Aku membuka pintu mimpi perlahan. Adegan ini membuat ku melihat dengan kekaguman. Gambaran stasiun kereta didekat rumah terlihat sama, dengan keramaian yang sama. Melihat sekeliling sebentar, mata ku terfokus pada sosok perempuan dengan pakaian yang amat mencolok.
Kakak perempuannya melihat sekeliling dengan bingung. Wajahnya yang cantik bersih,terlihat amat mulia. Tubuhnya yang tercetak proporsional terlihat jelas dengan gaun elfnya. Bagian atas pakaiannya hanya berupa kain dengan dedaunan hijau yang hanya mencapai diatas pusarnya telah mencetak jelas payudanya yang besar. Perutnya putih dengan pusar mungil.Rok panjang dengan belahan sampai pinggang yang dia gunakan juga semakin menunjukkan kedua kaki yang ramping.Aku jelas tidak tahan dengan tontonan itu. tapi aku berusaha bersabar sebentar.
Setelah kereta datang ,aku mengikutinya memasuki kereta. Perlahan berjalan dan berdiri dibelakangnya. Mengeluarkan bola hitam yang dengan sekejap mata menjadi tali dan mengikatnya dengan pegangan kereta,diatas kepalanya.
Mita tersentak kaget dengan keadaannya sekarang. Melihat itu kegembiraan ku meningkat.
"Elf secantik dirimu tidak akan marah bukan Mita?" aku memberinya senyuman menggoda.
Mita mengerakkan ekspresi wajahnya. Sungguh sangat cantik, aku ingin segera merusak nya. Mendekati wajahnya yang kaku aku mulai menciumnya perlahan.
"Jangan mendekat!"
"Wow, putri elf kita sedang marah." aku kembali tersenyum menggoda.
"iccubus brengsek jangan menyentuh ku!" desisnya keras.
"Jika kau berteriak, mereka akan melihat mu. "
Mita menyadari sesuatu. Tapi sebelum dia berbicara tubuhnya bereaksi perlahan.
"Benar putri, aku seorang iccubus murni. Jadi mudah untuk tidak terlihat dan lagi, tubuhmu semakin bereaksi dengan aromaku." jari telunjukku mengitari wajahnya. Dengan sentuhan ringan menelusuri leher dan berhenti sejenak di payudaranya. Dengan tiba-tiba tanganku meremas keras.
"Ahh..." Mita mendesah kaget.
Wajahku perlahan mendekati telinganya,berbisik. "Hanya sentuhanku sudah dapat memuaskanmu putri?"
Mita melihatku dengan marah. Jelas aku mengabaikannya. Mendudukan diri salah satu kursi kereta menikmati pemandangan yang mengesankan. Melihat tiang dua langkah di belakang Mita. Memberiku ide menarik.
"Mari bermain game. Kita akan menguji kekuatan mentalmu."
Setelah aku mengucapkan itu tali ditangannya merubah menjadi sulur dengan diameter 5 cm. Melepaskan ikatan pada pegangan kereta hanya melilit tangannya secara terpisah, menggesek ketiaknya. Tubuh Mita bergetar dengan setiap gesekan sulur, jatuh limbung kebelakang. Sebelum jatuh, sulur itu menariknya kebelakang,menghantam tiang. Merasakan dinginnya tiang pada kulit panasnya. Dapat kulihat binar kepuasan dimata itu.
"Ahhh..."
Huh,Jadi dia mosokis! Aku tersenyum semakin lebar. Hahaha.... sungguh menarik!
"Putri tidakkah kau tahu orang lain selain kita."
Melihatnya tersentak, membuatku yakin sejenak dia melupakan posisinya. Aku dengan berani meremas bukit kembarnya. Beberapa kali menguleninya seperti adonan kue. Memainkannya puncaknya,mencubit nipelnya yang menonjol.
Kali ini ia hanya menggigit bibirnya kuat, berusaha tidak mengeluarkan suara. Matanya menatap khawatir tiga orang yang tengah fokus dengan kegiatan masing masing.
Tangan Henry semakin berani menelusuri p perut telanjangnya. Menggoda disekitar putar Mita. Lalu turun lagi menyentuh area kemaluannya yang terhalang kain. Merasakan tempat itu sudah basah kuyup akan cairan kewanitaannya.
Aku memasukkan jariku kedalam mulutnya secara paksa. Memainkan jariku dengan lidahnya. Tangan kiriku juga sibuk bermain dengan kemaluannya. Merasa terganggu dengan kain tipis ini akupun membuat sulur itu menarik celana dalamnya dengan hentakan keras membuatnya hampir orgasme.
Sebenarnya aku ingin langsung memainkan tubuhnya, tapi masih ada permainan selanjutnya.
Kereta berhenti sejenak, dan ketiga orang itu keluar. Berganti dengan tujuh anak anak kecil. Wajah ketujuh anak anak itu hampir menyerupai wajahku. Walaupun begitu perbedaan ketujunya jelas terlihat dari warna mata dan perawakannya.
Mereka melihat keara Mita yang telah terduduk bersandar pada tiang. Salah satunya mengajak mereka untuk menghampiri Mita."Kakak, apa kakak tidak apa apa?"
"Tidak...tidak apa-apa. Hanya lelah" Jawab Mita panik.
"Lelah huh." cibir ku.
Tapi anak-anak itu tidak berhenti. Mereka beramai-ramai mengangkat tubuh Mita. Tubuh Mita bergetar hebat. Lebih dari sepuluh tangan menyentuh tubuhnya yang sensitive secara bersamaan. Membuatnya sesaat merasakan kenikmatan. Sebelum pikiran rasional nya kembali. Mereka adalah anak kecil. Tidak mungkin Mita menyukai hal ini.
Aku melangkah maju menghampiri ketujuh anak itu. Melihatku melangkah Mita menatapku waspada.
"Adik-adik apa kalian ingin main?" tanyaku dengan senyum.
Salah satu anak itu memiringkan kepalanya empat puluh lima derajat." Main apa?"
Aku menunjuk arah Mita. "Main dengan kakak itu. Kakak akan tunjukkan caranya."
Kami bersama berdiri didepan Mita. Mita kaget dengan kedatangan kami dengan panik bergerak. Tapi sayang sulur itu sudah kembali melilit tubuhnya. Mengitari tubuhnya membentuk simpul. Melewati belahan dadanya membuat buah dadanya semakin menonjol. Kedua tangannya terikat dibelakang kepalanya membuat jalur lurus dengan kakinya yang terikat dengan bentuk M.
Aku menyerahkan satu tas barang dan beberapa kandang hewan kearah ketujuh anak itu. "Ayo ayo kita bermain! Permainannya gampang buat kakak itu berteriak dan mendesah secara hebat dan kalian akan menang."
"Apakah kakak tidak kesakitan?" tanya salah satu dari mereka.
"Mungkin. Tapi kalian harus melakukannya, karena ini permainan. " ujarku dengan tawa kecil.
"Tapi aku tidak ingin melakukanya." ujar anak itu diikuti dua orang mengangguk.
"ok kalian bertiga mendapat mobil dan beberapa game. Tapi sebelum bermain tempelkan alat alat ini kekakak ya."
Ketiganya mengangguk. Memasang penjepit punting dan tiga bola kecil dengan cairan hijau kedalam anus Mita.
Tubuh Mita kembali bergetar semakin kuat. setiap kali Tombol pada remot dan game ditekan benda-benda itu akan bergetar semakin kuat. Mita menggelijang hebat, tempat-tempat sensitivenya diserang bersamaan.
"Aahhh pu...putingku..."
"Anusss...ku. Anusku geli ahhh."
Aku memberi komando kepada keempat anak lainnya. Keduanya menjilati ketiak dan telinga elfnya. Salah satunya memasukkan ikan kedalam vaginanya. Dan yang terakhir menyusu pada salah satu puting nya.
"Aahhhh.....teruusss. Hisap... jilat...aahhh."
"Ahhh..Lebih kuat. hah...gatal. kurang...
Jilat lebih, lebih...."
Sepuluh menit kemudian kereta kembali berhenti. Ketujuh anak anak itu menghentikan kegiatan mereka.
"Kakak kereta sudah berhenti, kita harus pulang."
"Ok Kalo begitu kalian bisa membawa akuariumnya."
Anak Anak kecil itu keluar dengan senyuman bahagia. aku melihat kearah Mita yang mencari kepuasan sendiri.
Mendekat kearahnya. Sulur masih melilit tubuhnya tapi tidak dengan kaki dan tangannya. "Putri apakah kamu ingin bermain?"
Melihat ku mendekat Mita segera melompat kearahku. Menciumku ganas, menggosokkan tubuhnya ke tubuh ku. "Be...beri aku. Aku mohon. Vagina ku gatal. tidak mau keluar.Aku ingin keluar. "
Aku tertawa kecil. Mengganti dengan suasana rumah,Aku baringkan saudaraku diatas kasur nya. Mengambil beberapa barang pribadinya. Kamar gadis penuh akan barang.
TBC.