Lu Jingchen tidak menyangka, di hadapan orang luar seperti perempuan yang dibawanya ini, Yan Xiruo begitu tidak memedulikan rasa malunya. Apa ia masih gadis kecil yang dikenalnya, yang begitu kalem, perhatian, dan diam-diam menyukainya?
Lu Jingchen menyipitkan matanya yang mengalirkan udara dingin, ia melihat Yan Xiruo dari atas ke bawah. Pakaian yang dikenakannya itu adalah edisi terbaru dari produk Nete1. Kalau tidak salah ingat, hari ini ia pergi berbelanja bersama Lili. Saat manajer toko terbesar Nete1 mengatakan bahwa busana ini telah dipesan oleh orang lain di kota An, maka hanya ada satu orang yang memilikinya. Saat itu Lili sangat menginginkannya, ia menawarkan harga dua kali lipat pun tidak dijual oleh manajer itu.
Dan sekarang, pakaian itu telah muncul di badan Yan Xiruo…...
Lu Jingchen mengingat kembali kejadian pada malam pernikahan mereka. Ia sempat mengingat ada pria yang meniduri istrinya saat itu. Lu Jingchen pun kesulitan mencari tahu identitasnya, mukanya seketika menjadi suram, tatapan mata yang memandang ke Yan Xiruo seakan menjadi dua jurang yang dalam.
"Lili, kamu pulang dulu." Lu Jingchen berkata sambil menepuk perempuan yang masih bersandar di pelukannya.
Lili mengerutkan bibirnya, dengan tidak senang ia berkata, "Chen, aku masih mau mengandalkan mukaku untuk bekerja, namun sekarang ini istrimu telah memukulku seakan mau merusak wajahku…...."
Lu Jingchen mengambil buku ceknya, dengan cepat membuka cek di depan Lili dan memberikannya dengan senyuman yang acuh, "Puas?"
Melihat angka nominal yang ada di atas cek tersebut, matanya dalam seketika menekuk senang. Lili pun tidak memperdulikan tatapan Yan Xiruo dan menarik leher Lu Jingchen untuk mencium bibirnya. Lalu ia turun dari ranjang dalam kondisi telanjang.
Lili pun dengan teliti mengambil baju yang berserakan di lantai. Ia memakainya satu persatu. Saat melewati Yan Xiruo, dengan sengaja ia menabrak bahunya, membisikkan sesuatu dengan suara yang hanya bisa didengar oleh mereka berdua, "Nyonya Lu yang hanya nama saja, tunggu lah! Tamparanmu padaku, akan aku kembalikan padamu."
Yan Xiruo menarik sudut bibirnya dengan cuek, "Walau hanya ada namanya saja, kamu pun cuma bisa iri, kan! Lain kali jangan sampai aku melihatmu lagi, kalau tidak, aku tetap akan memberimu dua tamparan lagi."
Lili masih ingin membalas kata Yan Xiruo, namun setelah melihatnya mengangkat tangannya yang memegang pisau kecil, ia langsung melarikan diri dengan panik.
Setelah kepergian Lili, Lu Jingchen turun dari ranjang. Ia hanya mengenakan sebuah celana dalam boxer. Sebaliknya, Yan Xiruo tidak ingin memandangnya satu tatapan pun. Yan Xiruo memilih berjalan ke ruang tamu ketika Lu Jingchen memakai bajunya.
Setelah siap memakai baju, Lu Jingchen menyusul Yan Xiruo menuju ruang tamu. Saat melihat Yan Xiruo yang tidak berekspresi duduk di sofa, dengan dingin ia berkata, "Jangan bermuka jelek di depanku, Yan Xiruo. Aku memang bermain dengan perempuan lain di luar sana, tapi, apakah kamu berani bilang kalau kamu tidak menyimpan pria lain di luar sana?"
Hati Yan Xiruo menciut, apa Lu Jingchen tidak mengenal sifatnya sejak lama? Sejak kecil, ia tidak memiliki teman yang berlawanan jenis selain Lu Jingchen dan kakak laki-lakinya.
"Lu Jingchen, Aku Yan Xiruo tidak pernah berbuat sesuatu yang tidak setia terhadapmu."
Lu Jingchen mengangkat sudut bibirnya, dengan senyuman meledek berkata, "Yan Xiruo, jangan berbohong! Dalam kata setia, siapa yang di malam pernikahan kita meninggalkan noda ciuman di lehermu? Dalam kata setia, sekeliling kota An, pakaian Nete1 yang hanya ada satu ini kenapa bisa muncul di badanmu? Dengan kemampuan ekonomi yang kamu miliki, mana bisa kamu membeli baju semahal itu?"
Yan Xiruo terkejut, ia menundukkan kepalanya dan melihat ke baju yang dipakainya sekarang. Ia mengira bahwa baju ini hanyalah sebuah baju yang biasa dipakai orang pada umumnya.
"Lu Jingchen, aku tidak peduli kamu percaya atau tidak, pokoknya aku tidak pernah mengkhianatimu. Pada malam pernikahan itu, hanyalah sebuah kesalah pahaman."
Lu Jingchen memotong kata-kata Yan Xiruo, "Apakah kamu masih perawan?"
Kedua tangan Yan Xiruo saling memegang erat, rongga matanya dalam seketika diselimuti air mata, beberapa saat kemudian, dengan suaranya yang serak ia berkata, "Kamu sendiri juga sudah tidak perjaka lagi, Apa yang membuatmu mengharuskan aku untuk tetap perawan?"