"Lydia..."
Bulu mata Lydia bergetar. Suara ini membuat vaginanya semakin basah. Matanya melihat sosok transparan disampingnya.
"Mas..master."
Lydia ingin memeluknya, tapi tangannya tembus.
"Tak apa aku bisa memelukmu. Ini bukan tubuh utamaku. Aku tidak mengingatmu sekarang,jadi bisakah kau menjagaku?" Aku mendekap tubuh Lydia.
Lydia mengangguk.
"Buka celana dalammu Lydia."
"Tap..tapi posisiku." Walaupun ragu Lydia tetap menanggalkannya.
Aku tersenyum melihat itu. Mengangkatnya di pangkuanku tanpa pemanasan, ku dorong penis ku kedalam vaginanya. Tanganku asik menguleni kedua gunung kembarnya yang besar. Sesekali mencium dan bermain dengan lidahnya.
"AAHHHM..MASTER TERLALU DALAM."
"ingat sensasi ini Lydia!"
Lydia mengangguk dan mencoba mengingat.
Tangan Henry menyentuh beberapa titik ditubuhnya. Pinggang, kaki, kelingking dan pertengahan ibu jari.
"Dititik itu, saat aku menyentuhmu, kamu akan merasa g-spotmu gatal dan terangsang seperti ini. sensasi ini harus kau ingat."
Lydia hanya mengingat ,berusaha untuk mengingat.
Lalu Henry memberi beberapa saran sebelum menidurkan Lydia dan berada diatasnya.
"Untuk sekarang ingat wajahku ok. Ingat setiap rasa yang dibawa oleh tanganku. Lalu..."
Henry dengan kasar mendorong tubuhnya.
"Ahh..MAS...MASTERR... "
"AAAHHHHHH...."
Ku berikan ciuman didahinya sebelum kembali ke dunia nyata.
Setelah terbangun, aku meraih tas dan berjalan menuju pintu keluar sealami mungkin. Mataku sedikit melirik salah satu tali sepatuku yang sengaja tadi ku lepas. Lalu berjongkok membetulkannya dengan wajah sebal, tentu saja tepat disamping Lydia.
"Bebaskan." dan tombol ditekan.
"AHHHKK...."
Teriakan Lydia menyita perhatian dari sebagian besar penumpang bus, menjadikannya pusat perhatian.
Wajahnya semakin memerah ketika sadar keadaan disekitarnya. Seorang wanita yang memiliki vibrator di kemaluannya hingga orgasme didalam bus yang penuh penumpang? Bukankah itu aneh atau...menjijikkan.
Air matanya mengalir dan tubuhnya bergetar hebat. Memandang takut sakeliling sebelum terfokus padaku yang berada disebelahnya.
"Ma..mas..."
Mengesampingkan penumpang lain, Lydia dengan sigap mendekap perutku erat. Bertingkah seperti anak kecil yang terbangun karena mimpi buruk.
Aku bertingkah gugup dan menepuk pundak nya ragu-ragu. "Bisakah kamu melepaskan ku?"
...
Dua jam sudah terlewat. Mengabaikan fakta bahwa tingkah Lydia yang masih keras kepala, rencana yang Henry rancang berjalan dengan baik.
Saat ini Henry tengah mengusap rambut Lydia dengan posisi duduk di sofa UKS karena Lydia masih dengan erat memeluk perutnya. Setelah mendapatkan hasil tes dari dokter sekolah.
"Master tolong elus aku."
"Mengapa memanggilku master?"
"Karena master adalah master. Master mungkin lupa tapi Lydia tidak. Lydia akan selalu menjadi anjing master."
Aku mengambil dagunya, menatap matanya yang masih berkaca-kaca.
"Huh baiklah. Em... Aku Henry, tolong jaga aku." ku berikan senyum terbaikku.
Mata merahnya langsung menumpahkan air. Lydia bangkit dan berganti posisi dengan menduduki ku. Lalu mengendus di leherku membuatku merasakan rasa geli.
"Harum."
"Ugh bisakah kau tidak melakukan itu."
"Tapi... aku ingin mencium bau master."
"Tidak baik melakukan ini disekolah Lydia. Kamu bilang, kamu akan menjadi guru baru bukan? Jika ada yang melihat bagaimana?"
"Lalu... bisakah master mengantarku pulang. Master tahu aku sendirian di rumah."
"Baiklah, asal kamu menjadi anak baik."
Usahaku membujuk Lydia membuahkan hasil. Walau aku harus mengurus nya lagi nanti, bagaimanapun saat ini aku disekolah dan harus masuk kelas, ya sebenarnya aku menikmatinya.
Memang benar dekat dengan kecantikan membuat mu menjadi sasaran iri laki-laki lainya buktinya ketua kelas yang awalnya mengabaikan ku kini malah dengan semangat menyuruhku mengumpulkan paket di perpustakaan.
Akan ku abaikan sifat mereka yang menjengkelkan. Lebih baik aku memikirkan hal yang lebih penting. Saat ini aku ingin menambah target. Masih ada dua ruangan yang kosong di aula mimpi, aku harus mencari orang yang sesuai tapi..
BRUKK
Tubuhku menghantam lantai diikuti oleh rasa sakit. Di depanku seorang gadis dengan kaca mata melakukan adegan yang sama. Kedua tatapan kami bertemu dan membeku selama beberapa detik.
Hal yang membuatku terkejut adalah bola matanya yang berwarna hijau zamrud, sangat indah. Hidungnya tidak mancung tapi tidak juga mungil, bibirnya tipis dengan Kilauan pink.
"Cantik."
Aku terkejut mendengar gumaman ku sendiri begitupun dengan dia. Aku yakin dia juga mendengarnya karena walau dia langsung menunduk tapi kedua pipinya memerah. Tangannya dengan tergesa-gesa mengumpulkan tumpukan buku yang tadi dibawanya.
"Biar ku bantu."Tanpa menunggu nya menjawab aku sudah mengumpulkan beberapa buku.
"Apa kau ingin ke perpustakaan? Akan aku bantu membawa buku."
"Ta..tapi."
"Tidak apa-apa aku ingin membantu." aku mengambil langkah didepan. Dan dia mau tidak mau harus mengikuti ku.
'Hana masukkan data gadis itu.'
'Baik kak.'
"Saatnya bermain."
🌭🌭🌭