Rambut Gu Xiaoxiao berantakan dan wajahnya pucat. Pipinya terlihat bengkak karena tamparan Jin Jing dan ada darah di sudut mulutnya karena ia tadi menggigit bibirnya sendiri. Kerahnya sedikit terbuka hingga menampakkan tanda ciuman yang jelas di kulitnya yang terekspos. Chu Yichen melihat semua ini, lalu kemarahan muncul di matanya yang dingin.
"Xiaoxiao, ini aku. Jangan takut," kata Chu Yichen sambil memeluk Gu Xiaoxiao dengan lembut. Namun, Gu Xiaoxiao merasa bahwa tidak ada pelukan akan memberinya ketenangan pikiran.
Melihat kecemasan Chu Yichen, Xu Ming memandang orang-orang lain di sekitarnya. Mereka berempat tumbuh bersama dan tidak ada orang lain yang lebih tahu seperti apa Chu Yichen daripada mereka. Selama lebih dari 20 tahun mengenal Chu Yichen, mereka belum pernah melihatnya begitu khawatir tentang wanita lain selain Chu Xiaoxi. Wanita bernama Gu Xiaoxiao ini jelas memiliki tempat yang penting di dalam hati Chu Yichen.
Gu Xiaoxiao membuka matanya dan mendengarkan suara Chu Yichen. Setelah melihat wajahnya yang dikenal dan tak asing, ia terdiam untuk waktu yang lama sebelum air matanya akhirnya langsung jatuh. Ia menarik pakaian Chu Yichen dan tidak mau melepaskannya. Sambil menangis, ia berbisik pada Chu Yichen, "Pulang. Bawa aku pulang."
Suara Gu Xiaoxiao sangat kecil dan pelan sampai Chu Yichen harus mendekatkan telinganya untuk mendengar dengan jelas. Namun, nada bicaranya begitu tegas hingga membuat hati Chu Yichen tiba-tiba terasa sakit.
"Baik. Ayo kita pulang," jawab Chu Yichen. Ia melepas mantelnya dan menutupi tubuh Gu Xiaoxiao. Lalu, ia melemparkan kunci mobilnya ke arah Xu Ming dan menggendong Gu Xiaoxiao ke luar. Setelah melewati Fu Ziheng, ia memanggil nama mereka dengan dingin, "Ziheng, Han Yi."
"Tenang, serahkan saja kepada kami," Han Yi mengangguk dan melirik wanita mungil di lengan Chu Yichen, "Pergilah ke rumah sakit dulu. Kita bicarakan ini nanti."
Chu Yichen tidak mengatakan apa-apa dan terus melangkah keluar sambil menggendong Gu Xiaoxiao. Xu Ming segera mengikuti dan buru-buru berjalan keluar dari pintu klub untuk menuju Bentley biru.
Setelah Chu Yichen pergi, Fu Ziheng dan Han Yi menatap Shi Zijian sambil tersenyum. Kedua orang ini tidak mengenal Shi Zijian, tapi ia mengenal mereka dengan baik dan termasuk juga Xu Ming. Bisa dibilang, hanya sedikit orang yang tidak mengenali mereka berempat di kota B.
Kota B adalah kota kosmopolitan bertaraf internasional yang menjadi tempat para pengusaha kaya dan berkuasa berkumpul. Di sini, tidak ada yang berani sembarangan mengatakan bahwa ia memiliki lebih banyak uang dan tidak ada yang berani membicarakan tentang almamater resminya. Namun, kedua orang yang berdiri di depan Shi Zijian dapat memutar balik nasib kota B hanya dengan satu kalimat. Mereka seperti pangeran. Shi Zijian tidak pernah berharap untuk bertemu mereka, bahkan dalam situasi yang buruk sekalipun.
"Kamu berani menyentuh wanita Tuan Muda Chu? Nyalimu besar juga," Fu Ziheng tersenyum pada Shi Zijian.
Kaki Shi Zijian gemetar ketakutan hanya dengan mendengar satu kalimat itu sampai membuatnya berdiri dengan goyah. Di dunia yang besar ini, tidak banyak orang memiliki marga Chu. Hanya ada satu orang yang mungkin mereka sebut sebagai Tuan Muda Chu. Siapa lagi kalau Chu Yichen, direktur eksekutif termuda di kota B sekaligus Presiden Grup Feng Yang. Keberadaannya misterius dan ia jarang muncul di depan umum sehingga hanya sedikit orang yang tahu penampilannya. Namun, rumor tentangnya tidak pernah berhenti beredar.
Kekayaan Chu Yichen ditaksir bernilai ratusan juta dan ia dikenal sebagai raja berlian di hati banyak orang. Chu Yichen menjadi direktur grup di usia 13 tahun dan mulai memasuki pasar saham di usia 17 tahun. Ia diterima di Universitas Cambridge dan MIT sekaligus, namun akhirnya memilih MIT. Selama kuliah, ia memanfaatkan waktu libur untuk magang di perbankan. Ia melewati langkah demi langkah hingga sampai di tempat yang ia duduki hari ini. Tidak ada yang berani mempertanyakan kekuatannya. Selain itu, rumor mengatakan bahwa latar belakang Chu Yichen bukan hanya sebatas itu. Iia memiliki hubungan dekat dengan Fu Ziheng dan Han Yi, jalinan persahabatan itu tidak akan pernah dapat dicapai hanya dengan uang saja.