"Jangan begitu dong, tidak usah pura-pura tidak mengerti" Kata pria dengan tidak tahu malu itu sambil menangkap pergelangan tangan Yan Xiruo. Bau badan pria yang busuk karena mabuk tercium olehnya karena pria itu mendekatinya. Yan Xiruo mengerutkan alis matanya dan dengan kuat menampar muka pria itu, "Anak berandalan dari mana ini. Jangan memandangku seperti itu!" Biasanya Yan Xiruo bukanlah seseorang yang akan bertindak seberani ini. Namun, kejadian yang terjadi dalam dua hari ini sungguh membuatnya berubah. Tidak lagi bisa kembali ke masa saat ia hanyalah seorang pelajar yang polos. Sekarang, ia harus berusaha menguatkan diri sendiri.
Yan Xiruo seketika teringat dengan ucapan pria yang menidurinya. ia bilang bila Yan Xiruo berpura-pura bodoh, Lu Jingchen juga bilang kalau dirinya murahan, dan sekarang pria berandalan ini juga mengatakan kalau ia berpura-pura tidak ngerti, memang semua pria itu bajingan!
Sebaliknya, pria itu marah karena tamparan yang diberikan Yan Xiruo. Seketika ia menangkap tangan Yan Xiruo, tenaga tangan yang menangkap pergelangan tangannya makin menguat. Yan Xiruo sampai merasa kesakitan bagaikan mau mematahkan tulangnya.
Pria itu menariknya keluar dari bar dengan kasar, Yan Xiruo sebagai perempuan sudah kalah tenaga dengannya yang ditarik sepanjang jalan. Ia bahkan hampir jatuh beberapa kali. Ia mencoba melawan sambil berkata, "Lepaskan aku, aku bukan pelayan di sini dan tidak menjual diri..." Namun, sebelum kata-katanya berakhir, Yan Xiruo sudah ditarik ke pelukan pria lain.
Hidungnya yang mancung menabrak dada pria lain yang lebar dan keras. Yan Xiruo mengelus hidungnya yang kesakitan dan mengangkat matanya ke wajah pria asing ini. Ia melihat ke arah pria yang menariknya ke pelukannya ini dengan kepala yang masih pusing dan berat.
Tinggi badan pria tersebut hampir mencapai 190 meter, terlalu tinggi bagi Yan Xiruo. Selain itu, lampu koridor yang ada di depan bar begitu remang. Hal ini membuat pandangannya cukup sampai melihat ke dagu dan mulutnya yang masih tertutup erat.
Ternyata itu adalah Ye Juemo. Pria muda yang mabuk ini melihat muka Ye Juemo yang dingin. Tatapan mata Ye Juemo yang tajam bagaikan seorang pemburu dan seketika membuatnya merinding. Ia sering mengunjungi berbagai macam bar, mengerti kalau pria di depan bukanlah tokoh yang bisa dihadapinya. Dengan enggan, ia hanya bisa berbalik badan dan meninggalkan tempat itu.
Setelah pria muda itu pergi, Ye Juemo menundukkan kepalanya dan melihat wanita yang masih dalam pelukannya. Matanya yang diselimuti air mata menatap balik padanya dan berkata dengan nada mengejek, "Pria tadi mengatakan akan memberimu sepuluh ribu, sedangkan kamu tidak menerimanya?"
Ye Juemo menyipitkan matanya yang dalam, sepertinya karena kebanyakan minum. Saat ini Yan Xiruo tidak mengenalnya. Dengan suaranya yang rendah dan dingin Ye Juemo bertanya kembali, "Kamu mau berapa?" dan ini membuat Ye Juemo sendiri terkejut.
Ye Juemo adalah pria yang bisa mengontrol diri sendiri, sejak kapan ia mulai berkata begitu terhadap perempuan asing?
Melihat ke perempuan yang wajahnya polos tanpa kosmetik, ekspresi mata Ye Juemo yang gelap gulita menjadi bingung. Alis mata dan lesung pipi perempuan yang dipeluknya pun nampak begitu bersih dan halus bagaikan teratai salju.
Seketika Yan Xiruo mengangkat sudut bibirnya dan mengeluarkan suara tawa yang keras. Waktu berlalu dengan suara tawanya dan dengan pelan-pelan air matanya pun keluar dari matanya.
Beberapa detik kemudian, Yan Xiruo dengan kuat mendorong pria itu. Bersamaan dengan matanya yang berlinangan air mata, ia berkata dengan nada kebencian, "Aku mengenalimu, kamu adalah pria yang sudah menghancurkan kehidupanku semalam. Aku benci kamu, benci!" Ia membalikkan badan dan berlari sekuat tenaga meninggalkan pria yang dibencinya ini.
Namun baru berlari bebarapa langkah, ia melihat sebuah bayangan yang begitu dikenalnya. Ya, orang itu adalah Lu Jingchen, ia sedang memeluk seorang perempuan asing dan berjalan menuju koridor ini. Perempuan itu tampak berbicara mesra dengannya dan tiba-tiba bibirnya dicium oleh Lu Jingchen.
Pada saat Lu Jingchen bersedia mengangkat kepalanya, Yan Xiruo berjalan balik ke Ye Juemo dan memeluk lehernya.
Setelah Lu Jingchen berjalan melewati Yan Xiruo, ia baru sadar dengan tindakannya yang begitu berani.
Dengan segera ia melepaskan tangannya dari leher pria itu dan ingin melarikan diri seperti burung unta. Namun dalam seketika, pinggangnya yang kurus dipeluk oleh tangan yang kuat itu lagi.