Gu Xiaoxiao perlahan membuka matanya dan mengikuti Chu Xiaoxi kembali ke kamarnya. Ketika ia bangun keesokan paginya, Chu Xiaoxi telah pergi. Setelah Gu Xiaoxiao cepat-cepat melahap sesuatu, ia berlari dengan terburu-buru meninggalkan apartemen.
Begitu Gu Xiaoxiao tiba di kantor, ia menyibukkan diri dengan banyak pekerjaan. Karena bahasa Inggrisnya lebih baik di antara anak magang yang lain, banyak dokumen terjemahan yang diberikan kepadanya. Setelah jam kerja berakhir, isi kepala Gu Xiaoxiao masih penuh dengan kalimat-kalimat bahasa Inggris.
"Bagaimana ini…" Gu Xiaoxiao bergumam pada dirinya sendiri. Baru sepertiga dari pekerjaannya yang selesai, tapi bos botak itu mengatakan bahwa ia harus menyelesaikan semuanya sebelum besok. Tidak mungkin, batinnya sambil menggertakkan gigi. Ia pun segera memasukkan dokumen-dokumen ke tasnya dan cepat-cepat pulang.
Begitu Gu Xiaoxiao membuka pintu, tanpa diduga apartemen mereka masih kosong. Ia melihat sekeliling dan tampaknya Chu Xiaoxi masih belum pulang. Ketika ia menelepon Chu Xiaoxi, ponsel temannya itu tidak aktif. Kemudian, Gu Xiaoxiao pun memutuskan untuk memasak makan malam terlebih dahulu.
Gu Xiaoxiao masih sibuk di dapur ketika Chu Yichen datang. Chu Yichen diam-diam melirik Gu Xiaoxiao yang sedang sibuk menyiapkan makan malam. Saat Chu Yichen duduk di ruang tamu, ia melihat dokumen dengan loho Feng Yang di sofa, lalu ia mengambilnya dan membukanya.
"Heh! Kamu tidak boleh melihatnya!" Gu Xiaoxiao tidak sengaja melihat gerakan Chu Yichen dan sontak langsung berlari untuk menyambar dokumen itu dari tangan Chu Yichen. Ia beraksi dengan begitu cepat hingga membuat Chu Yichen terpana. "Ini adalah informasi perusahaan kami yang tidak dapat ditunjukkan kepada orang luar," kata Gu Xiaoxiao dengan wajah serius.
Chu Yichen memandang Gu Xiaoxiao sambil mengangkat alisnya, lalu tersenyum dan berkata, ""Oke, aku tidak akan melihatnya."
Senyum ringan Chu Yichen membuat Gu Xiaoxiao tiba-tiba menyadari bahwa tingkahnya agak memalukan. Ia menundukkan kepalanya, kembali ke dapur, dan diam-diam membawa makanan ke meja makan. Kemudian, ia pergi untuk menelpon Chu Xiaoxi.
Chu Yichen melangkah ke meja dan duduk. Lalu, ia melirik pesan yang baru saja Chu Xiaoxi kirim di ponselnya. "Xiaoxi sedang pergi untuk urusan bisnis dan tidak akan kembali dalam tiga hari," kata Chu Yichen pada Gu Xiaoxiao, "Bahasa Inggrismu bagus. Jika kamu punya waktu, bantu aku menerjemahkan sesuatu."
"Baiklah. Panggil saja aku kapan saja kamu perlu bantuan," jawab Gu Xiaoxiao.
Gu Xiaoxiao masih belum terbiasa berdua saja dengan Chu Yichen sehingga suasana apartemen mendadak menjadi sunyi. Setelah menyelesaikan makanannya secepat mungkin, ia berlari kembali ke ruang tamu untuk bekerja. Gu Xiaoxiao tidak terlalu akrab dengan istilah teknis dalam dokumen perusahaan yang harus ia terjemahkan sehingga ia pun merasa kesulitan. Ia mencoba memikirkan artinya hingga tanpa sadar ia mengepalkan tangan kirinya dan mengetuk kepalanya dengan pelan. Gestur kecil ini merupakan kebiasaan Gu Xiaoxiao yang sering muncul begitu saja.
Chu Yichen menatap Gu Xiaoxiao dengan serius, lalu berjalan menghampirinya. Lalu, ia membungkuk dan berbisik, "Bagian mana yang tidak kamu mengerti?"
Gu Xiaoxiao menunjuk sebuah kata dan menatap Chu Yichen, "Ini."
Jari-jari ramping Chu Yichen mengambil pena di tangan Gu Xiaoxiao. Ia menulis beberapa kata dengan santai, kemudian tersenyum ringan. "Aku punya beberapa dokumen di tanganku. Tolong terjemahkan untukku. Aku sedang terburu-buru," kata Chu Yichen, "Karena ini adalah proyek dengan perusahaanmu, tidak masalah jika kamu membacanya. Dokumen itu akan dipakai Senin depan. Aku akan terbang ke Shanghai besok dan tidak akan kembali hingga lusa nanti, jadi…"
"Baiklah, baiklah. Serahkan padaku," jawab Gu Xiaoxiao dengan santai. Namun, ketika ia melihat betapa tebalnya dokumen yang Chu Yichen bawa, ekspresinya seketika berubah. "Ini… Kapan kamu mendapatkannya?"
"Seminggu yang lalu. Aku sudah menerjemahkan sebagian besar darinya dan aku akan menyerahkan sisanya padamu."
"Seminggu?!" Gu Xiaoxiao menghela napas, "Bos kita sangat tidak manusiawi!"