Setelah terdiam sejenak, Chu Yichen perlahan membuka mulutnya dan akhirnya menjawab, "Karena kamu cocok." Jawaban Chu Yichen membuat Gu Xiaoxiao sedikit gelisah dan jantungnya seakan jatuh dan melesat sampai ke lantai dengan mantap. Namun, Chu Yichen segera melanjutkan, "Xiaoxiao, aku tidak akan bermain-main tentang pernikahanku. Aku harap kamu juga begitu."
Chu Yichen memegang Gu Xiaoxiao, lalu perlahan-lahan menundukkan kepalanya dan mencium bibir Gu Xiaoxiao yang berwarna merah muda dan lembut seperti ceri. Ciumannya itu seakan membawa kekuatan magis rahasia yang membuat Gu Xiaoxiao langsung tak berkutik. Ia bersandar di lengan Chu Yichen, semakin tenggelam dalam pelukan pria itu, dan terlena karena serangan lembut itu. Sampai akhirnya, Chu Yichen perlahan mengangkat kepalanya dan matanya yang berkilau bagai bintang menatap mata Gu Xiaoxiao sambil tersenyum tipis. Kemudian, barulah Gu Xiaoxiao kembali tersadar dan langsung mengalihkan wajahnya untuk menghindari tatapan Chu Yichen.
"Kamu…" Gu Xiaoxiao menunduk dan bertanya dengan gelisah, "Apakah keluargamu akan menyukaiku?"
"Tentu saja." Chu Yichen melepaskan Gu Xiaoxiao, lalu mencubit pipinya. "Xiaoxi tidak usah ditanya, dan orang tuaku…"
Chu Yichen hanya bisa tersenyum tak berdaya saat memikirkan orang tuanya. Mereka menemukan Chu Xiaoxi beberapa waktu lalu dan memberinya tugas 'sulit', yakni mencarikan pacar yang bisa diandalkan untuk Chu Yichen. Menurut Chu Xiaoxi, kondisi yang mereka usulkan hanya untuk wanita. Sepertinya mereka begitu karena Chu Yichen sudah tidak dekat dengan seorang wanita selama bertahun-tahun hingga membuat mereka mulai panik.
"...Mereka juga akan menyukaimu." Setelah memberikan jawaban yang meyakinkan untuk Gu Xiaoxiao, Chu Yichen melangkah maju dan bertanya. "Bukankah masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan?"
Perkataan Chu Yichen membuat Gu Xiaoxiao teringat akan pekerjaannya yang belum selesai dan wajah bosnya yang botak muncul di benaknya. Ia langsung menghela napas, lalu cepat-cepat mengikuti langkah Chu Yichen yang masuk ke ruang kerja. Lalu, mereka mulai sibuk dengan urusan masing-masing. Gu Xiaoxiao menundukkan kepalanya dan hanya sesekali mengubah posisi untuk meregangkan otot. Ia bahkan tidak menyadari betapa dirinya bersikap santai di depan Chu Yichen. Tanpa terasa, jam demi jam berlalu dengan cepat. Ketika Gu Xiaoxiao menyelesaikan pekerjaannya, jam sudah menunjukkan pukul 12:30.
Setelah Chu Yichen mengirim e-mail terakhir, ia menggendong Gu Xiaoxiao dan membawanya kembali ke kamar tidur. Gu Xiaoxiao beberapa kali berontak, tapi Chu Yichen memperingatkan dengan suara serak, "Kamu baru saja menuangkan minyak ke dalam api."
Begitu Gu Xiaoxiao mendengar apa yang dikatakan Chu Yichen, ia menjadi ketakutan dan tidak berani bergerak. Ternyata, tidurnya lebih nyaman dari yang ia duga.
———
Di pagi hari, jam biologis dalam tubuh Gu Xiaoxiao memanggilnya untuk bangun tepat waktu. Saat membuka matanya, ia menatap pria yang berbaring di sebelahnya dan jantungnya berdetak lebih kencang. Namun, kemudian detak jantungnya perlahan-lahan menjadi tenang. Ia menatap alis Chu Yichen dengan serius dan tangannya tanpa sadar menyentuh wajah Chu Yichen. Jari telunjuknya bergerak turun dari alisnya, batang hidungnya yang tinggi, dan akhirnya mencapai sudut bibirnya yang tipis dan dingin. Aku... sudah menikah. Gu Xiaoxiao menghela napas panjang, seakan ingin memuntahkan segala rasa sakit dan semua hal buruk di masa lalu.
Saat Gu Xiaoxiao masih tenggelam dalam suasana hatinya, Chu Yichen tiba-tiba menangkap jari-jarinya. Kemudian, suara Chu Yichen yang pelan dan rendah terdengar di telinganya, "Aku tahu aku tampan, Xiaoxiao. Tapi, jika kamu terus menatapku seperti ini, aku tidak tahan lagi."
Gu Xiaoxiao terkejut dan mendapati bahwa Chu Yichen ternyata telah terbangun. Ia menggigit bibir bawahnya, lalu menarik tangannya dan bertanya, "Tentang pernikahan kita… Apa boleh kalau aku sendiri yang mencari kesempatan untuk memberitahu Xiaoxi?"
"Baiklah," Chu Yichen langsung setuju tanpa ragu, "Selama itu bukan perceraian, kamu bebas membicarakannya."