Saat mendengar pintu dibuka, Chu Xiaoxi langsung datang dan melihat Chu Yichen yang berdiri di pintu. Ia pun bercanda, "Aku sebenarnya ingin mengajakmu untuk datang dan makan mie instan. Aku tidak mengira bahwa ternyata ini menjadi sebuah keberuntungan untukmu."
Chu Yichen mengenakan setelan jas dan tampaknya baru saja kembali dari kantor. Ia berjalan masuk, melepas mantelnya, dan meletakkannya di sofa. Lalu, ia melonggarkan dasinya sambil menatap Gu Xiaoxiao. Kemeja garis-garis biru muda yang dikenakan Chu Yichen seolah dirancang khusus untuk dirinya. Pria itu selalu terlihat bagus dalam pakaian formal, apalagi seorang pria dengan postur seperti model.
Gu Xiaoxiao mundur dua langkah dan berdiri dalam diam. Lalu, ia teringat, Rumah Chu Yichen juga berada di sini. Saat terakhir kali, kami berangkat dari sini dan pergi ke Kantor Catatan Urusan Sipil untuk mendapatkan buku nikah... Sekarang buku merah kecil itu Gu Xiaoxiao letakkan di bagian bawah kotak karena ia khawatir akan ada orang lain yang menemukannya.
Mereka semua duduk di meja makan dan menatap hidangan di atas meja. Suasananya menjadi sedikit berbeda. Gu Xiaoxiao memandang mereka yang diam saja sambil berbicara dengan gugup, "Ya, aku sudah lama tidak memasak, jadi mungkin makanan ini tidak enak. Jangan terlalu berharap."
"Dia tidak keberatan karena dia memang datang ke sini hanya untuk makan gratis. Ya, kan, Kak?" kata Chu Xiaoxi sambil menatap Chu Yichen. Lalu, ia mengambil sumpit dan mengambil lauk di depannya. Begitu lauk itu masuk ke mulut Chu Xiaoxi, ekspresinya tiba-tiba berubah. "Wah! Ini enak sekali! Xiaoxiao, mengapa kamu begitu pandai memasak? Belajar dari siapa? Otodidak?"
"Belajar dari nenekku, tapi hanya belajar dasarnya saja."
"Cukup, cukup. Dasarnya saja sudah cukup! Di masa depan, aku akan terjamin untuk makan tiga kali sehari dengan enak!" kata Chu Xiaoxi dengan sangat puas. "Jika aku tahu kamu pandai memasak seperti ini, mungkin aku sudah menyeretmu keluar dari asrama lebih awal."
Chu Yichen tidak mengatakan apapun. Namun, dilihat dari reaksinya, ia cukup puas dengan masakan Gu Xiaoxiao. Chu Yichen menghabiskan makanannya, lalu melihat arlojinya. "Aku pulang dulu. Akan ada konferensi video jam 8 nanti."
"Kenapa selarut ini?" Chu Xiaoxi bertanya dengan santai.
"Perbedaan zona waktu dengan kantor cabang luar negeri," jawab Chu Yichen. Ia berdiri, mengenakan mantelnya, dan berjalan ke arah pintu. Ia berbalik untuk melihat Gu Xiaoxiao dan Chu Xiaoxi yang mengantarnya keluar, lalu berkata perlahan, "Ngomong-ngomong, aku tinggal di sebelah. Jadi, untuk makan malam selanjutnya, sisakan satu porsi untukku."
Ekspresi Gu Xiaoxiao menjadi kaku setelah Chu Yichen mengatakan itu. Ia tiba-tiba ingat saat terakhir kali Chu Yichen bertanya apakah ia pernah terpikir untuk pindah dari asrama. Entah mengapa, Gu Xiaoxiao merasa seakan ia sedang diawasi.
"Baik, Bos, jangan lupa untuk membayar makanannya," kata Chu Xiaoxi sambil perlahan melambaikan tangan pada Chu Yichen. Kemudian, ia melihat ekspresi lucu Gu Xiaoxiao dan bertanya, "Orangnya sudah pergi. Apa lagi yang kamu lihat?"
"Dia tidak tahu bahwa dari awal kita akan pindah ke sini, kan?" Gu Xiaoxiao bertanya dengan serius.
"Jelas sudah lama tahu," jawab Chu Xiaoxi. Ia tersenyum misterius dan melanjutkan, "Aku menelponnya sebelum kita pindah dan dia yang memanggil orang untuk merapikan ruangannya."
Chu Xiaoxi menarik Gu Xiaoxiao untuk duduk di sofa. Ia menggigit sudut bibirnya dan menatap Gu Xiaoxiao dari atas ke bawah dengan seksama. Kemudian, ia berkata, "Xiaoxiao, kenapa aku merasa kakakku... sedikit tertarik padamu?"
"Bagaimana mungkin?" Gu Xiaoxiao menundukkan kepalanya, "Jangan mengejekku."
"Aku serius. Siapa yang mengejekmu?" kata Chu Xiaoxi lagi. Ia teringat bahwa Gu Xiaoxiao sempat kebingungan karena sudah menjadi istri orang, lalu perasaannya menjadi sedikit tidak enak. Ia pun bertanya, "Xiao Xiao, orang yang telah mendapatkan buku nikah bersamamu masih belum muncul? Haruskah aku meminta kakakku untuk mencari tahu?"