-temannya Aul, duduk dulu. Sebentar saya panggilkan Aul." Kemudian semuanya mengangguk menandakan mengerti.

"Aul, bangunlah, ada yang mencarimu." Ayah menyuruh Aulia bangun sembari menarik selimut yang dikenakan Aulia, karena ya memang itu adalah cara agar anak gadisnya itu terbangun. Aulia menarik selimutnya lalu berkata "Iya ayah, lima menit lagi." Kalimat yang selalu keluar dari mulut Aulia ketika dibangunkan oleh siapapun orangnya.

"Mereka tidak bisa menunggu lebih lama Aul, bangunlah dan kau akan tau." Ayah memaksa Aulia kali ini, ya karena ayah tau kalau hal ini yang paling ditunggu-tunggu oleh anak gadisnya.

"Ah iya Ayah." Aulia bangun dan berjalan ke arah ruang tamu.

Sebenarnya Aulia sudah kehilangan harapan akan kehadiran sahabat-sahabat nya di rumah untuk menyampaikan salam perpisahan dan pertemuan mereka yang terakhir kali. Karena informasi yang dia dapatkan adalah sahabat-sahabat nya semua sedang sibuk hari ini, tak mungkin juga datang ke rumah, pikir nya.

"Eh ada Yudi, Aldi, sama Gita ya.. dan Kak Rei?" Aulia kini terkejut sekaligus senang karena sahabat-sahabat nya datang dan juga ada Kak Rei, seorang anak laki-laki yang ditaksir Aulia. Padahal dia bukan geng nya Aulia tapi kenapa tiba-tiba datang dan satu hal lagi, kenapa dia bisa tau kalau sahabat-sahabat Aulia akan datang ke rumah, sungguh sesuatu kebetulan yang aneh.

"Kak Rei kok bisa disini? Bukannya Kakak sangat sibuk ya?" Aulia masih saja kebingungan dengan kedatangan Kak Rei di rumah.

"Ehemm.. Tolong ya Aul, disini juga ada sahabat-sahabat terbaikmu, bukan cuma ada Kak Rei, jadi jangan hanya fokus ke dia ya." Gita berdehem melihat kejadian yang tidak biasa juga baginya.

"Ah iya maaf jadi merusak suasana. Aku datang kesini karena tau kamu mau pindah, dan kita juga tidak bisa bertemu lagi di bimbingan belajar kan?"Jawaban Kak Rei dengan kejujuran dan kepolosannya.

"Ah Kak Rei santai saja, kami tidak terganggu." Aldi berusaha menjaga suasana agar tidak canggung, namun tetap saja.

"Lho ada teman-teman Aulia rupanya. Ini silakan dimakan ya." Tiba-tiba ibu Aulia datang menyuruh mereka memakan camilan yang biasa ada di meja rumah dan merubah suasana yang tadinya canggung menjadi lebih hangat.

"Ah makasih tante, nggak usah repot-repot." Jawaban Gita yang waktu itu sedikit menjaga image nya karena disitu ada Kak Rei yang belum tau bagaimana keadaan para sahabat-sahabat itu ketika sudah berkumpul bersama.

"Heh Gita, nggak usah jaga image segala dong. Biasanya juga ngerepotin kan." Seketika itu semua yang ada disana tertawa dan ibu Aulia hanya tersenyum kemudian berlalu dari mereka. Suasana yang tadinya benar-benar aneh, sekarang sudah normal kembali.

"Heh Aul, Gita, kalian ini kenapa sih? Biasa aja gitu lah kalau ada Kak Rei." Yudi menggoda mereka berdua. Benar-benar ya Yudi ini perusak suasana.

Suasananya kini berubah menjadi canggung lagi karena Yudi, memang jika sudah sering berkumpul kemudian ada satu orang asing yang datang, rasanya ada yang ganjil. Namun ibu Aulia datang lagi membawa nampan berisi minuman untuk mereka.