Pagi ini cuacanya cukup cerah namun terasa dingin khas daerah pegunungan, seperti biasa Aulia masih terbaring di tempat tidur barunya, masih terlihat pulas. Padahal ini hari pertama dia di sekolah baru. Ayahnya telah menyelesaikan semua syarat dan surat pindah sekolah putrinya itu sejak tiga minggu yang lalu.
Masih pukul enam pagi, namun Kak Zelfan sudah berpakaian rapih menggunakan kemeja biru tua dan celana kain abu-abu yang sedikit ketat. Kedua tangannya masih sibuk memakai dasi hitam. Entah mengapa, penampilannya selalu elegan meskipun menggunakan sesuatu yang terkesan sederhana. Dengan sikap tegap dan percaya diri, membuatnya semakin terlihat keren.
Kak Zelfan keluar kamar menuju lantai satu rumah neneknya untuk makan pagi bersama keluarganya. Ketika melewati kamar adiknya, dia mendengar suara alarm berbunyi, namun seketika alarm itu dimatikan. Sudah pasti, adik satu-satunya itu masih tidur. Dibukanya pintu kamar itu, memang benar dugaannya. Adik perempuan nya itu masih tertidur pulas dengan selimut yang menutupi hampir seluruh tubuhnya.
Dengan perlahan Kak Zelfan mendekati tempat tidur adiknya. Dengan cepat dia tarik selimut itu, seketika Aulia bangun karena suhu udara di rumah nenek berbeda cukup jauh dengan suhu di rumah nya yang dulu. Sedikit menggigil.
"Ini jam berapa Aul? Cepat mandi. Jangan telat hari pertama di sekolah baru. Masak baru masuk udah nunjukin sifat aslinya, ya nggak masuk dong." Kak Zelfan hanya bisa menggelengkan kepalanya, tidak tau lagi harus berbuat bagaimana untuk menghilangkan kebiasaan buruk adiknya itu.
Di Kota A, sekolah Aulia memang dekat, hanya seratus meter dari rumah nya, jadi dia lebih suka berangkat lima menit sebelum pelajaran dimulai. Mungkin kebiasaan itu yang membuatnya sedikit bersantai pagi ini.
"Jam berapa? Kok Kak Zelfan udah rapih banget sih?" Tanya adiknya yang heran melihat perubahan sang kakak yang dulunya tidak beda jauh dari Aulia yang sekarang. Semenjak bekerja, Kak Zelfan memang lebih rajin dan disiplin dibandingkan ketika masih sekolah dulu. Mungkin dia telah sadar bahwa yang dilakukannya dulu itu salah.
Kak Zelfan hanya menunjuk jam yang tergantung didinding, tepat di atas tempat tidur Aulia, tanpa mengatakan apa-apa. Kemudian Aulia mengikuti arah jari sang kakak dan melihat jam dinding itu.
"Cepatlah bersiap. Ku tunggu di ruang makan. Ingat, sekolah barumu dari sini memakan waktu lima belas menit." Kemudian Kak Zelfan berlalu meninggalkan adiknya, menuju ruang makan.
"Selamat pagi semuanya." Kak Zelfan menyapa keluarga kecilnya itu dengan wajah dengan ketampannya yang semakin bertambah setiap hari. Sementara itu Aulia bersiap dan akan segera turun menyusul kakaknya.
Sudah pukul enam lebih tiga puluh menit. Mobil Honda Civic hitam itu mulai meluncur menuju sekolah baru Aulia. Sekarang suasananya sedikit berbeda karena ada Aulia yang duduk di bangku samping Kak Zelfan. Biasanya dia hanya sendirian dan sedikit sunyi.
*Kali kedua, pada yang sama...*
*Sama indahnyaa...*
*Genggam tanganku bersama jatuh cintaaa..*
Terdengar alunan musik pop yang sedikit mellow menurut Aulia ini sedang populer sekarang.
"Yaelah Kak pagi-pagi muter lagu ginian kenapa sih kak? Galau banget apa ya? Gabisa move on sama yang kemarin itu?" Aulia menggoda Kak Zelfan pagi ini, namun juga sedikit kesal. Kakaknya tidak menghiraukan apa yang dikatakan adiknya itu dan masih tetap ikut menyanyikan lagu itu. Sang adik yang mengetahui hal itu langsung terdiam dan memalingkan wajahnya menghadap jendela mobil.
"Tuh, udah sampai, sana turun. Apa harus aku antar sampai ke kelasmu?" Kali ini Kak Zelfan yang sedikit menggoda Aulia. "Dikira masih bocah apa? Aku turun dulu, hati-hati di jalan." Aulia menutup pintu mobil dan berlalu dari situ. Kak Zelfan hanya tersenyum melihat tingkah adiknya itu. Dia yakin pasti Aulia akan canggung.
Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh tepat, Aulia masih di ruang guru bersama wali kelas di sekolah barunya itu. Dengan langkah pasti, Aulia mengikuti wali kelasnya itu menuju kelas 11-3. Murid-murid kelas itu masih terlihat berkeliaran di depan kelasnya. Namun setelah mengetahui wali kelasnya datang, para murid itu bergegas masuk ke dalam kelas.
"Selamat pagi anak-anak, seperti yang bapak bilang kemarin, bahwa akan ada anak baru di kelas kita, tolong dibantu ya. Aulia silakan perkenalkan dirimu." Wali kelas itu meminta Aulia memperkenalkan dirinya.
"Selamat pagi teman-teman. Perkenalkan nama saya adalah Aulia Belvania Mubarack, biasa dipanggil Aulia. Saya berasal dari Kota A. Terimakasih dan mohon bantuannya." Aulia tersenyum lebar namun kakinya sedikit gemetar, tidak biasanya hal ini terjadi.
"Baiklah Aulia, kamu bisa duduk di bangku kosong itu disebelahnya Farhan." Kemudian Aulia berjalan ke bangku kosong itu. Lalu bapak wali kelas itu memberikan pelajaran akuntansi. Sejak di bangku SMP dia tidak begitu menyukai pelajaran tentang ilmu alam, jadi ketika SMA langsung memilih jurusan ilmu sosial.
"Hai Aulia, aku Farhan ketua kelas 11-3. Kalau butuh apa-apa kau bisa bertanya padaku." Wajar saja jika Farhan ramah, itu sudah sepantasnya, ciri seorang ketua kelas yang mudah diterima oleh teman-temannya. "Ah hallo Farhan, terimakasih banyak ya." Aulia tersenyum pada teman pertamanya itu.
Tidak terasa sekarang sudah waktunya istirahat. Setengah murid-murid kelas itu meninggalkan kelasnya, namun Aulia dan Farhan masih terlihat duduk di bangku mereka, sedang asyik bercerita. Meskipun baru kenal, Aulia tidak merasa canggung berbicara seperti itu. Karena pada dasarnya sifat Aulia yang selalu ceria, murah senyum dan supel itu membuatnya memiliki banyak teman dimana pun dia berada.
Ketika melihat mereka berdua sedang asyik bercerita, banyak murid lain yang ikut nimbrung dan mereka semua bergerombol disatu tempat itu. Entah apa yang mereka semua bicarakan hingga terlihat seru begitu. Menarik perhatian teman-teman kelasnya yang baru saja datang dari kantin dan ikut nimbrung juga.
Ternyata teman-teman Aulia sangat ramah dan baik hati. Mereka semua juga enak diajak mengobrol. Kelas Aulia yang sekarang memang tempatnya anak-anak gawl di sekolah itu, meskipun ada beberapa yang terlihat biasa saja. Kelas 11-3 memang selalu membuat kelas lainnya iri. Di kelas ini, tidak membeda-bedakan antara anak laki-laki dan perempuan, disini semuanya sama saja. Kebersamaan memang dijunjung tinggi, rasa simpati dan empati mereka juga besar. Beruntung sekali Aulia berada di kelas ini dan bukan di kelas lain.
Tidak kalah dari kelas Aulia di Kota A, disini malah lebih seru anak-anaknya. Tidak terasa obrolan mereka sudah satu jam lebih. Bel tanda pelajaran berikutnya pun berbunyi dan mereka semua kembali ke tempat duduknya masing-masing.
"Tok.. tok.. tok."
Terdengar pintu kelas diketuk oleh seseorang, Farhan pun bangkit dari bangkunya dan berjalan ke arah pintu kelasnya itu. Memastikan siapa yang datang. Ketika pintu itu dibuka, tiba-tiba...
"Eh ada Farhan, kamu dipanggil Pak Joko tuh ke ruangannya sekarang." Ternyata yang mengetuk pintu itu adalah salah satu murid perempuan dari kelas 11-1. Salah satu fan beratnya Farhan.
"Oh makasih." Jawaban Farhan dingin sekali dan kemudian berlalu menuju ruangan Pak Joko, meninggalkan anak perempuan itu tanpa berkata-kata lagi.