Di saat Yan Xiruo bersedia menegukkan lagi araknya, Xia Wanqing mengambil gelas dari tangannya yang halus dan putih itu, "Xiruo, ayo kita menari!" Sebagian temannya, Xia Wanqing juga merupakan pemimpin grup tarian di bar ini. Kemarin ketika keluarga Yan Xiruo sedang membutuhkan uang, ia juga pernah secara rahasia menari di bar ini. Jadi, saat Xia Wanqing menariknya memasuki panggung tari, Yan Xiruo tidak menolaknya sama sekali.
Tempat ini pun menjadi hening.
Dua perempuan yang masih muda dan cantik memasuki panggung dengan postur yang lembut dan langsing.
Setiap orang pun masih diam karena memperhatikan keduanya masuk ke panggung.
Tidak jauh dari panggung menari terletak sebuah ruang VIP. Di sana diduduki satu sosok arogan tepat di tengah kursi sofa itu. Pakaian orang itu berwarna hitam, penampilannya ini bahkan membuatnya terlihat liar. Wajah yang bersembunyi di bawah lampu yang redup menggambarkan sudut mukanya yang sempurna. Sungguh sebuah bentuk wajah yang telah dipahat oleh pengrajin yang sempurna. Di suasana berkabut ini, ia dengan lamban menyipitkan matanya yang gelap dan dalam, melihat ke arah perempuan yang menari di atas panggung itu.
Yan Xiruo memiliki rambut lurus yang panjang hingga pinggangnya, ia memakai rok pendek berwarna putih yang membuatnya terlihat bersinar dan mempesona. Di bawah lampu disko yang warna-warni ini, membuatnya kesulitan untuk mengenali wajah seseorang dari bawah panggung. Namun pria itu tetap bisa dengan cepat mengenali wajah itu. Yan Xiruo adalah perempuan yang bersamanya semalaman di hotel saat itu.
"Kakak, kamu akan memilih perempuan itu?" Kata teman baiknya Ye Juemo, yang memanggilnya sebagai kakak kedua. Lelaki ini bernama Ling Zhihan. Ia menyipitkan matanya yang mempesona dan tersenyum dengan pandangan sedikit jahat
Ye Juemo tidak menjawab Ling Zhihan, ia mengangkat tangannya dan menghisap cerutu yang dijepit di jarinya yang panjang. Hal itu membuat mukanya bertambah suram.
Ling Zhihan yang sudah biasa dengan sifat Ye Juemo yang dingin, tidak peduli dengan kenyataan bahwa dirinya telah diacuhkan olehnya. Ia meminum seteguk anggur di gelasnya. Sambil memikirkan kejadian semalam, ia menertawakannya dan berkata, "Kakak, berani juga si He Cheng itu. Semalam dia mengajakmu mendiskusi tentang kontrak dan dengan beraninya menaruh obat di dalam minumanmu. Tapi aku dengar dia telah mengatur seorang perempuan di dalam kamarmu?"
Walaupun Ye Juemo bersikap dingin bagaikan Setan, selama ini perempuan yang ingin mendekatinya tidak pernah berkurang. Sayangnya ia bukanlah seorang pria yang bernafsu tinggi terhadap perempuan. Ia bisa mengontrol hawa nafsunya sendiri. Kalau bukan karena minuman itu, ia juga tidak akan melakukan hal yang tidak terkontrol itu.
"Zhihan, pagi ini kakak sudah memotong satu tangan He Cheng. He Cheng juga sudah mengaku kalau ia memang mengatur seorang perempuan untuk merayunya. Sayangnya ia sudah pulang duluan sebelum rencana merayunya dimulai karena ada urusan keluarga secara mendadak." Kata Mu Yuchen yang tersenyum lembut sambil mendorong kacamata yang ada di jembatan hidungnya.
"Masa? Kalau begitu Kakak bukannya masih terselamat dari kepolosannya..."
Kata-kata Ling Zhihan belum berakhir, namun dirinya sudah dilirik Ye Juemo dengan tatapan dinginnya itu. Ia mengangkat bahunya dan tersenyum jahat mempesona, "Kak, saya mengerti. Saat ini pasti kamu tidak merasakan kepuasan, tidak apa-apa, saya akan mengatur segalanya..."
Segerombolan itu pun diam dalam beberapa saat. Namun….
"Diam!" Ye Juemo meredupkan cerutunya yang masih setengah, badannya yang tinggi besar berdiri dari kursi sofa. Ia mengambil ponselnya dan meninggalkan kamar VIP itu.
******
Sambil menari diatas panggung dansa, seketika perut Yan Xiruo terasa mual. Ia tidak tahu sebabnya namun hal ini terasa setelah dirinya menari beberapa saat di atas panggung. Yan Xiruo pun meminta izin kepada Xia Wanqing dan pergi menuju kamar mandi.
Keluar dari toilet beberapa langkah kemudian, ia dihalangi oleh seorang pria muda yang mabuk.
Pria itu melihat Yan Xiruo dari atas sampai bawah kemudian tersenyum dalam arti yang cabul, "Hey, kamu pelayan baru di bar ini? Berapa harganya?"
Yan Xiruo mendinginkan ekspresi wajahnya. Dengan sekejap ia mengabaikan kata-kata rendah yang keluar dari mulutnya itu dan berjalan melewati pria tersebut.