"Zichen, Bibi cantik ini adalah ibumu." Pei Xiuyuan memperkenalkan Lu Man pada anaknya.
"Lu Man, dia adalah anakku, Pei Zichen." Pei Xiuyuan lanjut memperkenalkan.
Lu Man tidak mengatakan apa-apa.
Dia benar-benar tidak tahu harus berkata apa. Dia mencoba tersenyum, tapi fakta bahwa Pei Xiuyuan memiliki seorang putra masih belum bisa ia terima.
Setelah saling memperkenalkan mereka, Pei Xiuyuan mengerti bahwa ini terlalu mendadak bagi mereka. Yang satu tiba-tiba memiliki seorang ibu, dan yang satunya tiba-tiba memiliki seorang putra.
"Ayo kita makan." Pei Xiuyuan yakin bahwa Lu Man sedang tidak ingin memasak.
Saat Lu Man akan berbicara...
"Aku tidak mau makan bersamanya. Aku tidak suka dia! Aku tidak ingin dia menjadi ibuku!" kata Pei Zichen. Bibinya berkata bahwa ibu tirinya adalah wanita yang sangat jahat. Bibinya juga mengatakan jika mereka memiliki anak, cepat atau lambat, mereka akan menyuruhnya pergi jauh!
Dia tidak suka perasaan itu! Dia tidak suka!
Sebelum pergi ke sini, Pei Zichen diam-diam mendengar obrolan nenek buyutnya lewat telepon dan mendapati bahwa ayahnya sudah menikah. Dia sangat cemas. Bahkan jika ayahnya tidak dapat menemukan ibu kandungnya, dia juga tidak ingin ayahnya mencari ibu baru secara sembarangan!
Penolakan Pei Zichen membuat Lu Man merasa sedikit tidak nyaman.
Tapi dia bisa memahaminya. Lagi pula, anak kecil memang tidak bisa langsung menerima ibu tiri. Bagi mereka, ibu tiri sangat kejam.
Dalam hal ini, anak kecil tidak bisa disalahkan, tapi yang salah adalah ayahnya!
Lu Man menatap Pei Xiuyuan, 'Bagaimana caranya dia menjadi seorang ayah?'
Melihat mereka berdua mengabaikannya, Pei Zichen menjadi semakin marah. Ia memegang leher ayahnya, "Ayah, aku tidak mau, aku tidak mau!"
"Pei Zichen." Pei Xiuyuan melirik anaknya.
"Ayah..." Pei Zichen sangat sedih.
"Ayah tahu, sulit bagimu untuk menerima ibu baru, tapi ini adalah kenyataan dan kau harus menerimanya." Pei Xiuyuan memintanya untuk menerima kenyataan.
"Ayah, apakah Ayah tidak mencintai Zichen dan tidak menginginkan Zichen lagi?" Pei Zichen meneteskan air mata.
"Ayah mencintaimu, jadi Ayah memberimu seorang ibu! Bukankah kau selalu menginginkan seorang ibu?" Sebelumnya, Pei Xiuyuan merancang kencan buta karena anaknya. Dia berpikir bahwa anaknya menginginkan dan membutuhkan seorang ibu, jadi dia berniat untuk menikah.
Meskipun menikahi Lu Man adalah sebuah kebetulan, tapi dia memang sudah berencana untuk menikah dengan seseorang. Sebelum Nenek dan Pei Zichen pergi, dia pernah mengatakan hal ini. Seharusnya mereka tidak menunjukkan reaksi yang berlebihan setelah mengetahui bahwa dia sudah mempunyai seorang istri.
"Tapi aku tidak mau ibu ini!" Pei Zichen berbicara sambil menangis .
"Kenapa kau tidak mau ibu ini?"
"Dia tidak baik. Dia adalah wanita jahat!" Pei Zichen berkata dengan marah.
Pei Xiuyuan mengerutkan keningnya. "Siapa bilang ibu ini wanita jahat? Bagaimana kau tahu kalau dia jahat? Kalian kan baru bertemu?"
"Ini..." Pei Zichen terdiam. Dia hampir mengatakan bahwa bibinya yang mengatakannya.
"Siapa?"
"Kemarin, dia sengaja mendekatiku di restoran dan memuji-mujiku. Sejak pertama kali melihatnya, kurasa bibi ini memiliki niat buruk!" Pei Zichen tiba-tiba berpikir bahwa Lu Man sengaja menemuinya kemarin.
Pei Xiuyuan menahan tawanya. "Sebelum ini, Ibu tidak tahu kalau Ayah mempunyai seorang anak. Bagaimana mungkin dia bisa sengaja mendekatimu?"
"Memangnya Ayah tidak tahu bahwa wanita pandai berpura-pura? Mungkin dia sudah tahu segalanya sebelum dia menikahi Ayah dan berpura-pura tidak tahu!" Pei Zichen memelototi Lu Man. Di matanya, Lu Man adalah wanita yang jahat.
Pei Xiuyuan dan Lu Man terdiam.
"Ayah, ada begitu banyak bibi yang baik di dunia ini. Ayah cari ibu yang baru, ya?" kata Pei Zichen.
Pei Xiuyuan berkata dengan pelan, "Dia adalah ibumu. Kami sudah menikah."
"Aku tidak mau!" Pei Zichen berkata dengan manja.
"Zichen, nanti kau akan tahu bahwa ibumu ini adalah ibu yang baik." Pei Xiuyuan tidak memaksanya untuk menerima Lu Man. Seiring berjalannya waktu, anaknya akan menyukai Lu Man.
"Aku tidak..." Pei Zichen terdiam ketika melihat mata ayahnya.
Pei Xiuyuan jarang menemani anaknya.
Pei Zichen sangat merindukan ayahnya, tapi ayahnya selalu sibuk dan tidak punya banyak waktu untuk bermain bersamanya, jadi dia sangat takut membuat ayahnya marah dan mengacuhkannya.
"Anakku yang baik, cobalah hidup rukun dengan ibumu. Nanti kamu akan tahu bahwa ibumu adalah ibu yang baik. Bukankah kau selalu menginginkan seorang ibu?" Pei Xiuyuan melirihkan suaranya.
"Aku hanya menginginkan ibu kandungku..." Pei Zichen mengeluh.
Pei Xiuyuan terdiam.
Lu Man memandang Pei Xiuyuan, 'Siapa ibu kandungnya? Mengapa dia memisahkan mereka? Mungkinkah ibu kandungnya adalah wanita yang dulu dia cintai?'
Tujuh tahun yang lalu...
Sama dengan usia Pei Zichen.
Tak lama kemudian, Pei Xiuyuan berkata, "Sudah lapar, kan? Ayo, makan dulu."
Pei Zichen adalah anak yang pintar. Dia tahu bahwa dia tidak bisa memisahkan ayahnya dari wanita ini dengan kekuatannya sendiri. Jika dia terus merengek, ayahnya pasti akan marah.