Chereads / Sistem Mimpi / Chapter 5 - Lydia

Chapter 5 - Lydia

Rambut pirang bergemilang berpadu dengan pakaian indah berwarna putih. Bola mata biru dengan bulumata yang tebal dan lentik, keindahan yang mengagungkan. Tapi sayang kedua mata itu mengeluarkan airmata keputusasaan.

Hidung memerah ketara dan bibir indah itu bergetar.

"To..tolong bantu kerajaanku."

"Mengapa harus? Dirimu lah yang menyebabkan keluargamu hancur Bidadari Lydia. Itu tidak ada hubungannya denganku."

Lydia menatap sosok di kursi santai itu dengan tekad kuat."Akan ku serahkan jiwaku, asalkan kau menyatukan kembali jiwa saudara-saudaraku."

Aku membuka kelopak mataku. Memperlihatkan bola mata sehitam malam. Di punggungku terdapat saya hitam yang terlipat. Dan berpadu dengan pakaian hitam dengan sedikit garis berwarna merah pada ujungnya, memperlihatkan sumber dari ketakutan.

Aku tersenyum remeh." Satu banding tujuh, heh. Bukankah kau sendiri tahu, jiwa bidadari itu lebih rumit dari pada mahluk fana."

"AKAN KUBERIKAN DIRIKU! SEMUA PADA DIRIKU. Seluruh kehidupan yang aku jalani dan yang akan aku jalani dalam roda reinkarnasi. Tubuh, jiwa, emosi dan pikiranku semuanya milikmu."

Aku tersenyum kecil. Bangkit dari kursi malasku dan meraih kecantikan yang sudah dipenuhi air mata itu, membawanya ke pangkuanku dan mengangkat dagunya agar memandangku. "Aku tidak membutuhkan pikiranmu. Akan ku ambil semua kecuali pikiranmu. Memiliki peliharaan dengan pikiran... sedikit menaikkan minatku."

"Pe... peliharaan." Pandangan Lydia berubah kosong.

"Benar sekali. Tidak ada larangan, KAMU BEBAS melakukan apapun, hanya pengabdian dan kesetiaan." Bagaikan bisikan iblis sejati. Aku menekankan kata KAMU BEBAS dan mengecilkan dua kata kunci paling penting.

Aku menatap matanya yang kehilangan arah, memberi senyuman yang mengundang. Disamping itu tangan kananku membelai ringan pipinya yang memerah, menghapus air matanya. Membelai lembut hingga membuka celah diantara bibirnya. Lalu jariku memasuki mulutnya. Bermain memutar lidahnya yang elastis.

"Sebagai majikan, aku akan memberimu kelezatan."

Ada rasa manis menyentuh lidahnya. Dengan pelan kelopak mata Lydia menurun sayu. Lidahnya yang awalnya pasif kini memutar, menjilat dan menghisap kuat mencoba merasakan perasaan manis itu. Tanpa dia sadari tubuhnya semakin condong ke depan, mengikuti gerakan tangan ku. Benar benar seperti binatang yang diberi makan.

Tangan kiri ku juga tidak diam. Membelai Punggungnya serta mengangkat roknya lalu menjelajahi perut dan memutar jarinya di pinggir pusar tanpa menyentuh tengahnya. Perutnya berkedut berirama dengan gerakanku.

Setelah itu aku menarik kedua jariku keluar dari mulutnya. Membentuk benang bening penghubung. Mata Lydia menatap tidak puas.

"Emm.."

"Kamu anjing manisku."Aku tersenyum ramah.

Tanpa menunggu jawabannya jari-jariku melanjutkan menjelajahi celah diantara ke dua pahanya bersamaan dengan kedua jari basahku yang lain menelusuri leher hingga selangkanya.

"Perasaan ini indah bukan?"

Lydia mengagguk, bibirnya bungkam namun menahan sedikit desahan.

"Jawab aku Lydia!" Bisikku tegas.

"I..ahh Indaaah."

Dapat kurasakan Jariku menyentuh sesuatu yang licin. Perlahan memasukkannya. Mengaduknya ringan dengan gerakan menekan dinding vag*nanya.

"Uhh...i inii."Aku tersenyum melihat reaksinya.

"iya! Ini lah kebahagiaanmu."

"Aahh... kebaha aah giaan. Uhn... Indahhhnn.."

Aku menambah jariku membuat gerakan menggunting dan mempercepat gerakanku.

"Benar! Jadilah anjingku, ku beri kebahagiaan. Mau?"

"Aahhhh...Ma...mau. Be ahn beri aku lebih.. ahn."

Kepalaku menelusup diantara ketiaknya. Memainkan putingnya dengan lidah ku. Sesekali menggigit dan menghisapnya kuat.

"Apa yang kau mau? kebahagiaan dan menjadi anjingku?"

"Ke..kebahagiaan...Jadi.aahh anjingmu. AKU JADI ANJINNGMUUUU....AHHHHHH. KELUAAARRR!!!!"

Tanpa memberinya jeda semakin gencar memainkan putingnya.Sedangkan disisi lain tangan kananku juga memeras, menguleni lalu menjepit putingnya yang menegang. Bersamaan dengan ketiga jari kiriku memainkan mis V nya.

"AAHHHH ....itu..apa itu.??"

"Ketemu." gumanku.

Ku tumbuk titik yang sama beberapa kali dengan gerakan yang bertambah kuat.Getaran tubuhnya semakin kuat kembali kurasakan.

"AAAHHH...." Mulut Lydia terbuka dengan tubuh bergetar.

Aku menghentikan gerakanku, lalu mengangkat dagunya. Mensejajarkan wajah kami.

"Lihat aku Lydia! Ingatlah pemilikmu."

Setelah itu aku menggendongnya dan meletakkannya di depan kursi malasnya. Lydia masih mengenakan pakaian putihnya. Tapi aura yang di tampilkannya sangatlah berbeda. Salah satu puncak payudaranya basah mencetak bentuknya dengan jelas. Banyak bagian gaunnya yang terbuka menunjukkan cerah besar. Matanya berkaca-kaca melihat aku mengabaikannya.

"Bahagiakan aku, dan aku akan membahagiakanmu." Aku tersenyum puas.

Lydia menggosokkan kepalanya dikakiku. Hidungnya mengendus dari telapak kaki hingga berhenti di antara kedua pahaku.Mata birunya berbinar dan berkedip lucu.

"Ingin melihat?" Tanyaku

"Boleh kah?"

Kucium dahi mata hidung dan pipinya. "Lakukan semaumu tapi jangan menggangguku."

Lydia bersukacita. Kulihat dirinya melepaskan semua pakaiannya. Lalu tatapanya terarah padaku, memperlihatkan kebingungannya. Matanya menatap padaku, lalu berjongkok dan kembali menggesekkan kepalanya.

Dapat kurasakan kelembutan menyentuh kakiku ,sesekali menekannya. Tidak selesai, Lydia menduduki kakiku, menyebabkan beberapa jari ku memasuki gua berairnya. Tangannya menarik-narik celana dan jubahku.

"Doggy kecil ingin bantuan ku?"

Lydia mengangguk.

"Jika begitu bukankah Lydia manis harus diikat?"

Lydia memiringkan kepalanya,lalu mengangguk semangat.

Ketika dia melihat ke atas Henry sudah tidak mengenakan apapun.Lydia reflek melompat tapi terjatuh karena rangsangan pada bagian-bagian sensitifnya secara tiba-tiba.

"Aaaahhhh..."

Wajahnya jatuh tepat didepan penis Henry, memandangnya dengan penuh penasaran, tidak menyadari tubuhnya penuh dengan ikatan yang menekan payudara, perut, vagina serta anusnya yang menumbuhkan ekor. Hidungnya mengendus dan mengingat. lalu lidahnya terjulur, menjilat dengan malu. Kembali menjilat lalu berhenti setelah itu berkedip mencoba mengingat rasanya lalu memainkannya. Memakannya seperti lolipop.

Mengabaikan benda itu yang semakin besar dan panas. Vagina Lydia tiba-tiba bergetar, membuatnya menggelinjang saat aku memutar tombol max pada vibrator di vag*nanya. Kemudian aku tarik tali di punggungnya hingga tubuhnya terangkat dan titik sensitif nya kembali di tekan.

"AHHH...."

Aku tersenyum melihat wajah horny Lydia. Menempatkannya di atas paha kiriku membiarkannya menghisap 'lolipopnya'. Paha ku merasakan kelembutan dari tekanan payudaranya yang sesekali memantul. Dia tahu tubuh Lydia semakin panas. Tentu saja itu membuatnya bahagia.

"Uuhh..ahhhh..mas.."

"Teruskan!"

masih ada waktu dua jam didunia mimpi. Lalu Henry memasukkan tiga bola perak ditempat Vibrator yang dia nyalakan. Menyaksikan perubahan wajah Lydia.

"Anjing pintar. Lalu..."

Henry kembali 3 bola perak lagi dan memutar Vibrator ke max.

"Aahhhm....Mas..master...Gatal.emmmm"

Tubuh Lydia sudah memerah dan dia ambang klimaks. Tapi hal itu tidak terjadi, membuat Henry penasaran.

Beberapa saat kemudia Henry mengangkatnya Dan seperti tombol yang tertekan, tubuh Lydia menggelinjang, dadanya mendorong keatas dengan mulut penuh liur dan mata yang memutih. Melepaskan tekanan tiga kali berturut turut.

"Aaaahhhhhhhhhhh..."

"Datanggghh....DAAATTAAAANGGGG!!!!!!!"

Henry langsung melepaskan ikatan Lydia dan memasukkan penisnya yang sudah membengkak.

"*Aahhhh."

"Lydia, apakah kau merasakannya."

"Merasakan...aah merasakan."

Tanganku menekan ekor di anus Lydia. Melihat raut terkejutnya, aku menyadari jika dari tadi dia tidak merasakan ketidak nyamanan. Lalu Ke6 bola perak itu kumasukkan kedalam anus Lydia. Menggerakkannya bersama dengan gerakanku.

"Te..terus ahn.. Master..master.. masuk!!! Le.. lebih dalam..ahnn.. Masuk kedalam Lydia Ahnnn."

"Keluarkan semua Lydia, bebaskan dirimu!"

"Mas...mastter. aah datang... itu datang."

"Bersama Lydia bersama."

"AAAAAHHHHHHH..."

"Aaahhh...."

"Terimakasih doggy kecilku."

....

"Hana berapa waktu yang tersisa?"

'masih 30 kakak.'

"Jika begitu aku akan mengandalkanmu."

TBC.