"Apa? Apa yang baru saja kau katakan?" Kaisar Dominic menatap Cattarina tidak percaya.
Pertanyaannya itu jelas mewakili semua orang yang juga mendengarnya. Tak satu pun dari mereka, percaya dengan apa yang dikatakan Cattarina barusan. Dan hal itu membuat Cattarina terpaksa mengulangnya kembali.
"Saya, Cattarina Bourston, menolak perjodohan saya ini dengan sangat yakin dan sadar. Saya harap semuanya kiranya bisa mengerti keputusan saya kali ini," ungkap Monna sekali lagi membuat semua orang tercengang dan tidak habis pikir.
"Catty, apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa kau mendadak ingin membatalkan pertunangan? Bukankah selama ini kau sangat ingin menikah dengan Yang Mulia Putra Mahkota?" Tn. Shcoutz bertanya dengan bingung.
Selama ini, ia dan istrinya tahu bahwa putrinya Cattarina, sangat mencintai dan memuja Putra Mahkota Belhart melebihi apapun. Bahkan sebelumnya Cattarina sudah pernah menyetujui pernikahannya ini dengan Putra Mahkota begitu ia kembali.
Lantas apa yang baru saja terjadi? Catty membatalkan perjodohan ini dengan sangat yakin dan sadar sepenuhnya??
"Catty, jangan bercanda di situasi seperti ini!? Bukankah kau sudah pernah setuju sebelumnya? Kenapa mendadak itu bisa berubah?" Ny. Shcoutz Ikut-ikutan menyangsikannya.
Dan itu wajar karena selama ini semua orang tahu bagaimana perasaan Cattarina pada Putra Mahkota.
"Tidak, Ibu. Aku tidak sedang bergurau. Aku serius dengan ucapanku. Aku benar-benar tidak ingin menikah dengan Yang Mulia Putra Mahkota lagi. Aku berubah pikiran," ucap Monna sekali lagi dengan sangat-sangat serius.
Itu membuat Putra Mahkota yang sejak tadi hanya bersikap tenang, mulai sedikit menautkan kedua alisnya, merasa ada yang tidak wajar.
"Katakan padaku apa alasannya? Jika alasan itu tidak logis. Aku rasa, aku tidak bisa menyetujuinya," Kaisar Dominic menatap Cattarina dengan lekat. Mungkin saat ini ia seharusnya marah pada Cattarina karena gadis itu baru saja mencoreng nama keluarga kaisar karena penolakannya. Tapi melihat keseriusan putri Shcoutz yang tidak seperti biasanya, Kaisar Dominic mulai ingin mencari tahu.
"Saya merasa tidak pantas untuknya," ujar Monna sekenanya.
"Apa?" Kaisar Dominic terkejut.
"Yang Mulia, seperti yang kita semua sudah tahu, Yang Mulia Putra Mahkota adalah pria yang sangat hebat dan juga sempurna. Saya hanya merasa tidak sebanding dengannya. Saya yakin di luar sana, ada banyak wanita atau mungkin putri bangsawan yang lebih unggul dan cocok dengan Yang Mulia Putra Mahkota, dibandingkan dengan saya. Mohon untuk Anda lebih mempertimbangkannya kembali," perkataan Monna kali ini, membuat Ayahnya, Tn. Shcoutz, merasa tidak senang.
Ia menatap putrinya dengan marah, "Catty, wanita dan putri bangsawan mana yang lebih unggul darimu? Bukankah selama ini kau yang selalu paling baik diantara semuanya? Kau adalah yang terbaik diantara yang paling baik. Jadi bagaimana mungkin kau bisa mengatakan bahwa kau tidak bisa dibandingkan dengan Putra Mahkota untuk menjadi Putri Mahkota?"
Monna menahan kekesalannya karena ucapan ayahnya yang terlalu berlebihan. Apa dia sungguh tidak tahu mengapa Cattarina menjadi sangat tidak unggul dalam menyandingi kemampuan Putra Mahkota yang luar biasa?
Kepribadiannya!! Jelas-jelas itu karena kepribadiannya! Jika bukan karena ayah yang terlalu memanjakannya, Cattarina tidak mungkin tumbuh menjadi wanita yang minus akan moral!
"Ayah, karena aku putrimu maka kau bisa berkata seperti itu! Sebenarnya, aku masih memiliki banyak kekurangan yang tidak kau sadari. Karena itu, demi Negara dan juga Yang Mulia Putra Mahkota sendiri, kita harus lebih mempertimbangkan kembali keputusan ini," ungkap Monna tidak mau kalah juga.
Semua orang terdiam sejenak. Hanya Ny. Shcoutz yang menatap Cattarina dengan khawatir. Ini jelaa adalah pertimbangan yang sangat mengguncang banyak pihak.
"Catty, apa kau yakin dengan keputusanmu ini?" tanya Ny. Shcoutz.
"Ya, Ibu. Aku yakin dan sangat yakin. Keputusanku tidak akan aku rubah dan aku sesali dikemudian hari. Aku jamin," balas Monna memberi keyakinan.
Kini gilirannya mendengar pendapat dari Yang Mulia Kaisar.
"Yang Mulia, Anda setuju bukan?" tanya Monna dengan harap-harap cemas.
Kaisar Dominic memikirkannya sejenak, lalu kembali berkata.
"Tapi alasanmu ini belum bisa aku terima. Kau hanya mengatakannya dari sudut pandangmu saja, tanpa mendengar dari sudut pandangku. Sesuai dengan perkataan ayahmu, sudut pandangku juga sama dengannya. Aku melihat, kau adalah calon kandidat terbaik untuk putraku."
Ya, ampun! Apanya yang terbaik? Itu justru menjadi yang terburuk untukku!, batin Monna.
"Yang Mulia, seperti yang sudah saya katakan, bukankah kita harus lebih memikirkan negara dan juga Yang Mulia Putra Mahkota sendiri? Saya yakin ini adalah keputusan yang terbaik!" bujuk Monna kembali. Ia benar-benar cemas saat ini.
"Catty.. apa yang sebenarnya terjadi padamu? Kenapa kau mendadak menjadi seperti ini? Bukankah pernikahan ini adalah yang paling kau inginkan? Kita sudah membahas masalah ini sebelumnya. Dan kau bersedia untuk menikah dengan Yang Mulia Putra Mahkota, begitu ia pulang dari misinya di kota Morhg. Lantas apa ini?" Ny. Shcoutz yang entah sejak kapan mulai tidak mengerti dengan jalan pikiran putrinya, merasa cemas.
Monna membalas tatapan ibunya dengan tidak tega.
"Ibu, jangan menatapku dengan cemas seperti itu. Aku baik-baik saja. Aku hanya... aku hanya merasa pintu hatiku dan juga pikiranku baru saja terbuka. Aku..." Monna menatap semua orang dengan ragu untuk sesaat, "Aku sudah tidak memiliki perasaan apapun pada Yang Mulia Putra Mahkota. Aku.. sudah tidak mencintainya lagi,"
Ucapan Monna kali ini menggegerkan semua orang. Seperti yang sudah ia duga, Kaisar menatapnya dengan kaget. Ayahnya menatapnya dengan tidak percaya. Dan ibunya menatapnya dengan sedih. Sementara Putra Mahkota, entahlah..
Semenjak Monna menginjakkan kakinya di istana dan bertemu dengan Yang Mulia Putra Mahkota, Monna sama sekali belum berani melihat wajahnya dengan jelas. Kilasan balik tentang ingatannya saat kejadian penusukan yang dilakukan Yang Mulia Putra Mahkota padanya masih sangat membekas di dalam benaknya.
Karena itu, sampai sejauh ini Monna terus menghindari kontak mata dengan Putra Mahkota agar kenangan buruk itu tidak muncul.
"Baiklah kalau begitu. Aku akan memberimu waktu satu bulan. Jika saat itu kau masih pada keputusanmu ini, maka aku yang akan mengambil tindakan untuk mempertimbangkannya kembali. Tapi tentu saja aku berharap kau akan merubah keputusanmu ini dan menikah," ujar Kaisar Dominic akhirnya menutup pertemuan mereka.
Membuat semua orang sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.
***