Lu Jingchen sama sekali tidak bisa mendengarkan kata-kata Yan Xiruo. Apalagi dengan suhu badannya yang tinggi juga membuatnya sangat tidak nyaman. Ia perlu melepaskan gairah panas ini ditempat yang tepat.
"Yan Xiruo, kamu sudah ditiduri oleh pria lain di luar sana. Kamu tidak usah berpura-pura suci sekarang! Lagi pula, kita ini adalah pasangan suami-istri. Bila aku mau memelukmu, tentu hal itu adalah hal yang wajar."
Melihat Lu Jingchen yang mulai kehilangan kesadarannya, Yan Xiruo tahu bahwa dirinya sudah tidak bisa menghindarinya lagi. Hatinya pun seakan kehilangan rasa cinta dan hanya menatapnya dengan pandangan dingin.
Apakah semua pria mengatakan hal yang tidak masuk akal seperti ini?
Pria itu yang telah menghancurkan ketulusannya, ia juga tidak mau mendengarkan penjelasan orang lain terlebih dahulu. Ia selalu mengira kalau Yan Xiruo lah yang berusaha menggodanya. Sekarang ini, Lu Jingchen juga tidak memedulikan keinginannya dan hanya ingin melampiaskan nafsunya.
Huh, kehidupan Yan Xiruo, sungguh menyedihkan!
"Lu Jingchen, aku tidak akan membiarkanmu melakukan ini padaku!" Yan Xiruo mengucapkannya dengan nada penuh kekesalan, air matanya pun perlahan mengalir dari matanya dan terus mengalir membasahi pipinya yang halus.
Lu Jingchen hanya tertawa mengejeknya, "Hahaha, Yan Xiruo, bukankah kamu mencintaiku? Kamu pasti sudah lama menantikan aku untuk memelukmu, kan?" Setelah itu Lu Jingchen langsung menyerang bibir Yan Xiruo sekali lagi.
Yan Xiruo berusaha dengan kuat melawannya, ia tidak ingin dilecehkan oleh pria yang ada di depannya ini. Kedua tangan dan kakinya melakukan perlawanan dengan menendang serta memukul tubuhnya terus-menerus. Pada akhirnya tendangannya pun mengenai bagian vital Lu Jingchen.
Seketika Lu Jingchen pun langsung tersentak kesakitan, ia mengamuk dan menampar pipi Yan Xiruo dengan kuat.
Telinga Yan Xiruo berdengung, pipinya seperti terbakar dan terasa sangat sakit, pikirannya pun seketika menjadi kosong.
Lu Jingchen menahan tubuh Yan Xiruo yang masih melakukan perlawanan. Ia menahan kedua kakinya dengan jepitan kaki Lu Jingchen dan tangannya mulai merobek baju Yan Xiruo.
Baju Yan Xiruo tersobek dan memperlihatkan baju dalamnya yang berwarna merah muda, kulitnya yang putih dan halus pun terlihat tanpa ada halangan. Hal ini justru membuat Yan Xiruo sangat panik dan takut.
Yan Xiruo sadar bahwa dirinya dengan Lu Jingchen saat ini menjalin hubungan suami-istri. Kalaupun Lu Jingchen memang ingin memaksanya, ia juga tidak bisa mengeluh kepada siapapun.
Namun di dalam lubuk hatinya, ia menolak sentuhan dari Lu Jingchen.
Bibir Lu Jingchen perlahan mencium Wajah Yan Xiruo lalu turun ke tulang selangkanya. Yan Xiruo diam-diam mengulurkan tangannya yang gemetaran ke meja di samping tempat tidur itu. Ternyata ia mengambil asbak rokok yang terletak di sana.
"Bak!" Setelah terdengar suara yang keras itu, seketika suasana menjadi menghening.
Lu Jingchen dengan perlahan mengangkat tangannya dan menyentuh bagian belakang kepalanya dan ia pun merasakan rasa sakit yang luar biasa. Di tangannya, ia telah menyentuh suatu cairan yang lengket dan berbau amis.
"Yan... Xi... Ruo!!!" Dasar gadis sialan, berani-beraninya Yan Xiruo memukulnya dengan asbak.
Yan Xiruo dengan panik langsung mendorong Lu Jingchen dan turun dari tempat tidur itu. Sambil tergesa-gesa ia berlari menuju pintu kamar ini. Sayangnya, kakinya tersandung sesuatu karena lampu kamar tidak dinyalakannya sejak masuk. Ia pun merasa kesakitan. Untungnya, Yan Xiruo tidak jatuh saat tersandung tadi. Ia pun melanjutkan langkahnya.
"Yan Xiruo, kamu berani memukulku, berhenti di situ!" Lu Jingchen sambil menutup kepala bagian belakangnya ia mengejar Yan Xiruo yang berusaha melarikan diri.
Yan Xiruo tidak berani menoleh ke belakang, ia pun membuka pintu kamar tersebut dan berlari dengan panik setelah keluar dari kamar itu.
Yan Xiruo berlari dengan cepat, ia takut bahwa Lu Jingchen akan menyusulnya. Saat ia berlari mau berbelok ke sudut belokan yang ada di lantai empat, tubuhnya yang halus tiba-tiba menabrak dada yang keras.
Hidungnya yang mancung terasa sakit dan menundukkan matanya sambil memegang wajahnya yang kesakitan. Setelah itu matanya dibuka perlahan dan melihat ada sepasang kaki pria yang panjang lurus sedang mengenakan sepatu kulit hitam. Pria itu berhenti di depannya. Yan Xiruo langsung tertegun melihatnya.
Walaupun tidak melihat wajah pria yang ada di depannya, namun auranya yang dingin menyebar dan membuat Yan Xiruo merasa merinding.
"Maaf, sudah sengaja menabrakmu." Yan Xiruo ingat bahwa orang-orang yang bisa berdiri di lantai empat ini bukanlah penduduk biasa. Ia mengira orang tersebut adalah orang kaya ataupun orang yang berkuasa. Tentu orang-orang seperti ini tidak peduli dengan orang disekitarnya. Yan Xiruo merasa tidak berdaya menyinggung orang macam ini.
Kedua tangan Yan Xiruo langsung bergerak untuk menutupi lubang sobekan yang ada di bajunya. Ia menundukkan kepalanya yang kecil dan ingin melewati pria yang di depannya. Anehnya, pergelangan tangannya yang tipis malah ditangkap oleh sebuah telapak tangan yang hangat.