Yan Xiruo tidak bisa membaca ekspresi dari sudut wajah Ye Juemo yang tajam ini. Tatapannya bagaikan es yang mampu membuatnya merinding. Yan Xiruo tidak berani melihat ke arahnya, ia ingin membuka pintu mobil namun di telinganya terdengar suara pintu mobil mengunci.
Yan Xiruo dengan panik berusaha membuka pintu mobil itu kuat-kuat. Namun, ia tetap tidak bisa membuka pintu itu. Seketika suasana dalam mobil ini pun menghening dan Yan Xiruo merasa ketakutan setengah mati.
"Kamu ingin berbuat apa?" Kata Yan Xiruo untuk memecah kengerian ini. Tangannya pun meraba-raba ponselnya dengan maksud untuk meminta pertolongan. Sayangnya ia ingat bahwa tasnya masih berada di dalam klub tadi.
Ye Juemo membuka sabuk pengamannya, badannya yang besar mendekatinya dan melihat ke arah Yan Xiruo.
"Pak, kamu tadi juga bilang kalau kamu tidak tertarik padaku. Aku minta tolong, lepaskanlah aku?"
Ye Juemo melihat dengan tatapan tajam ke Yan Xiruo yang tampak lemah di depannya sekarang. Matanya yang bagaikan berlian hitam menyipit seakan memancarkan suatu bahaya bagi Yan Xiruo, "Tadi aku sudah memberimu kesempatan untuk pergi, namun kamu sendiri yang dengan tegas bilang ingin aku membawamu. Sekarang kamu sudah sadar dan menyesalinya. Setelah itu, kamu ingin aku melepaskanmu?"
Ruang mobil ini memang terasa sempit dan aura Ye Juemo terasa makin menyeramkan. Hal itu membuat suasana mobil ini semakin terasa sesak. Muka Yan Xiruo yang cantik menjadi semakin merah, ia menahan kepanikan dan rasa malunya. Dengan nada yang lembut, ia berusaha bernegosiasi dengan pria ini, "Pak, tadi kamu juga bilang bahwa sebelumnya aku sedang mabuk, makanya aku bisa melakukan keputusan yang bodoh ini. Aku lihat kamu pria yang begitu tampan dan mulia, bisa mengendarai mobil sports edisi terbatas ini berarti keluarga Anda juga pasti sangat kaya. Kamu juga pasti bisa memikat banyak gadis untuk bermesraan bersamamu. Kamu sama sekali tidak perlu membuang waktumu dengan orang seperti aku, kan?" Yan Xiruo mengatakannya dengan menekankan ucapan 'orang seperti aku'. Ia bermaksud agar Ye Juemo bersedia melepaskannya sebagai pria yang terhormat.
Mendengar kata-kata Yan Xiruo, Ye Juemo meliriknya dengan dalam bagaikan pusaran air yang berbahaya, tatapannya ini mencerminkan sebuah senyum yang susah dibaca, "Aku punya kebiasaan khusus saat memperlakukan barang yang pernah kumiliki. Terutama sesuatu yang membuatku bernostalgia..."
Mendengar kata-katanya, muka Yan Xiruo yang sudah merah pekat semakin memanas. Ye Juemo telang menganggap Yan Xiruo sebagai barang, apalagi sebagai 'barang miliknya'! Pria ini sungguh menyebalkan.