Chapter 9 - Rasa Rindu (1).

Illius berjalan keluar dari kediaman keluarga juliano dan memasuki mobil ferari hitamnya bersama sopir keluarganya.

Kendaraan mewah itu melaju meninggalkan kediaman keluarga Juliano dan membelah jalanan ibukota menuju ke kediaman Hutama.

Flash back End

☆☆☆☆☆☆☆☆☆

Illius menekan tombol pada lift dengan angka 25 dan dia menunggu lift hingga sampài di lantai yang di tujunya.

Ting....

Pintu lift terbuka pada lantai yang di tujunya, Illius keluar dari lift dan menuju ke dalam kantornya.

Di sana di meja untuk beberapa seketarisnya Azmi lagi bercakap cakap dengan rekan kerjanya dengan santai sebelum jam kerja di mulai.

Semua berkas sudah siap sebelum rapat di mulai, para sekretais bekerja sesuai tugas masing masing.

"Ehemm....apa materinya sudàh siap?" Illius bertanya.

"Semuanya sudah siap Pak" jawab Azmi dan membawa sebuah map kearah Illius dan menyerahkannya.

Illius membuka dan memeriksanya jika ada kesalahan serta kekurangan bisa di perbaiki sebelum rapat dimulai.

"Bagus tolong di copy sesuai jumlah orang yang akan mengikuti rapat hari ini" perintah Illius.

"Baik Pak..." jawab Azmi dan hendak menuju ruang foto copy, namun Illius menghentikannya.

"Tunggu..., Azmi berikan itu pada Yang lain, kamu ikut Saya keruangan saya sekarang sebelum rapat di mulai" Illius memberikan perintah tanpa ada penolakan.

Sambil menyerahkan tugasnya pada salah seorang rekannya Azmi mulai berjalan mengikuti Illius dari belakang.

Pintu besar itu terbuka dan keduanya masuk kedalamnya dan pintu pun kenbali tertutup.

"Azmi itu padahal baru bekerja di sini tapi ...tapi dia mendapatkan semua perhatian dari Pak Illius, bahkan setiap hari dia bisa memasuki ruang CEO kita" mulai terjadi perasaan iri pada sesama rekannya dari departemen sebelah.

Wanita itu bernama Lala yang sudah menyukai Boss nya sejak pertama kali melihat ketampanan Illius, memang Illius selalu menjadi pria idaman bagi semua wanita yang memandangnya.

"Jangan berkata demikian mungkin saja mereka hanya menyelesaikan beberapa pekerjaan yang memang membutuhkan kejelian, kalian sendiri tahu bahwa Pak Illius adalah orang yang perfectionis" ucap Vena salah satu anggota sekretaris.

Illius yang menjadi idolah para wanita di manapun dia melangkahkan kaki serta di setiap kemunculannya selalu memukau, dan bercahaya walaupun dengan pandangan serta sikap sedingin salju yang membekukan sekitarnya.

Sehingga mereka hanya mampu untuk mengagumi namun tidak untuk mendekatinya, tapi lain halnya dengan keberadaan Azmi Illius bersikap berbeda.

Di ruangan Illius Azmi duduk di sofa dengan cemberut "Sebenarnya apa yang hendak kamu lakukan dengan mengajakku keruanganmu ini?" Azmi bertanya dia merasa kesal dengan sikap Illius yang seperti menunjukan perlakuan berbeda dengan semua pekerjanya.

Illius menekan remot untuk mengunci pintu ruangannya dan mendekati Azmi yang sedang manyun membuat dia gemes ingin melakukan sesuatu yang diluar logikanya.

"Tentu saja kamu berbeda dengan yang lain kamu adalah calon istriku" Illius mendekatinya dan tiba tiba membuat Azmi sudah berada di pangkuannya.

Posisinya begitu membuat pipi Azmi merona dan jantungnya sudah diluar kendalinya, merasakan lengan kekar yang melingkar di pinggangnya yang ramping memberikan gelenyar yang selalu menumpulkan akalnya pada titik terendah.

kedua tangan Azmi menyentuh dada bidang Illius untuk memberikan jarak pada keduanya.

Melihat rona di pipi yang mulus itu senyum jahil Illius bertenger disana dengan sorot mata yang mengatakan hendak menggoda Azmi.

Cuuup....

"Hemmm....mmmm..." dengan melumat bibir merah menggoda disetiap kesempatan Illius melancarkan ciuman yang memabukkan.

"