Yan Xiruo mengambil napas dalam-dalam, ia mencoba menahan amarah yang timbul dari dalam hatinya. Ia juga berusaha menggunakan nada yang sopan untuk berbicara dengannya, "Pak, aku dan kamu hanya bertemu lewat sekali tatapan muka. Selain itu, setiap bertemu denganmu, aku selalu mengalami kejadian yang tidak menyenangkan. Jadi, bisakah Anda tidak begitu membanggakan diri?"
Ye Juemo memang memiliki karisma maskulin yang sangat menarik perhatian para gadis. Sebagai pria, ia mempunyai wajah yang tampan, dewasa, dan sangat berkarisma. Sayangnya hati Yan Xiruo sudah dimiliki pria lain. Alhasil, walaupun Ye Juemo sudah menyentuh badannya, tapi ia sama sekali tidak ada niat ataupun tujuan lain terhadapnya. Apalagi, mereka berdua hanya saling mengenal selama dua hari ini.
Ye Juemo mengangkat tangannya yang panjang dan mengulur ke Yan Xiruo, "Bagaimana ini, aku sudah mulai tertarik kepadamu."
"Tolong turunkan aku di tepi jalan sana, biarkan aku bisa memanggil taksi."
Ye Juemo melihat ke pinggangnya yang ramping, rambutnya yang masih basah bersandar di jubah tidurnya. Pemandangan ini memberikan sebuah gambaran yang menggoda secara tidak langsung. Ia mengangkat sudut mulutnya dan tertawa rendah.
Seketika tampak pupil mata Ye Juemo mengalirkan sudut mata yang jahat.
Gadis yang dengan terus menerus ingin menyingkirkannya ini sungguh menarik.
Mereka berdua terdiam sejenak, Ye Juemo memecahkan keheningan ini dengan berkata, "Di sekitar sini susah mendapatkan taksi. Di mana kamu tinggal? Aku akan mengantarmu pulang."
Yan Xiruo menoleh dan menatapnya dengan rasa penuh curiga. Ia membuka mulutnya dan mencoba mengatakan sesuatu. Sayangnya, Ye Juemo telah memotong perkataannya terlebih dahulu, "Kalau aku mau memaksamu, kamu pikir kamu bisa lari?" Situasinya sekarang adalah Ye Juemo menganggap Yan Xiruo masih tidak layak untuk menggunakan paksaan.
Yan Xiruo kembali melihat ke arah luar jendela dan memberi alamat rumahnya.
Dalam kabin mobil yang sempit itu, ia memutar lagu barat yang bermelodi lambat. Ye Juemo membuka pemanas mobilnya, Yan Xiruo perlahan-lahan menutup matanya karena kelelahan.
Alamat rumah Yan Xiruo berada di Meiyuan, tempat itu merupakan salah satu perumahan rumah mewah di kota An yang ditinggal oleh orang-orang kaya. Rumah ini diberikan oleh kakek Lu kepadanya dan Lu Jingchen sebagai rumah pernikahan mereka.
Teman sekamar asrama sekolahnya masih sempat mengejeknya, mereka bilang kalau status sosial Yan Xiruo meningkat dari kelas bawah menuju kelas atas setelah menikah dengan Lu Jingchen.
Ye Juemo memarkirkan mobilnya di Meiyuan. Melihat Yan Xiruo yang masih tidur, ia tidak membangunkannya. Dari bagasinya, ia mengambilkan selimut tipis dan menutupi badannya.
Hujan sudah reda, dia mengambil rokoknya dan pemantik rokok. Sekejap kemudian turun dari mobilnya.
Badannya yang tinggi tegap bersandar di kepala mobilnya. Wajahnya yang tampan mendekat ke arah korek api dan menyalakan korek api tersebut. Rokoknya dalam seketika terbakar oleh api, dibawah asap rokok, mukanya yang tampan nampak makin mempesona.
Ketika sedang merokok, dari belakangnya terdengar suara tawaan sepasang pria dan perempuan.
"Chen, kamu benar-benar mau membawaku melihat rumah pernikahanmu?" Suara perempuan tersebut terdengar imut.
"Istrimu tidak balik ke rumah malam ini?" Kata perempuan itu. "Teleponnya tidak diangkat, mungkin sudah di asrama sekolahnya." Kata Lu Jingchen
Mereka berdua berjalan melewati Ye Juemo. Perempuan yang melihat wajah tampan Ye Juemo dan mobil mewahnya, seketika mengedipkan matanya untuk menggoda Ye Juemo. Hal ini membuat Ye Juemo merasa tidak senang.