Dimperjalan pulang tiba yiba hujan turun dengan derasnya disertai suara petir yang menggelegar, membuat wajah Azmi menjadi pucat karena merasa takut dan ngeri mendengarnya.
Azmi memiliki pobia yang berkaitan dengan petir sehingga saat ada petir dia selalu ketakutan dan Illius tahu itu dari Mama Papa Azmi yang sudah menceritakannya, jadi saat ada hujan petir Azmi nggak boleh sendiri.
Mengingat itu refleks Illius menarik tubug mungil Azmi ke dalam dekapan hangat pelukannya, hingga membuat Azmi menjadi tenang dan merasa nyaman serta ketakutannya pun menghilang.
Dada bidang yang menghangatkan tubuhnya hingga rasa nyaman itu membuatnya rilex dan aroma parfum yang khas menguar menerobos melalui indra penciumannya membuat pikirannya melayang dan cinta itu mulai tumbuh subur di hati Azmi.
Perhatià n yang di berikan Illius benar benar di luar dugaannya, bahwa orang yang dikira menjadi penyebab kematian orang tuanya adalah pria yang saat ini memeluknya dengan posesif.
Azmi nggak mau menerima akan hal itu dia masih belum yakin dengan perasaannya, apakah ini rasa cinta atau hanya sekedar rasa simpati karena senasib tidak memiliki orang tua lagi.
Mobil memasuki halaman rumah Azmi dan Edo membukakan pintu mobil dengan memegang payung untuk menghindari tuannya dari basah terkena air hujan.
Dengan membopong Azmi yang sudah terlelap Illius menuju teras rumah keluarga Bagaskara, dan membunyikan bel agar pintu segera di buka.
Tak lama pintu pun terbuka dan munculah bik Asih dengan menunduk memberikan hormat pada majikannya, bik asih mempersilahkan masuk dan mengantarnya menuju kamar Azmi yang berada di lantai dua.
"Disini den kamar Non Azmi terimakasih sudah membawa pulang Nona dengan selamat Den..." ucap bik Asih.
Sambil membaringkan tubuh Azmi di atas ranjang tiba tiba saja petir menggelegar dengan kencangnya " Cetarrrrr....Blarrrrr..... jederrrr..." Azmi bangun tersentak kaget dan langsung memeluk erat Illius yang berada di dekatnya.
Illius pun membals pelukannya dan duduk di pinggir ranjang tempat tidur Azmi, melihat adegan itu bk Asih meninggalkan kamar Azmi dengan pelan dan mulai memasak makan malam di dapur di temani bik mira.
"Asih bagaimana keadaan Nona? apa dia baik baik saja? sedangkan Non Azmi biasanya ketakutan saat ada hujan petir seperti ini? dan dulu ada Nyonya dan tuan yang selalu mendampinginya dan menjaganya" tanya Bik Mira bertubi tubi.
"Tenang saja karena den Illius ada di sini, maka Non Azmi pasti tidak takut lagi" jawab Bik Ash sambil tersenyum penuh misteri membuat Bik Mira jadi penasaran.
" Memang Non Azmi pulang sama Den Illius calon suami Nona?" tanya Bik Mira dengan ingin tahu calon Tuannya yang tampan itu.
Memang benar dua orang pembantu rumah tangga yang sudah di usia setengah Abad itu tau bahwa Illius yang sudah beberapa kali datang kerumah ini adalah calon yang sudah di pilih oleh Tuan dan Nyonya Besar Bagaskara untuk Nona Muda nya, tapi Azmi nggak pernah tahu karena sibuk dengan kuliahnya.
Memang Azmi itu adalah jenius muda pada saat usianya yang saat ini 19 tahun dia lulusan ter baik dari uni versitas terbaik pula.
Sedangkan Illius berusia 26 tahun seusia dengan Tuan Muda dari keluarga Bagaskara, namun nasib yang buruk terjadi mereka kehilangan Tuan muda kecil saat usianya baru menginjak 6 tahun.
Padahal sudah di cari di seluru penjuru negara ini namun tidak di temukan juga Tuan muda Juliano Bagaskara, Juliano menghilanh karena di culik dan belum juga di temukan hingga sekarang.
Di kamar Azmi Illius mengambil posisi ternyamanya dengan posisi dia memeluk Azmi.
Keduanya menjadi sedikit canggung karena suasana semakin panas karena bagai mana pun juga Illius itu lelaki norma, apa lagi saat ini mereka hanya berdua didalam ruangan tertutup hanya suara deru nafas mereka yang terdengar di telinga mereka.
Tangan Azmi yang berada di dada bidang Illius bisa merasakan dan juga mendengar detak jantung sang Pria yang saat ini menjadi sandarannya.
Hujan masih mengguyur dengan deras sepertinya hujan masih akan lama berhentinya?? apa Tuhan menciptakan suasana panas ini sehingga keduanya bisa lepas kendali jika setan ikut campur.
Namun Illius masih berpikir jernih sehingga dia masih berada pada batasnya jika tidak maka hal buruk akan terjadi.
"Ehemm... aku akan menginap disini malam ini jadi kamu nggak usah takut jika ada oetir lagi jadi berbaringlah sampai saat makan malam tiba" Illius meminta.
Azmi mendongakkan kepalanya menatap Illius dan kemudian mengangguk pelan di sertai sebuah senyuman manis dengan tona pipi yang kemerahan karena blusing.
Melihat itu Illius menjadi gemas dan dia langsung saja melumat bibir merah Azmi untuk yang kesekin kalinya, dan kali ini Azmi memberikan balasan karena terbawa oleh rasa manis dari ciuman Illius dan juga suasana yang semakin hot.