Lu Jingchen keluar dari kamar dengan perasaan yang masih kesal. Mendengar suara "Blak!" dari pintu yang tertutup itu, badan Yan Xiruo langsung jatuh ke bawah lantai. Kakinya lemas karena berbagai perasaan takut, khawatir dan sedih dalam dirinya.
Sambil menutupi wajah sedihnya dengan telapak tangannya, butiran air matanya mengalir keluar dari jari-jarinya. Ia mengingat betapa bahagianya dirinya di acara pernikahannya semalam, namun sekarang ia justru merasakan penderitaan yang luar biasa pedih.
Bagaikan telah berhalusinasi indah seperti mimpi semalam. Yan Xiruo merasa telah dibangunkan dari mimpi ini. Hatinya pun juga ikut terbangun.
Yan Xiruo mengingat kembali momen satu tahun yang lalu, Lu Jingchen melamarnya dengan memakai baju dan celana berwarna putih. Di tangannya juga membawa seikat bunga dan cincin berlian. Yan Xiruo masih ingat tatapan matanya yang begitu lembut dan penuh kasih sayang. Saat itu ia menyangka kalau dirinya sudah memiliki rasa kepedulian dan kesukaan terhadapnya.
Ternyata, semua ini hanyalah sebuah kebohongan.
Sambil menghapus air matanya yang melekat di wajahnya. Yan Xiruo mengambil napas yang dalam dan berkata pada diri sendiri, 'Aku tidak boleh dikalahkan oleh kenyataan yang kejam ini. Hutang keluarga kepada keluarga Lu harus bisa dibayarnya!'
Yan Xiruo pun mengambil telepon selulernya, ia menghubungi teman baiknya Xia Wanqing. " Wanqing, aku akan masuk ke kampus mulai besok. Kamu tidak lagi perlu mengambilkan cuti untukku." Rencana awalnya sebenarnya adalah Yan Xiruo akan melewati bulan madu bersama Lu Jingchen selama dua minggu. Namun sejak kejadian ini, ia sudah tidak memerlukannya lagi.
"Kembali ke kampus? Bukannya kamu berencana melewati bulan madu bersama suamimu di Hawaii?" Tanya Xia Wanqing dengan heran.
Yan Xiruo mengendus hidungnya dan berusaha membalasnya dengan menggunakan nada yang kalem, "Perusahaannya memiliki pekerjaan yang lebih penting untuk diurus. Jadi, bulan madunya ditunda dulu." Yan Xiruo mengatakannya dengan tambahan tertawaan yang palsu.
*****
Xia Wanqing dan Yan Xiruo sudah berteman dari masa sekolah SMA. Mereka berdua selalu berdampingan sebagai teman akrab. Walau Yan Xiruo sudah berusaha menyembunyikan perasaan sedihnya, tetapi teman sejati selalu peka terhadap kesusahan temannya. Xia Wanqing tetap merasakan ada yang aneh pada Yan Xiruo. Tidak bisa menentang pertanyaan yang terus menerus Xia Wanqing tanyakan, akhirnya ia membeberkan kenyataan permasalahannya dengan Lu Jingchen kepadanya.
Di bar dengan suasana gelap dan mewah ini, Yan Xiruo duduk di depan meja bar, memabukkan dirinya sendiri dengan arak.
Xia Wanqing juga tidak bermaksud menghentikan Yan Xiruo, barang siapa yang telah terjadi hal seperti ini juga tidak akan bisa menerimanya.
"Lu Jingchen sungguh keterlaluan!" Kata Xia Wanqing dengan marah, ia merasa tidak layak bagi Yan Xiruo. "Belum mengetahui kebenaran kejadiannya sudah meragukan hatimu terlebih dahulu? Dan juga pria asing itu, kamu bermaksud membiarkannya begitu saja?
Saat mengingat tatapan mata pria asing yang dingin dan gelap itu, Yan Xiruo merinding dengan seketika. Aura yang dikeluarkan oleh pria itu jauh lebih dingin daripada Lu Jingchen, bagaikan malaikat maut yang datang dari neraka.
Yan Xiruo pun meminum seteguk arak untuk menenangkan hal itu. Ia menggelengkan kepalanya dengan mata yang berlinang dengan air mata, "Aku sudah bertanya ke hotel itu hari ini, Lu Jingchen memang sudah melakukan pengembalian kamar sebelumnya..."
Xia Wanqing mengerutkan alis matanya dan berkata, "Jika Lu Jingchen sudah melakukan pengembalian kamar itu, maka bagaimana kamu bisa memasuki kamar itu?"
Pada acara pernikahan semalam, Yan Xiruo diajak minum oleh teman-teman Lu Jingchen hingga mabuk. Ia bahkan tidak bisa mengingat orang yang membawanya ke kamar presidential suite itu. "Hari ini aku meminta hotel untuk mengecek CCTV, pihak hotel mengatakan kalau CCTV di lantai tersebut kebetulan mengalami kerusakan dan sekarang ini dalam proses perbaikan."
"Mungkin ada yang ingin berbuat jahat kepadaku…" Yan Xiruo tersenyum pahit. Padahal ia sudah yakin bahwa pernikahannya dengan Lu Jingchen membuat iri banyak gadis yang mengetahuinya.
Xia Wanqing dengan marah mengepalkan tangannya, "Harus kita selidiki orang yang telah berbuat jahat kepadamu itu, sungguh keterlaluan!"
Yan Xiruo menunjukkan kata setuju dengan menganggukkan kepalanya. Ia pun membalas, "Aku akan menyelidikinya secara diam-diam. Wanqing, mengenai masalah ini kamu jangan bicarakan kepada siapapun. Aku tidak ingin keluargaku menjadi khawatir karenanya."
Xia Wanqing seketika merenung. Ia baru melihat ada perempuan yang baru berumur dua puluh tahun, namun sudah harus membawa beban yang seberat ini. Tidak bisa menahan kesedihannya, ia berkata dengan matanya yang memerah oleh air mata, "Ruoruo, kalau ada yang perlu dibantu, kamu harus bilang kepadaku."
"Terima kasih Wanqing." Latar belakang Xia Wanqing sebenarnya tidak lebih baik daripadanya. Ia memiliki seorang ibu yang rakus, dan adik-adik yang masih bersekolah. Beban yang ditanggung oleh Xia Wanqing juga tidak lebih ringan dibandingkan dengannya.