Di sebuah sel tahanan di kota J, tepatnya di negara Chi. Saat itu pintu sel tahanan sedang terbuka. Hal itu sempat menimbulkan keributan yang keras dalam penjara ini. Dari dalam sel yang terbuka itu, keluarlah sesosok perempuan bertubuh kurus kering dan lusuh.
Ketika itu terasa pula semilir angin dingin berhembus dari luar, menyapanya, dan menerpa tubuhnya yang menyedihkan.
Ya, hukuman tujuh tahun di penjara telah menggerogoti tubuhnya dan hanya menyisakan tulang yang berbalut kulit. Sosok secantik mawar itu, kini telah kehilangan warnanya. Wajahnya sudah tampak layu dan kekurangan air kebahagiaan.
Untungnya, ia sudah menerima kebebasannya sekarang. Anehnya ia merasa bingung, tidak tahu hal yang akan dilakukannya setelah ini. Ia juga bimbang, kemana ia harus pergi? Harus menemui siapa? Dan apa yang harus ia lakukan?...
Dalam kebebasannya itu, tidak ada satupun orang yang datang menjemputnya. Kepergiannya hanya disertai dengan mendung hitam, hujan deras, beserta angin dingin yang menusuk tulang. Hal-hal itulah yang menyambut dan merayakan kebebasannya.
Ia layak mendapatkan itu.
Ia hanya bisa berjalan tanpa tujuan. Setelah beberapa jam menyusuri jalan, terlihat sebuah mobil Jeep berhenti di sebelahnya. Ia pun ikut berhenti dan melihat ke arah mobil itu.
Dalam mobil itu ada seorang pria bertubuh tinggi dan kuat. Butuh waktu agak lama bagi perempuan itu untuk mengingat pria di mobil itu.
"Kau, kau Xu Yi..."
"Kakak ipar, naiklah, bicara di mobil saja!"
Perempuan itu naik mobil dengan kesusahan. Sesampainya di tempat duduk, ia memandang kosong Xu Yi yang berada di sebelahnya.
Sudah berapa tahun yang lalu ia terakhir melihatnya?
Ia tidak ingat dengan jelas. Hal yang diingatnya hanyalah Xu Yi merupakan anggota termuda dalam grup Serigala Berdarah yang terkenal itu, juga sebagai anggota yang paling berharga.
Dia…
Muncullah wajah dingin dan tegas dalam ingatannya. Seketika perempuan itu menundukkan kepala, matanya langsung berlinangan air mata.
Tidak ada yang menyangka bahwa ia masih bisa meneteskan air mata. Tetesan air mata itu, teruntuk Lu Beixiao.
Lu Beixiao… ialah suaminya yang tewas tujuh tahun lalu.
"Kak, jangan sedih. Setelah ini, hiduplah dengan baik, kau masih muda. Grup Lu memberimu tempat tinggal dan harta, jadi jaga itu baik-baik dan jangan melakukan kesalahan lagi!" Melihat perempuan itu menangis, Xu Yi berusaha menenangkan.
Tujuh tahun yang lalu ketika Lu Beixiao baru saja tewas, perempuan itu ditangkap.
Saat itu, baginya kata-kata Xu Yi terdengar sangat menyakitkan. Ia menyesal pada Xu Yi dan juga pada suaminya!
"Kak, ini ada wasiat dari Ketua Lu. Baru hari ini aku bisa menyampaikan ini pada kakak, karena aku terus saja berada dalam grup." Sambil bicara, Xu Yu mengeluarkan sepucuk surat untuk diberikan pada perempuan itu.
Mata perempuan itu tampak masih sembab, ia melihat amplop itu sambil melamun.
"Ini tradisi kami. Setiap kali sebelum melaksanakan tugas, kami menulis surat wasiat. Ketua Lu yang sangat tidak terkalahkan, dia tidak pernah menulis surat wasiat. Tapi, kala itu, dia menulisnya dengan serius, dan inilah wasiatnya..." Suara Xu Yi terdengar agak serak, seperti pendongeng yang menceritakan cerita sedih.
Sebaliknya, tangan kurus perempuan itu malah bergetar saat menerima surat wasiat tersebut.
*****
Di halaman rumah Keluarga Lu, di tengah dinginnya hujan, seorang perempuan berdiri di depan batu nisan.
Pandangannya jatuh pada foto di batu nisan itu. Perlahan, jemari perempuan itu mengusap wajah di foto yang ada pada batu nisan, seakan-akan pria di foto itu nyata di depannya.
"Saat kau hidup, aku tidak menghargaimu… harusnya aku yang mati. Aku tidak mendengarkanmu, aku hanya percaya pada Li Yun dan Shen Xichuan, namun kemudian aku malah dipenjara karena mereka..." Suara perempuan itu, penuh dengan isak tangis.
Foto lelaki tanpa ekspresi itu hanya bisa menatapnya. Lengkungan senyumnya seolah-olah menertawakan kebodohan perempuan itu.
Tapi, bagaimana mungkin Lu Beixiao yang sangat mencintai perempuan itu bisa mencemoohnya?
Perempuan itu juga baru sadar bahwa cinta Lu Beixiao padanya, teramat dalam.
Dalam wasiat itu tertulis, 'Ye Qiao, hiduplah dengan baik! Aku sudah membelikanmu tanah di sebelah sungai dan danau kesukaanmu. Tinggalah di sana. Kalau tidak mau, kau bisa menyewakan itu pada orang lain. Sampai jumpa di kehidupan selanjutnya, mengerti? Di kehidupan selanjutnya, aku lanjutkan cintaku padamu!'
"Aku tidak layak... aku tidak layak menerima cintamu! Lu Beixiao! Kenapa kau membuatku... merasakan cinta?! Bagaimana aku punya muka untuk hidup di kehidupan selanjutnya?!" Perempuan itu berlutut, mengusap kepala Lu Beixiao dalam foto itu, kemudian menangis memeluk batu nisan.