Setelah beberapa hari sejak kejadian itu, Putra Mahkota secara rutin terus datang ke kediamannya secara tidak terduga tanpa diundang. Dan jika bukan karena desakan dari ibunya Cattarina yang terus memintanya untuk menemui Putra Mahkota, Cattarina tidak akan pernah mau menemui pria itu lagi setelah kejadian di taman hari itu.
Ya, untuk saat ini Monna memang sudah lebih banyak berhasil mengusai dirinya dengan baik saat ia berada di hadapan Yang Mulia Putra Mahkota. Tapi perasaan tidak senang setiap kali ia melihat Belhart, tetap terus saja menyelimuti pikirannya.
"Apa Yang Mulia harus terus datang berkunjung kemari setiap hari?" tanya Monna dengan tidak berdaya ketika ia mendapati, ini sudah kelima kalinya Putra Mahkota datang berkunjung ke rumahnya tanpa pemberitahuan apapun terlebih dahulu.
Apa Putra Mahkota mulai menganggap remeh dirinya saat ini?
Tidak peduli dengan apa yang nantinya akan dipikirkan oleh Putra Mahkota tentang dirinya, Monna memilih untuk mengungkapkan apa yang dirasakannya saat ini. Yaitu, perasaan terganggu!
"Bukankah ini salahmu?" seru Belhart.
Monna spontan menjawab, "Apa?"
"Ini salahmu karena mendadak membatalkan pernikahan. Jika bukan karena perkataanmu waktu itu, ayahku tidak akan mungkin secara mendadak memintaku untuk terus datang kemari menemuimu," jelas Belhart yang spontan membuat Monna terkejut.
Jadi ini semua adalah salahnya?
Monna menelan kembali ludahnya sendiri. Dengan ramah ia berkata lagi.
"Bukankah Yang Mulia Putra Mahkota bisa beralasan bahwa Anda sangatlah sibuk, dan tidak perlu mengikutinya?" ujar Monna memberikan solusi.
Monna tahu, tanpa perlu ditanya, Putra Mahkota pasti sudah sangat sibuk semenjak kepulangannya ke istana. Dan jika begitu, bukankah seharusnya ia sudah tidak memiliki banyak waktu untuk sekedar bermain-main dengan berkunjung ke kediaman orang lain, yaitu mantan tunangannya sendiri?
Ya, walaupun belum secara resmi pengumuman itu diumumkan karena Yang Mulia Kaisar Dominic masih meminta perpanjangan waktu selama satu bulan padanya. Tapi tetap saja, hasilnya sudah bisa terlihat.
"Kau tahu sendiri ayahku. Apa menurutmu, aku bisa melawannya?" Ucapan Putra Mahkota yang datar dan tanpa ekspresi, membuat Monna hanya bisa mengerti.
Ya. Hal ini terkait dengan karakter kuat tokoh utama pria yang selalu mendengarkan apapun yang dikatakan oleh ayahnya seumur hidup, termasuk soal calon istrinya. Dan semua itu hanya akan berubah setelah Putra Mahkota bertemu dengan Alliesia nantinya.
Kita lihat, apakah nantinya Yang Mulia Putra Mahkota masih bisa berkata seperti ini setelah ia bertemu dengan Alliesia?!
Karena berdasarkan apa yang tertulis, Belhart akan sangat buta terhadap cintanya pada Alliesia. Dan berusaha dengan keras membuat wanita itu selalu akan berada di sisinya sekalipun ia harus menentang keinginan ayahnya sendiri.
Monna menghelakan napasnya.
"Tapi bagaimanapun juga, bukankah Anda seharusnya sudah mengatakan pada Yang Mulia Kaisar bahwa saya menolak untuk bertemu dengan Anda?" ungkap Monna tanpa semangat.
"Tapi aku sudah berhasil menemuimu, hari ini," balas Belhart.
"Ya... itu karena Anda terus datang dan ibu memaksaku untuk menemui Anda. Jika bukan karena itu.."
Monna segera menghentikan ucapannya yang tidak ia sadari itu. Mata Belhart berkilat.
"Sebegitu tidak inginnyakah kau menemuiku?" tanya Belhart.
Monna spontan mengangguk. Kemudian menggeleng untuk meralatnya lagi.
Monna memang ingin memutuskan hubungannya dengan Putra Mahkota, segera. Tapi itu bukan berarti Monna ingin hubungan itu berakhir dalam keadaan yang tidak baik-baik saja. Karena itu sama saja ia mencari bahaya seperti alur cerita, tapi dengan cara yang berbeda.
Dengan tanpa mengurangi sedikit pun keraguannya, Monna segera bangun berdiri untuk mengakhiri pembicaraan mereka.
"Bukankah Anda sudah selesai berkunjung, Yang Mulia Putra Mahkota?" tanya Monna tetap berusaha sopan.
"Kalau begitu silakan Anda melanjutkan kembali tugas Anda. Saya rasa tidak baik jika saya harus menyita banyak waktu Anda yang berharga," seru Monna sambil pamit pergi setelah meminta seseorang untuk mengantar Putra Mahkota keluar.
***
Sejak hari itu, Monna berpikir hari-harinya akan kembali damai seperti sedia kala. Tapi siapa yang menyangka, Putra Mahkota tetap kembali menemuinya lagi untuk hari-hari selanjutnya.
Jika bukan di pagi hari, atau di siang hari, Putra Mahkota datang menemuinya. Di sore atau bahkan malam hari, Putra Mahkota akan menyempatkan waktunya untuk berkunjung di sela-sela waktunya yang padat.
Melihat itu, Monna hanya bisa mengerutkan kening tidak mengerti. Jika ini untuk memenuhi keinginan dari Kaisar Dominic, bukankah ini sudah sangat berlebihan?
Putra mahkota tidak hanya sekedar berkunjung ke kediamannya, tapi beliau bahkan menyempatkan waktu satu atau dua jamnya untuk sekedar menemani Cattarina melakukan kegiatan sehari-harinya tanpa mengeluh dan berkomentar banyak.
Jika Cattarina hanya sedang membaca, Putra Mahkota akan menyempatkan dirinya untuk ikut menemaninya membaca dan duduk dengan tenang.
Jika ia harus berjalan-jalan sore dan bercengkerama sebentar dengan para dayangnya untuk sekedar mengisi kekosongannya, Putra Mahkota akan ikut nimbrung dengannya di pojok tempat.
Tidak peduli Cattarina akan melakukan apa dan mau melakukan apa saat Putra Mahkota datang, Belhart dengan tenangnya terus mengikuti kegiatan Cattarina sehari-harinya tanpa adanya niatan untuk menyerah.
Walau mereka terkadang sedikit saling bercengkerama di waktu-waktu tertentu, tapi jika melihat progresnya yang seperti ini Cattarina mau tidak mau merasa tidak nyaman.
Bagaimana tidak?! Putra Mahkota yang seharusnya membantu ayahnya mengurus negara, justru malah terlihat sedang bermain-main dengannya di kediamannya. Tidakkah itu akan memunculkan pikiran negatif dari rakyatnya tentang Putra Mahkota dan calon istrinya, Cattarina?!
Bagaimanapun juga mereka belum mengumumkan soal pembatalan pertunangan yang telah mereka diskusikan sebelum ini pada khalayak ramai.
***