Setelah beberapa saat, ibu yang sedang tidur itu tiba-tiba terbangun. "Oh pantes aja ya Aul kamu semangat ikut ekskul keagamaan. Ternyata ada anak itu." Seketika semua yang berada di dalam mobil melihat ke arah ibu, Kak Zelfan pun sama meskipun dia masih menyetir. Memang ibu ini suka sekali menarik perhatian keluarganya. "Ih bukan gitu Bu." Aulia mengelak, namun hatinya tidak demikian, hal itu memang benar-benar terjadi. Coba saja kalau tidak ada anak itu, Aulia pasti tidak akan mengikuti ekskul apapun di sekolah nya dan lebih memilih main bersama sahabat-sahabat nya daripada harus seperti itu.
Langit masih terlihat bersih dan cerah. Perjalanan selama empat jam itu akhirnya berakhir. Terkesan sangat melelahkan walaupun hanya diam-diam saja di dalam mobil. Tapi tunggu, sepertinya yang lelah bukan badan namun hati yang harus menahan sedih dan rasa kecewa. Meskipun begitu, Aulia tetap merasa senang karena bisa bersama orang yang ditaksirnya entah itu untuk yang pertama dan terakhir kalinya atau yang lainnya.
Rumah nenek masih seperti yang dulu, tidak ada yang berubah selain cat tembok. Masih banyak tanaman yang membuat rumah ini lebih asri ditambah dengan daerahnya yang berupa pegunungan, pasti asyik sekali jika Aulia betah tinggal disini.
Di Kota G ini, suhu udaranya bisa mencapai minus delapan derajat celsius pada musim hujan. Aulia sendiri tidak bisa membayangkan bagaimana dia akan bertahan kalau cuaca ekstrim itu datang. Bisa-bisa dia hanya akan diam di rumah dan tidak mau berangkat sekolah karena menggigil kedinginan.
"Aulia, ayo bangun dan temui nenek, dia sudah lama tidak melihat wajahmu." Aulia hanya meregangkan tubuhnya, lalu kembali lagi tidur. Memang susah sekali membangunkan anak itu. Sepertinya harus dilakukan sesuatu dulu agar dia bangun.
Tiba-tiba ibu membuka pintu mobil dekat tempat duduk Aulia, tujuan nya tentu saja membangunkan anak itu dari tidur nyenyak nya.
Angin nya kencang juga malam ini, tidak seperti malam-malam yang lalu ketika Kak Zelfan masih tinggal berdua dengan nenek di rumah ini.
Hembusan angin itu menyibakkan rambut Aulia yang terurai dan juga membuatnya terbangun dari tidur nyenyak nya.
'Aduh kenapa dingin sekali, membuatku menggigil'
Pikir Aulia begitu
Kemudian dia membuka mata dan melihat-lihat disekelilingnya. Mata yang tadinya susah terbuka, kini berubah menjadi terang benderang. Namun kali ini bukan karena melihat Kak Rei seperti waktu itu, tapi karena pemandangan yang dilihatnya sangat berbeda dengan yang ada di Kota A. Benar-benar menakjubkan, indah sekali bunga-bunga yang bermekaran dilengkapi sorot lampu terang yang menambah keindahan setiap kelopak bunganya. Ternyata rumah nenek tak seburuk pikirannya kemarin-kemarin. Kedinginan yang tadi dirasakannya seakan berubah menjadi sedikit hangat. Apakah ini pertanda Aulia akan betah tinggal disini?
"Woi Aul, cepetan masuk. Ntar kalau lu masuk angin malah gue yang repot. Udah tau nggak kuat dingin malah nggak ada kesadaran diri masuk rumah gitu." Kalimat itu membangunkan Aulia dari lamunan, dan juga dia merasa sebal. "Nggak usah teriak bisa nggak? Kayak lagi di hutan aja ngomong nya." Aulia bangkit, membanting pintu dan berlalu dengan wajah muramnya.
"Nenek, sudah lama sekali ya tidak bertemu." Aulia berjalan menuju tempat duduk nenek dan kemudian memeluk nenek nya itu dengan erat, meluapkan kerinduannya. Wajah yang tadinya muram berubah menjadi lebih bahagia. Meskipun sebenarnya keinginan menolak pindah Aulia cukup besar, namun kerinduannya pada sang nenek itu tetap tidak mampu ditandingi. Terlebih lagi nenek sangat menyayangi cucu-cucunya, terutama Aulia.
"Aulia sekarang sudah besar ya. Ayo Aul, nenek ingin menunjukkan sesuatu padamu." Tidak biasanya nenek begini, Aulia pun mengikuti langkah neneknya yang sekarang lebih melambat dibandingkan beberapa waktu lalu, ya ini karena usia juga sebenarnya.
Nenek dan cucu itu menaiki tangga hingga sampai ke balkon lantai dua. Di lantai dua itu menyimpan banyak kenangan untuk Aulia. Waktu Aulia tinggal disini, dia selalu bermain di tempat ini dengan teman-teman yang merupakan anak tetangga neneknya.
Kata Aulia dulu ketika kecil, disini sangat membahagiakan. Dikala panasnya siang, kalau berada di area balkon pasti tidak terasa kepanasan. Selalu ada angin sepoi-sepoi yang membuat siapapun mengantuk kalau berlama-lama tanggal.
Setiap kali di balkon ini juga, Aulia selalu tertidur terkadang nenek sampai bingung mencari, padahal Aulia hanya tidur di balkon rumah nya sendiri.
Hari ini, wajar saja kalau nenek membawa Aulia sampai kesini, padahal usia nenek sudah tak lagi muda. Pasti kan capek kalau berjalan apalagi naik tangga seperti itu dan tentunya dengan udara yang dingin akan membuat tulang-tulang nya ngilu.
Aulia terdiam mengingat kenangan-kenangan yang dulunya dia lewati disini, rasanya ingin kembali lagi ke masa itu, namun sudah tidak bisa lagi dan Aulia harus tetap tumbuh.
"Aul, coba sini dan lihatlah." Nenek telah sampai diujung balkon ketika Aulia masih terdiam. Aulia tersadar dari lamunannya dan menghampiri sang nenek.
Betapa terkejutnya dia melihat apa yang ada di depan matanya. Itu adalah pemandangan yang menakjubkan dan juga jarang sekali dilihat Aulia di Kota A setelah bunga-bunga di taman tadi. Pemandangan itu adalah lelampuan jalan dan pusat kota, sepertinya suasana disitu hangat.
Rumah nenek di daerah pegunungan, jadi pemandangan itu terlihat keren dan membuat Aulia terperangah. Sebenarnya dalam perjalanan tadi juga sudah terlihat indah pemandangannya, namun karena kebiasaan buruknya yang bisa tidur dimana saja tempat nya dan apapun kondisinya membuat anak itu melewatkan banyak pemandangan indah
Sorotan matanya berbinar dan kagum. "Gimana? Kamu suka tidak Aul?" Nenek tersenyum melihat cucu kesayangannya itu memancarkan kebahagiaan dari wajahnya. "Indah sekali ya, Nek. Aku sangat menyukai pemandangan ini." Senyuman nenek melebar mendengarnya. Meskipun sudah tua, namun nenek masih ingat apa yang disukai oleh cucu kesayangannya yang sudah lama tidak bertemu itu.
Dari kecil memang Aulia seperti itu, menyukai hal-hal yang berbinar terlebih lagi pemandangan yang seperti ini. Selama di Kota A, Aulia jarang sekali pergi ke tempat-tempat yang berbau alam seperti ini. Karena pada dasarnya memang Kota A adalah pusat kota bisnis di provinsi itu jadi ya wajar saja kalau Aulia lebih memilih main di mall atau ngopsans (ngopi santuy) di cafe ala anak gawl seusianya yang masih remaja itu, pastilah mereka mengikuti apa yang sedang trend dikalangan anak muda belia.
'Ku foto dulu ah, kalau dijadikan konten kan keren sekali ini'
Batin Aulia begitu.
Namun, angin yang berhembus bertambah kencang seiring berjalannya waktu. Aulia mulai kedinginan dan tentu saja dia memikirkan keadaan sang nenek yang sudah tak lagi muda, pastilah tidak tahan dengan cuaca seperti ini. Aulia pun melepaskan jaket tebal yang dipakainya untuk dipakaikan ke nenek. Kemudian Aulia menuntun neneknya turun.