(POV ANTARA)
"Kirin… mungkin terlambat Aku menanyakan nya. Bagaimana cara aku pulang ke dunia atas?," Ucapku sedang menyantap makanan di depan Kirin.
"Lewat jalan yang sama saat kau datang kesini. Lagian kenapa kau ingin pulang cepat-cepat?," Tanya Kirin.
"Walaupun waktu berjalan lebih cepat disini, namun jika aku hilang selama satu hari maka teman-teman ku akan khawatir."
Kirin mengulurkan tangannya dan ditangan nya ada Sukogenyu yang masih bewarna putih seperti petir putih.
"Pedang ini harus kamu bawa dulu Antara. Jika saatnya telah tiba maka pedang itu akan menunjukkan wujud aslinya."
Masih banyak misteri tentang pedang Sukogenyu ini. Pedang yang terbuat dari bagian-bagian tubuh roh penjaga mata angin ini memiliki kekuatan yang dapat membunuh ratusan orang dalam satu tebasan.
Sebelum aku memegang pedang ini, di gagangnya ada empat warna yang melambangkan empat warna roh penjaga mata angin. Namun saat aku memegangnya, gagangnya langsung bewarna putih begitu juga dengan bilah nya.
"Kamu yakin tidak ingin melakukan kontrak dengan naga petir yang ada disini?," Tanya Kirin.
"Iya. Aku takut jika membawa naga ke dunia atas karena naga ini bisa-bisa diburu oleh semua negara di dunia untuk dijadikan alat perang."
Naga adalah mahluk legenda yang keberadaannya masih dipertanyakan di dunia, karena itu keberadaan nya harus tetap menjadi legenda.
"Semua Earthmate harus memiliki naga untuk melindungi bumi. Karena itu aku harap kau akan melakukan kontrak suatu saat nanti."
"Baik-baik."
Naga layaknya sayap untuk para Earthmate. Tugas Earthmate adalah melindungi bumi dari kekacauan, dan untuk melakukan tugas itu lebih mudah dibutuhkan naga agar Earthmate dapat memantau bumi dari tanah dan langit. Iffy tidak memiliki naga karena dia sendiri naga dan dia bisa terbang sekarang.
…
Setelah berbincang dan makan bersama Kirin, aku pun diantar pulang oleh Sieg menggunakan naga nya si Tempest. Namun sedari tadi aku tidak bisa tenang karena Tempest berusaha mencelakakan aku.
"Baiklah, aku hanya bisa mengantar mu sampai disini saja Antara."
"Ti-Tidak masalah. Aku juga tidak ingin diantar lebih jauh lagi."
Aku bersumpah jika kembali ke Agartha aku tidak akan menaiki Tempest lagi.
"Kalau begitu kamu tinggal berjalan saja diantara bambu-bambu yang rindang itu."
"Terima kasih Sieg telah mengantarkan ku."
"Tidak masalah, lagian kita adalah teman seperjuangan."
Setelah itu aku berjalan diantara rindangnya bambu-bambu. Badanku gatal-gatal karena terkena daun bambu.
Kenapa jalan keluar Agartha harus melalui bambu-bambu yang rindang ini?! Rasanya pas masuk ke Agartha tidak ada bambu yang rindang seperti ini hingga membuat badanku gatal!.
…
…
…
"Antara! Antara!".
Aku mendengar suara perempuan. Apakah aku tertidur saat keluar dari Agartha? Tidak, aku pingsan setelah meninggalkan Agartha.
Aku membuka mataku dan melihat Theresa dan Angel sedang menggosok-gosok bulu domba emas ditubuh ku.
"Kau sudah sadar?! Syukurlah…," ucap Theresa.
"Kak Antara baik-baik saja?," Tanya Angel.
Aku memegang kepala Angel. "Ya, aku baik-baik saja kok," balasku.
"Antara dari mana saja kamu seharian hilang?!".
Jadi benar waktu berjalan lebih cepat di Agartha. Padahal aku siap jika tau-tau dunia atas sudah satu bulan sejak aku menghilang. Tapi tidak apa lah, lumayan juga buat melatih kekuatanku.
"Aku bertemu dengan beruang lalu bergulat dengannya," jawabku dengan jawaban yang mengarang.
"Beruang?!," Tanya Angel yang matanya berbinar-binar saat mendengar beruang.
"Iya, aku melawan beruang lalu aku menang. Tau-tau haru sudah malam dan aku baru sadar tersesat di gunung. Karena malam aku memutuskan untuk tidur di samping beruang yang sudah pingsan," ucapku.
"Lalu mana beruang itu?," Tanya Theresa.
"Entah. Tapi beruang itu baik. Saat malam dia memelukku dengan erat agar aku tidak kedinginan," balasku.
Jika benar ada beruang sebaik itu, maka aku tidak akan memburu beruang untuk ku ajak bergulat.
"Ya sudahlah, untung saja kamu tidak dimakan beruang," ucap Theresa.
"Aku ini punya otot kawat tulang besi! Mana berani beruang memakan ku," balasku.
"Memangnya kamu Gatot Kaca?".
Aku berdiri dan membersihkan badanku dari daun-daun yang menempel di badanku.
Dengan latihan khusus satu bulan di Agartha, aku dapat mendengar suara mutan yang berada di luar benteng kota ini. Sepertinya pendengaran ku semakin tajam hingga jarak sejauh apapun dapat kudengar. Awalnya kukira aku dapat mendengar suara dari 100m dari tempat aku berdiri, namun aku salah. Tidak salah sepenuhnya sih, tapi pendengaran ku semakin tajam jika aku fokus pada pendengaran ku, namun jika aku tidak fokus maka aku hanya dapat mendengar suara dari 100m dari tempat aku berdiri.
"Antara, Marco Williem ingin menemui mu," ucap Theresa.
"Marco? Kenapa orang sekuat dia ingin menemui aku?".
"Katanya dia ingin membahas tentang pegerakan mutan yang semakin agresif akhir-akhir ini."
*To be continued-
———