Azmya melihatnya tak kuasa menahan air matanya. Ternyata selama ini Jun juga menyukainya. Tapi karena Yan mengancamnya dia tidak bisa berbuat sesuai kehendak hatinya. Azmya hendak meninggalkan tempat itu dia ingin segera menyusul Jun tanpa sepengetahuan Yan Cs. Tapi dia mendengar sesuatu percakapan Yan cs yang membuat Azmya membelalakkan matanya.
"Besok tanggal 15 September pagi saat nanti gue panggil Jun ke kantin. Loe masukkan barang itu ke dalam tas!" suruh Yan pada teman-temannya.
"Apa yang mau loe rencanain Yan?"tanya Iren sedikit waswas.
"Loe jangan ikut campur. Kalau nggak, gue juga nggak bisa jamin loe bisa bernasib sama kayak Jun, paham!"ancam Yan ke Iren.
Iren hanya menangis menerima perlakuan Yan.
"ATM kemarin mana yang dikasih Azmya kemarin?"tanya Yan pada Opick.
"Ada, aman kok,"jawab Opick.
"Besok gue mau balikin ke Azmya, tapi kalian nggak ambil sepeser pun kan di ATM itu?"tanya Yan.
"Nggak lah,"jawab Opick dan Fadil kompak.
Mata Azmya memerah. Kalau besok Jun pasti dikerjain lagi oleh mereka. Dia tidak bisa membiarkan itu semua. Dia harus bertindak.
****
Sudah hampir seminggu sejak kejadian itu. Jun tidak nampak ke sekolah. Kata Febri sih katanya dia ada urusan. Tapi Azmya merasa cemas, takut Jun sakit parah karena bekas dipukuli Yan.
Diam diam Azmya pergi ke kantin dan mencari Ibu Jun untuk mencari tahu keberadaanya. Di kantin Azmya melihat Ibunya sedang sibuk melayani siswa yang sedang makan. Azmya pun duduk menunggu kesempatan untuk berbicara dengan ibunya Jun. Dan ketika ibunya Jun melihatnya Azmya pun tersenyum dan menghampirinya yang sedang membuat jus buah.
"Bu, Jun kemana, kok udah lama nggak masuk?"tanya Azmya.
"Jun ada urusan di Jakarta untuk beberapa hari neng,"jawab Ibu dengan sedikit memaksakan senyuman tipis.
Azmya melihat itu sebagai kode bahwa telah terjadi sesuatu pada Jun.
"Jun sehat kan bu, salam aja buat Jun ya, bilang aja Azmya rindu,"kata Azmya berani.
"Iya neng, pasti ibu sampain, Jun pasti seneng dengernya,"jawab Ibunya.
"Oke, maafin ya Bu, Azmya udah ganggu ibu yang lagi sibuk,"kata Azmya sambil berpamitan pergi. Ibunya Jun pun melihat kepergian Azmya dengan tatapan penuh kesedihan.
***
Sebenarnya Azmya ingin sekali menelpon Jun. tapi kata teman teman sekelasnya kalau Jun tidak punya ponsel maupun telepon rumah. Bahkan Febri Ketua Kelas pun sering kewalahan kalau ada informasi mendadak untuk semua siswa Jun tidak punya nomor yang bisa dihubungi. Bukan karena Jun tidak mampu membeli ponsel dari hasil uang lomba yang sering dia ikuti. Katanya Jun ponsel hanya bikin anak anak yang malas belajar. Dan Jun tidak pernah mau punya m ponsel. Sungguh pemikiran yang terbelakang dan tidak sesuai dengan kecerdasannya.
Azmya sangat ingin tahu keadaannya Jun, dia sangat merindukan wajah Jun yang bikin adem yang penuh kharismatik.
Hari hari tanpa melihat Jun sangatlah membuat Azmya tersiksa. Apalagi sejak kejadian dipukuli Yan, Azmya tidak tahu bagaimana keadaan Jun. Apakah dia baik baik saja?
Perasaan penasaran dan rindu membuat Azmya tersiksa dan tanpa semangat menjalani sekolah. Siang itu Azmya melangkah dengan gontai ke halte depan gerbang sekolah. Pikirannya masih seputar Jun. Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Ada nomor baru meneleponnya.
"Halo,"jawab Azmya. Tapi tidak ada suara.
"Halo, ini siapa?"tanya Azmya kesal. Karena dia paling malas dengan orang yang iseng menelpon nya.
"Ini gue!"terdengar suara jawaban di telepon. Sejenak Azmya mikir siapa yang meneleponnya. Tapi dia merasa tidak asing dengan suara itu.
"Kamu dimana?"tanya orang itu.
"Ini Jun kan?"tanya Azmya mencoba menebak nebak.
"Iya, loe dimana sekarang?tanya Jun sekali lagi.
"Aku di depan gerbang sekolah, baru pulang sekolah, kamu dimana?"jawab Azmya sambil bertanya.
"Gue sekarang kesana, tunggu ya!"ucap Jun terus langsung mematikan teleponnya.
Azmya senang ternyata Jun meneleponnya. Setelah beberapa hari ini dia merasa kehilangan Jun.
Hari ini Jun menelponnya dan sebentar lagi dia akan menemuinya. Azmya pun duduk di halte depan gerbang sekolahnya. Dia pun menunggu kedatangan Jun sambil memandangi ponsel nya. Dia kemudian menyimpan nomor yang tadi meneleponnya dengan nama Jun ditambah dengan gambar hati. Dia berharap mungkin saja itu nomor ponselnya Jun.
Setelah cukup lama menunggu, ternyata Jun datang dengan mengendarai motor. Azmya sedikit terkejut Jun yang membawa motor.
"Naik!"suruh Jun tanpa memperlihatkan wajahnya. Azmya mendekati Jun dan memperhatikan wajah Jun yang masih memar memar.
"Kamu kenapa?"tanya Azmya pura pura tidak tahu.
"Nanti gue jelasin, sekarang loe naik dulu kita pergi dulu dari sini!" kata Jun sambil memberinya helm. Azmya pun nurut kemudian dia duduk di jok belakang. Setelah Azmya naik Jun pun melajukan motornya dengan pelan. Dia hendak membawa pergi Azmya ke suatu tempat. Azmya pun diam tanpa banyak bertanya. Yang penting dia bersama Jun.
Sepanjang perjalanan keduanya larut dalam diam. Perjalanan itu terasa canggung menurut Azmya. Sebenarnya banyak yang ingin dia tanyakan dan utarakan. Tapi dia belum menemukan kata yang tepat untuk memulainya. Sementara Azmya melihat pantulan wajah Jun di kaca spion tampak raut muka yang sedih. Azmya tidak tahu alasan kenapa Jun bisa sesedih itu.
Pelan pelan Azmya pun menyentuh pinggang Jun yang memboncengnya dengan kedua tangannya. Dia melihat reaksi Jun yang sedikit kaget di spion. Tapi dia tidak mengucapkan apa apa. Hanya raut muka yang semakin sedih. Azmya pun semakin mempererat pegangannya. Keduanya pun tenggelam dalam pikirannya masing masing.
Setelah menempuh waktu selama setengah jam mereka tiba di suatu danau yang lumayan luas. Ternyata danau itu tidak sepi. Banyak pengunjung yang juga sedang menikmati sore hari. Jun memarkirkan motornya dekat sebuah bangku panjang menghadap ke danau. Kemudian dia mengajak Azmya untuk duduk di bangku itu.
Keduanya pun duduk dan menghadap danau yang banyak bunga teratai yang sedang bermekaran. Sejenak Azmya menikmati pemandangan itu. Lalu kemudian dia melihat Jun yang sedang memandangi wajahnya. Tentu saja Azmya malu.
"Wajah kamu kenapa Jun?"tanya Azmya.
"Kamu berantem lagi dengan Yan?"pancing Azmya.
"Namanya juga cowo, wajar dan biasa kalo berantem, yang aneh itu cewe berantem sama cowok!"jawab Jun.
"Aku kan berantem juga ada alasannya." Azmya merasa tersindir.
"Gue nggak mau aja sampe loe kenapa kenapa,"ucap Jun yang selama ini Azmya belum pernah dengar mulut Jun. Ternyata dia juga mengkhawatirkannya.
"Aku juga nggak mau liat kamu terluka kayak gini lagi,"sambung Azmya memandang wajah Jun yang kembali lagi memar. Kemudian Azmya menyentuh dahi Jun yang biru. Jun membiarkan wajahnya disentuh Azmya. Tak terasa air mata Azmya mengalir deras mengingat kejadian saat menyaksikan Jun dipukuli. Dia sungguh terluka melihat kondisi Jun yang menyedihkan.
"Kenapa loe nangis?"tanya Jun memegang tangan Azmya yang sedang menyentuh wajahnya.
"Aku cuma nggak bisa terima, wajah kamu ini jadi rusak gantengnya." Azmya meneteskan air matanya.
Jun tersenyum mendengarnya. Wajah Azmya tampak menggemaskan juga saat sedang menangis.
"Segitunya kamu suka sama wajah ganteng ini?"goda Jun pada Azmya. Langsung dijawab Azmya spontan dengan "iya".
Jun tersenyum dan sangat tersanjung dengan jawaban Azmya.
"Apalagi kalau kamu sedang tersenyum seperti ini, gantengnya maksimal,"seloroh Azmya tambah menggodanya.
"Ternyata skill menggoda kamu lumayan, jujur sama gue, udah berapa orang yang kamu godain kayak gini?"tanya Jun tersenyum penasaran.
"Kamu yang pertama?"jawab Azmya yang tentu saja Jun tidak mempercayainya.
"Boong banget. Kayaknya kamu sering deh godain dan gombalin cowok. Apalagi waktu itu kamu duluan yang - "Jun tidak berani mengatakan. Tapi Azmya tahu maksudnya.
"Sumpah Jun, ni juga baru pertama kali aku jalan sama cowok." Azmya melepaskan tangannya di wajah Jun. Dia sangat amat malu mengakuinya.
"Berarti yang waktu itu, itu yang pertama kali?"goda Jun. Azmya tidak tahan digoda seperti itu reflek dia memukul dada Jun. Jun pun berteriak mengaduh.
"Maaf!"seru Azmya ingat kalo dada Jun juga pasti sakit gara gara dipukul Yan.
Jun masih meringis kesakitan. Azmya pun menyesal dan dia mencoba memeriksa dada Jun dengan menyentuh dada Jun. Azmya pun tambah menangis dibuatnya. Jun pun menjadi tak enak melihat Azmya menangis.
Jun mengusap air mata Azmya dengan lembut. Dan menarik tangan Azmya dan membenamkan kepala Azmya ke dadanya yang bidang. Jun bisa mencium aroma rambut Azmya yang wangi.
"Segimana lucunya kamu saat nangis, tapi tetap aku nggak suka liat kamu nangis!"ungkap Jun membelai rambut Azmya yang tergerai.
"Kenapa kamu bisa semanis ini Jun?"tanya Azmya juga heran. Selama ini Jun tidak pernah menunjukkan perasaannya. Tapi kenapa hari ini Jun mengajaknya kesini dan memperlakukannya dengan manis seperti ini.
"Tapi ingat ya, cuma sama kamu aja aku bisa semanis ini!"goda Jun.
"Apa coba ucapin sekali lagi!"rajuk Azmya melepaskan pelukan Jun.
"Kamu kan tadi sudah dengar jelas,"jawab Jun pura pura bete.
Azmya tambah heran kali ini juga Jun menggodanya.
"Terus kamu mau jadi pacar aku?"tanya Azmya tiba tiba.
Jun tentu saja kaget mendengar pertanyaan itu. Agak lama dia berpikir kemudian dia membalikkan badan Azmya agar kembali lagi menghadap danau. Kemudian tangannya merangkul pundak Azmya.
"Hari ini aku jadi pacar sehari kamu"jawab Jun sambil melihat danau dengan sedih. Azmya pun kaget mendengarnya.
"Beneran, tapi kok cuma sehari?"tanya Azmya protes.
"Nggak mau, kalau nggak mau ya udah!"kata Jun pura-pura.
"Ogah"jawab Azmya. Dia terlihat kesal sekali.
"Denger ya, kita udah mau Ujian Nasional jadi kita harus fokus dulu, nggak boleh pacaran dulu, jadi pacar sehari ini saja bagaimana?" tanya Jun beralasan. Azmya pun cukup paham dengan alasan Jun, dia pasti ingin fokus dengan Ujian dan sebagai siswa yang berprestasi mungkin dia ingin mendapatkan nilai yang memuaskan tanpa harus pusing dan bermasalah dengan percintaan dan pacaran.
Melihat Azmya sepertinya paham akan maksudnya dia mengisyaratkan Azmya untuk melihat ke depan danau. Dia tidak mau Azmya melihat wajah sedihnya. Karena Jun memang mencoba membuat Azmya senang. Sebenarnya dia menderita. Dia sebenarnya tidak mau berbohong.
Sementara Azmya sedikit bertanya tanya. Ada apa dengan Jun. Padahal jelas waktu itu dia sempat mendengar pengakuan Jun pada Yan kalau dia tidak akan berani berpacaran dan mendekatinya lagi. Tapi sekarang Jun berada di sampingnya dan mengajaknya menjadi pacar sehari.
Tik tik tik..
Suara air yang jatuh perlahan. Ternyata hujan.
"Hujan, ayo kita cari tempat neduh!"ajak Jun sambil menarik tangannya Azmya. Azmya mengikuti langkah lari Jun. Jun melihat
ada pohon besar dibawah nya ada gazebo tempat biasa para pengunjung duduk. Saat mereka sampai di sana hujan semakin deras.
Ternyata bukan mereka saja yang terjebak disitu. Ada sepasang sejoli juga yang sedang berteduh . Mereka pun berbagi tempat berteduh. Sepertinya mereka sepasang kekasih. Mereka tak segan saling berpegangan tangan karena memang suhu nya sangat dingin. Melihat itu semua Azmya dan Jun menjadi canggung dan malu.
"Aku yakin ini tempat pacaran, makanya kamu ngajak aku kesini"bisik Azmya ke telinga Jun. Jun hanya terkekeh geli mendengarnya.
"Ternyata kamu sering ngajak cewek kesini"seru Azmya sambil mencubit pinggang Jun. Sementara Jun meringis pura pura kesakitan.
"Kayaknya bakal lama ni hujannya," ujar si perempuan dari sepasang kekasih itu.
"Sepertinya begitu, Sayang" jawab si cowoknya so sweet memanggilnya dengan kata sayang.
"Aku bisa dimarahin mamah nih kalo kesorean, pulang aja yuuk!"pinta si cewek.
"Kan masih hujan yang,"tolak si cowok.
"Mendingan hujan hujanan aja deh daripada nanti dimarahin,"kata si cewek memaksa pulang.
"Ya udah, ayoo!"ajak cowok nya kemudian mereka pergi meninggalkan tempat itu. Meninggalkan Azmya dan Jun.
Tinggallah mereka berdua di sana. Sementara hujan masih turun dengan derasnya.
"Kamu juga mau pulang hujan hujanan?"tanya Jun.
"Nunggu reda dulu aja Jun, soalnya aku gampang kena flu" jawab Azmya beralasan. Padahal dia memang ingin lebih lama lagi bersama Jun.
"Oke, kita nunggu reda, udah gitu nanti aku anterin kamu pulang".
Keduanya duduk berdampingan. Azmya memeluk badannya yang kedinginan. Melihat itu Jun teringat di tasnya ada jaket. Kemudian dia memberikannya ke Azmya. Azmya senang Jun sangat pengertian. Jaket Jun sekarang ada di badannya membungkus badannya yang kedinginan.
Azmya menghirup aroma jaket Jun. Ini aroma tubuh dan parfum dari Jun. Azmya pun menyandarkan kepalanya di pundak Jun. Terasa nyaman sekali rasanya dia bisa menyandarkan kepalanya di pundak laki laki yang dia sukai. Jun hanya membiarkan Azmya bersandar di pundaknya sambil memandangi percikan air hujan yang jatuh dari ujung atap yang mereka tempati.
Cukup lama juga Jun terhanyut dalam pikirannya sendiri. Mencari cari kata yang tepat untuk membuka topik pembicaraan agar suasananya tidak canggung. Apa yang harus dia lakukan supaya tidak kikuk seperti ini.
"Mmm, kamu tahu nggak buku yang….?"tanya Jun sambil menengok ke arah Azmya tapi yang dia lihat malah tidur.
"Hareeuh, kebiasaan buruk, nie cewek gampang banget tidurnya nggak peduli dimana tempatnya"oceh Jun geregetan dalam hati. Tapi Jun tidak berniat membangunkannya dia membiarkan Azmya tidur di pundaknya.
Rasa pegal tidak diacuhkannya. Yang dia pikirkan biarkan Azmya tertidur mungkin dia lelah. Jun pun membelai rambut Azmya dengan lembut. Menyibakkan rambut yang menutup keningnya. Cukup lama Jun memandangi wajah Azmya dengan perasaan yang campur aduk.
Ada rasa ingin memiliki dan menyayangi tapi di sisi lain ada yang harus dia pertaruhkan. Perasaannya ingin egois tapi dia tidak bisa. Dalam hal ini Jun belum bisa melindungi orang orang yang dia sayangi saat ini, dia tidak mau kalau orang orang yang dia sayangi ibunya, dan Azmya bisa terluka dan sedih hanya karena dia egois ingin memenangkan hatinya yang ingin bersama Azmya.
Dengan melihat wajah Azmya yang selalu memandangnya dan melihatnya dengan tatapan penuh sayang membuat dia tak sadar meneteskan air matanya. Hanya hari ini saja mungkin dia bisa sedekat ini dengan Azmya. Karena besok atau lusa dia tidak akan mungkin lagi bisa berdekatan dengan Azmya. Karena dia sudah berencana menyetujui program pertukaran pelajar ke Korea.
Pihak yayasan sekolah mempunyai kerja sama dengan salah satu SMA di Korea untuk pertukaran pelajar yang akan memperkenalkan masing masing budayanya. Dan karena Jun menjadi salah satu murid terbaik di sekolah dia menjadi kandidat untuk pergi ke sana. Mungkin dengan cara itu dia bisa menghindari Azmya.
Jun mengumpulkan keberanian untuk mengecup kening Azmya. Setelah dia cukup berani, Jun pun mencium kening Azmya dengan penuh kelembutan. Azmya pun terbangun dibuatnya. Jun pun gelagapan karena dia terciduk telah mencium Azmya.
"Jun, kamu?"tanya Azmya sedikit berpura pura marah.
"Maaf ya!"jawab Jun sambil garuk garuk garuk kepala.
"Kamu ciumnya sekali kan?"tanya Azmya polos.
"Itu pertanyaan apa permintaan?"seloroh Jun.
Azmya pun terlihat berpikir untuk menjawabnya. Apa pertanyaannya terkesan dia meminta Jun untuk menciumnya beberapa kali.
Azmya seperti sedang kebingungan menjawabnya. Melihatnya seperti itu Jun dengan cepat mencium pipi Azmya sebelah kanan. Tentu saja Azmya yang tidak siap akan dicium seperti itu terlihat kaget.
"Astaga, sekarang kamu udah berani ya,"kata Azmya pura pura marah.
Jun hanya melipat bibirnya kedalam mulut. Dia terlihat salah tingkah.
"Jun," panggil Azmya lirih membuat Jun memberanikan diri akhirnya. Jun kemudian memegang kepala Azmya dan perlahan lahan menghampiri wajah Azmya yang sudah merah merona sambil membelalakkan matanya melihat wajah Jun semakin dekat. Belum sempat dia mengucapkan sesuatu. Jun sudah mendaratkan bibirnya yang tipis itu ke bibirnya. Dan .
Azmya pun merasakan bibir Jun sudah menyentuh bibirnya. Terasa lembut dan hangat. Azmya pun menutup matanya dan membiarkan Jun memiliki bibirnya. Cukup lama mereka berdua terbawa perasaan.
Tapi kemudian Azmya merasakan sesuatu yang hangat jatuh membasahi pipinya. Azmya pun membuka matanya dan melihat Jun menciumnya dengan meneteskan air matanya.
Kenapa dengan Jun. Apakah arti semua ini. Apakah Jun melakukannya dengan terpaksa. Apakah perlakuannya hari ini kepadanya hanya palsu. Azmya pun mendorong tubuh Jun. Jun pun kaget Azmya mendorongnya.
"Kenapa?"tanya Junheran.
"Kamu lagi mempermainkan aku ya?"tanya Azmya peka.
"Mempermainkan bagaimana maksudnya?"tanya balik Jun.
"Semuanya hari ini terasa aneh"jawab Azmya.
"Kamu tahu aku suka dan sayang sama kamu, jadi kamu mempermainkan perasaanku, entah ada apa dan apa rencana kamu sama aku,"selidik Azmya.
Jun hanya terdiam mendengarnya tanpa menjawab. Dia menyeka sisa air matanya di matanya yang masih tertahan di sudut mata.
"Kamu tahu, sebenernya rasa sayang ini lebih besar daripada yang bisa kamu bayangkan, bahkan sebelum kamu sadar siapa aku, aku adalah yang pertama kali jatuh cinta sama kamu jauh jauh sebelumnya",lirih Jun.
"Jujur sama aku, apa sebenarnya yang terjadi, kalau kamu jujur, aku bisa membantu dan bisa melindungi kamu!"tanya Azmya.
Jun menelan ludah. Sakit rasanya ketika Azmya harus berkata seperti itu. Haruskah dirinya yang meminta perlindungan bukankah dia yang seharusnya melindungi.
"Aku bisa saja memberi pelajaran sama Yan jadi..." belum sempat Azmya menyelesaikan kata katanya Jun menarik tubuhnya dan memeluknya dengan erat.
"Kamu jangan berbuat apapun, itu saja yang aku minta kalau kamu sayang sama aku, aku nggak mau kamu kenapa kenapa, karena kamu sangat berharga buat ku, janji sama aku, kalau kamu tidak akan berbuat ceroboh,"kata Jun sambil memeluknya erat. Azmya hanya terdiam bisu. Entah dia harus menjawab apa.
Jun membelai rambut Azmya dengan lembut. Dan memintanya agar dia bisa memeluknya selama lima menit lagi.
Azmya tak menjawab apa pun dia hanya mencoba memikirkan apa yang harus dia lakukan agar dia dan Jun dapat bersama tanpa melibatkan siapa pun yang bisa terluka. Pikirannya pun teringat akan rencana Yan yang akan berbuat jahat lagi besok hari.
Besok adalah tanggal 15 September. Entah barang apa yang akan dimasukkan ke dalam tas Jun. Yang jelas pasti itu akan membuat Jun bermasalah di sekolah. Dan dia harus mencegahnya itu terjadi.
Jun memeluk Azmya tanpa dia mengetahui kalau dia sedang menangis. Dia tak kuasa menahan air matanya karena dia tidak bisa membuat kenangan manis dan romantis menjadi pacar sehari Azmya dengan kondisinya seperti ini.
Bersambung.
Jangan lupa untuk mendukung novel ini dengan vote dan komen di bawah. Jika kalian sayang dan mendukung author***.