Kedua tamparan itu telah menggunakan seluruh tenaga Yan Xiruo dan ia merasakan mati rasa di telapak tangannya. Sudut bibir perempuan asing itu pun sedikit sobek dan berdarah.
Selain itu, pipi perempuan itu juga sakit seakan terbakar. Telinganya juga berdengung seolah-olah akan tuli. Setelah tersadar dari situasinya, ia menangis ke pelukan Lu Jingchen.
"Chen, dia, dia memukulku…" Perempuan itu bersembunyi di pelukan Lu Jingchen, badannya gemetaran bagaikan seekor kelinci yang ketakutan.
Yan Xiruo mengerti kalau pria lebih suka dengan perempuan yang bersikap lemah lembut di hadapannya. Walaupun Yan Xiruo bukanlah perempuan yang manja, di saat ia berpacaran sama Lu Jingchen, dirinya tidak pernah berperilaku manja di hadapan Lu Jingchen. Ia bahkan tidak pernah berinisiatif memeluknya seperti ini.
Di dalam pandangan pria, mungkin ia adalah perempuan yang tidak menarik dan berperilaku monoton.
Lu Jingchen melihat wajah Yan Xiruo dengan sangat dingin. Matanya yang merah, di hatinya dengan sejenak muncul rasa kepanikan. Namun, dengan segera ia menahan perasaannya yang aneh ini.
Ia sama sekali tidak menyukai Yan Xiruo, walaupun sekarang tertangkap basah olehnya, Lu Jingchen juga tidak perlu merasa panik dan merasa bersalah.
Lu Jingchen menundukkan kepalanya dan melihat ke perempuan yang ada di pelukannya. Melihat pipi mukanya yang merah bengkak dan sudut mulutnya yang berdarah, ia mengerutkan alis matanya yang terlihat serius dan dingin sambil berkata, "Yan Xiruo, minta maaf kepada Lili!"
Mendengar kata-kata Lu Jingchen, hati Yan Xiruo bagaikan jatuh ke hamparan salju, ia merasa membeku dalam seketika.
Yan Xiruo berkata dengan bibirnya yang pucat, "Kenapa aku harus minta maaf? Lu Jingchen, kamu tahu bagaimana upaya yang aku lakukan untuk mendekor rumah ini? Seprai yang kamu tiduri, selimut yang kamu pakai, semuanya ini aku beli sendiri di mal perbelanjaan sesuai dengan seleramu! Kamu mau berfoya-foya di luar itu tidak masalah, tapi kenapa kamu membawanya pulang ke rumah? Kenapa harus berbaring di tempat tidur ini? Kamu jangan lupa, kita belum bercerai, aku masih istrimu yang sah!"
Yan Xiruo mengangkat kepalanya, tidak ingin air matanya yang rapuh mengalir keluar, "Aku hanya memukul pipinya dengan dua tamparan, dan ini sudah membuatmu kesal? Lu Jingchen, kalau kamu tidak membawanya keluar dari rumah ini sekarang, percayalah, aku akan membunuh kalian berdua!" Ia berbalik badan dan keluar menuju ruang tamu.
Dalam sesaat ia kembali dengan tangannya yang menggenggam sebuah pisau kecil.
Saat Lu Jingchen berbuat nakal di luar sana, Yan Xiruo bisa menganggapnya tidak pernah terjadi. Karena di pernikahan ini, ia sudah tidak berencana untuk bertahan lebih lama lagi. Saat Lu Jingchen sudah menjadi direktur, maka ia pun akan menceraikannya dan tidak akan melibatkan kehidupannya dengan Lu Jingchen lagi.
Namun sekarang, mereka belum bercerai dan Lu Jingchen sudah membawa perempuan liar ke rumah ini, perbuatannya ini sungguh keterlaluan..
Wanita di pelukan Lu Jingchen, melihat Yan Xiruo melambaikan pisau di udara, ia ketakutan hingga mukanya memucat putih dan berteriak.
Lu Jingchen mengerutkan alis matanya dan melihat ke Yan Xiruo. Dulu di depannya, ia selalu adalah gadis kecil dengan sikap yang lembut, penyayang dan perhatian. Tidak disangka, ternyata di dalam hatinya juga tertanam sisi yang brutal dan liar.
"Yan Xiruo, kamu jangan pernah melupakan satu hal penting, apartemen ini dibeli dengan uang keluarga Lu…"
Yan Xiruo tersenyum dingin dan memotong kata-kata Lu Jingchen, "Benar, memang apartemen ini dibeli dengan uang keluargamu, namun kamu juga jangan lupa, apartemen ini telah terdaftar atas namaku oleh kakek Lu. Walaupun aku tidak menginginkan rumah ini setelah kita bercerai, namun sekarang, tempat ini adalah milikku juga. Lu Jingchen, kamu jangan bermaksud menyentuh garis batasku lagi, kalau kamu sekali lagi membawa perempuan liar ke rumah ini, aku akan menghadap kakek dan mengatakan segalanya. Sampai saat itu terjadi, apa kamu masih bisa menjadi direktur di perusahaan keluarga Lu?"