Chereads / Aulia, Aku Padamu!! / Chapter 6 - Kenalan

Chapter 6 - Kenalan

Suasana kelas siang itu cukup ramai, hal itu memang biasa terjadi saat guru mereka tidak dengan segera datang ke kelasnya. Begitupun dengan Aulia, meskipun dia masih murid baru, namun dia mampu mengenali seluruh teman di kelasnya dengan cepat. Itu adalah salah satu kelebihan yang dimiliki oleh Aulia.

Aulia menoleh ke bangku sebelahnya dan hanya didapati bangku kosong milik Farhan. Batin Aulia seakan bertanya-tanya ke mana teman pertamanya itu pergi, karena sudah cukup lama dia keluar kelas dan tak kunjung kembali.

Tiba-tiba ponsel Aulia bergetar. Aulia menatap layar ponselnya itu dan mendapati sebuah notifikasi dari sahabatnya, Gita.

'Aulia, gimana sekolah barumu?'

'Apakah teman-teman mu baik?'

'Disini sepi banget nih nggak ada kamu'

'Yudi sama Aldi juga merasa begitu'

'Aku kangen sekali padamu, weekend nanti rencananya kami mau ke tempat mu.'

'Oiya, kemarin Kak Rei memberimu hadiah apa?'

Ternyata notifikasi nya yang masuk tidak hanya satu, yang susulan banyak juga. Notifikasi terakhir itu cukup mengejutkan Aulia. Sepertinya dia terlupa jika harus membuka hadiah dari Kak Rei ketika sudah sampai di rumah neneknya, padahal kemarin penasaran sekali. Tapi setelah bertemu neneknya, rasa penasaran yang tadinya menggebu-gebu itu perlahan menghilang dan berganti kebahagiaan berjumpa dengan nenek.

'Tenang, aku disini baik-baik aja. Temen-temen juga baik.'

'Aku lupa membukanya wkw. Nanti baru ku buka.'

'Datanglah ke rumah, aku akan sangat bahagia ketemu kalian lagi.'

"Tolong minta waktunya sebentar ya teman-teman." Seketika suasana kelas yang tadinya ramai seperti pasar, sekarang berubah menjadi hening, begitu juga Aulia yang ikut terdiam, padahal di sekolahnya dulu, kalau ketua kelas sedang berbicara begitu, banyak dari teman-teman Aulia yang tidak memperhatikan. Mereka sibuk dengan urusannya masing-masing. Entah mengapa berbeda sekali disini.

"Jadi jam ini kosong ya, Pak Joko sedang ada rapat di sekolah lain. Sekarang kerjakan halaman empat puluh delapan, kalau udah selesai kumpulin di meja. Nanti kubawa ke ruangannya. Terimakasih." Kelas yang tadinya hening itu berubah menjadi sedikit ramai, mereka semua mulai membuka buku dan mengerjakan tugas yang dimaksud Pak Joko.

"Aul, kerjain tugasnya. Nanti kalau udah selesai ku ajak keliling sekolah." Farhan tersenyum lebar kepada Aulia. Memang ketua kelas yang pengertian.

"Oh ini aku udah selesai Han, di kelasku dulu udah diajarin sih." Aulia menunjukkan pekerjaan nya itu. "Wah keren sekali, yasudah tunggu aku ya." Farhan hanya melihat sekilas kemudian melanjutkan mengerjakan tugasnya sendiri, tanpa menyontek.

Farhan adalah salah satu murid populer di sekolah ini, banyak sekali anak perempuan yang menyukai Farhan, namun itu tidak membuat dia besar kepala. Terkadang Farhan malah merasa risih dengan para fansnya.

Setiap kali Farhan keluar kelas pasti ada saja anak perempuan yang memanggil-manggil namanya, semakin membuat Farhan geli. Itulah alasan ketika ada anak perempuan kelas sebelah yang memanggilnya tadi, dia hanya menjawab dengan nada datar dan sangat dingin.

Satu jam telah berlalu, Aulia hanya melamun saja dari tadi. Tanpa melakukan apapun, karena ya tugasnya memang sudah selesai, jadi tidak masalah jika dia hanya melamun begitu. Farhan pun meliriknya, namun Aulia tidak menyadari hal itu.

"Hei Aul, ayo sekarang." Farhan menepuk bahu Aulia dan mereka sama-sama kagetnya. Lalu Aulia hanya tersenyum dan mengikuti langkah Farhan, meninggalkan bangku mereka. Tentu saja hal ini membuat semua teman-teman mereka kaget dan berpikir macam-macam. Untuk apa Farhan dan Aulia hanya keluar berdua dan apa yang akan mereka lakukan, sangat mencurigakan.

Setelah sampai di depan kelas, langkah kaki Farhan terhenti dan terdiam beberapa saat. Aulia pun bingung melihat Farhan begitu. "Woilah sepaneng amat lihatnya, gue tuh mau ngajak Aul keliling. Yang mau ikut skuy lah kita cabs." Farhan membuka pintu dan berkata seperti itu lalu tertawa riang. Seketika wajah teman-temannya yang tadi kebingungan dan penuh tanya itu sedikit mereda dan mereka semua ikut tertawa. Aulia yang melihatnya pun ikut tertawa dan memukul bahu Farhan dengan lembut berkali-kali. Sepertinya itu adalah kebiasaan perempuan kalau sudah tertawa begitu pasti memukuli orang-orang disekitarnya.

Farhan yang menyadari hal itu hanya tertawa ringan. Karena sudah sering melihat teman-teman perempuan nya begitu. Setelah mereka berdua menunggu beberapa saat di depan kelas. Muncullah Dias, Jovi, dan Aldin. Mereka bertiga adalah teman dekat Farhan dari jaman SMP. Entah bagaimana mereka bisa satu kelas lagi sekarang. Mereka berlima mulai berjalan mengelilingi sekolahan dari ujung Timur sampai ke ujung Barat.

Semua bagian sekolah sudah dikenalkan pada Aulia, dari mulai pos satpam, kelas ilmu alam dan sosial, bagian kelas duabelas dan sepuluh, hingga toilet sekolah.

"Gimana Aul? Udah tau semua kan? Atau ada yang kamu tanyain lagi nggak?" Dias bertanya ke Aulia dengan ramah.

"Woilah Yas, gausah sok ramah deh. Biasanya juga lu galak." Celetuk Jovi yang sedikit menggoda Dias. Tunggu-tunggu, kalimat ini sepertinya pernah diucapkan Aulia pada Gita kemarin. Apakah ini adalah pertanda bahwa mereka satu frekuensi?

Melihat itu Dias sedikit kesal dan memukul bahu Jovi cukup keras. Teman-teman yang menyaksikan mereka langsung tertawa. Hal itu sudah wajar terjadi, karena Dias adalah satu-satunya teman perempuan mereka dalam kelompok ini. Namun mereka tidak menutup diri dengan yang lain, sehingga kelompok mereka ini tidak terlihat. Mereka berempat juga tipe orang yang ramah.

"Ke rooftop yuk ah, gue capek." Ajakan Aldin ini membuat Aulia tertarik. Mereka berlima pun berjalan menuju rooftop. Yang terletak tidak jauh dari tempat mereka berdiri sekarang.

"Milea, tunggu. Aku bisa jelasin semuanya."

Seketika Aulia kaget dan terdiam melihat apa yang terjadi di depannya barusan. Baru saja membuka pintu menuju rooftop untuk pertama kalinya itu tiba-tiba terjadi hal di luar dugaan. Kemudian Dias menepuk bahu Aulia.

"Nggak usah kaget Aul, udah biasa kayak gituan mah." Aulia kaget, namun hanya tersenyum melihat wajah Dias.

"Eh Yas, itu... itu Jovi, Farhan sama Aldin mana? Kok cuma kita berdua yang kesini?" Aulia kebingungan kali ini.

"Mereka ke koperasi sekolah, santuy aja lah biasanya kalau kesini mereka selalu beli jajan dulu." Dias menjelaskan pada Aulia kemudian mereka duduk disebuah bangku.

"Aku seneng deh Aul, kamu bergabung sama kita. Sebenernya kelompok kita tuh ada lima orang, tapi yang satu di kelas ilmu alam dan berpisah sama kita. Dia juga sibuk sama tugas-tugasnya. Tapi kami nggak pernah lupa kok kalau punya temen satu itu. Namanya Dinda, kadang dia juga ikut kesini, tapi ya sebisanya dia aja sih." Mendengar cerita itu Aulia hanya mengangguk dan tersenyum.

"Oiya, kamu gausah kaget sama kejadian tadi. Drama Korea itu sudah sangat biasa terjadi. Kamu bakalan sering lihat kejadian itu. Apalagi kalau sering keluar kelas kayak kita." Dias mulai terbuka dengan hadirnya Aulia.

"Biasanya aja mereka itu kejar-kejaran, udah kayak yang di film India aja." Dias tertawa menceritakan hal itu dan Aulia juga sama mendengarnya.

"Memangnya kenapa Yas kok gitu?" Rasa keingintahuan Aulia menjadi tinggi kali ini.

"Lihat cowok itu kan? Dia namanya Rizal, terus ceweknya itu Milea, gadis pintar yang sering dibodohi Rizal." Sifat julid nya Dias mulai mengalihkan dunia Aulia yang duduk didepannya.