Chereads / amarah bahagia / Chapter 3 - Korban perasaan.

Chapter 3 - Korban perasaan.

Pukul 17:00 waktu setempat, gadis cantik itu masih saja terlelap dalam mimpi yg tak kunjung usai.

"Tin...Tin...Tiin .."Suara deringan dari ponsel Fauziah terdengar cukup nyaring, menyentakkan tidur sang gadis lugu.

"Ya hallo..."jawab nya kemudian dalam keadaan tubuh lemas dan kepala yg sedikit pusing, dia mengucek matanya dg kasar, akibat masih di dera kantuk, aduh gadis molor nih Fauziah.

"Maaf buk, saya supir yg dikirim untuk menjemput ibuk, nanti habis maghrib saya kesana ya buk"jawab seseorang dari balik ponsel tsb.

"Eh iya pak, makasih, saya akan menunggu"

"baiklah buk"

Fauziah menutup pembicaraan dan mendesah dg kasar, rasanya ingin kembali berbaring tapi tidak teringat akan ucapan sang kekasih.

"Eh oleh oleh, Bani meminta oleh oleh dari ku, aku harus buru buru pergi sebelum supir itu datang"Fauziah melupakan rasa lemas dan malas yg sempat menggrogoti tubuhnya, dg sigap gadis itu berdiri dan langsung bangkit dari ranjang butut miliknya itu.

Beberapa saat kemudian motor Fauziah sudah melaju di aspal desa dg kecepatan yg cukup tinggi, seperti di kejar deadline saja.

Tak butuh waktu lama untuk sampai di tempat yg ingin di tuju gadis ini, sebuah warung seperti minimarket tapi tidak itu sebuah tempat yg cukup bagus untuk ukuran sebuah desa, semacam toserba dalam ukuran yg tidak terlalu besar.

Menyediakan berbagai jenis oleh oleh, pernak pernik, bahkan juga menyediakan berbagai kebutuhan hantaran lamaran dan sebagainya, cukup komplit lah pokoknya, cukup lah memanjakan mata bagi para pemburu souvernir yg tentunya dalam konsep klasik khas desa setempat .

"Bani suka apa ya? hmm bingung, dia bukan tipikal cowok penyuka sesuatu dg sangat, kecuali aku haha"batin Ziah, gadis itu senyam senyum sendiri, memandangi deretan souvernir yg ada di depannya.

"Ini aja deh, pasti dia suka, apa lagi dari aku kekasih nya haha"Fauziah mengambil sebuah miniatur seperti pemandangan desa di kemas dalam box segi 4, menjadi sebuah konteks yg cukup menarik bagi yg belum pernah atau sekali menapaki desa ini.

Gadis lugu itu memasukkan benda tersebut kedalam keranjang belanjaan yg sedari tadi di tentengnya.

Senyum sumringah dan wajah yg berseri seri gadis itu seperti lupa kalau tempat ini cukup ramai, siapa saja bisa ada di sana, termasuk orang yg tak di inginkan sekalipun.

"Bruk..."Fauziah bertabrakan dg seorang pria, ulah gadis ini yg kurang fokus pada jalannya karna kegirangan tak menentu.

"Eh maaf...maafkan saya"Fauziah lansung membungkuk dan membantu memunguti belanjaan pria itu yg berserakan di lantai.

"Tidak apa apa,bnona santai saja, hal seperti ini biasa terjadi dalam kondisi tertentu"jawab sang pria dg senyum tulus di wajah nya, Fauziah di sibukkan dg barang2 yg berserakan itu sehingga tak melirik sama sekali ke arah pria yg berdiri di hadapannya.

sekali dia mendongak ke atas, langsung terdiam membatu bak patung Liberty.

mulut bungkam, bibir tipis dan lembut nya tak mampu bergerak sedikit saja, apa dia bertemu roh? hantu? atau pria itu berwajah seperti zombie? gadis yg aneh.

"Kamu ...?"jawab si pria yg tak kalah kaget nya dari gadis yg di depannya.

Kedua mata mereka saling beradu, bertatapan kaku, mengunci seperti sosok di masa lalu.

Beberapa detik berlalu hingga akhirnya darah muda saling melakukan gerakan, Fauziah kikuk salah tingkah tak tau harus berbuat apa, dia seperti kehilangan keseimbangan diri.

"Maaf aku harus pergi, permisi "ketus Ziah kemudian.

"Tapi zi.."belum sempat pria tersebut menyambung perkataan nya Fauziah lenyap seketika dari tempat itu, untung gak meninggalkan asap, kalau ya lain lagi ceritanya.

Si pria hanya mampu menggaruk kepala yg tak gatal, menyaksikan kepergian sang gadis tanpa sepatah kata yg singgah dari bibir merah jambu itu.

"Kamu apakan aku ha..? apa yg telah kita lakukan? ya Allah ayah bisa membunuhku?"

"Zi maaf aku juga gak ngerti kenapa ini bisa terjadi, aku akan mempertanggung jawab kan ini semua, itu pasti Zi, percaya sama aku"sebuah percakapan yg berkecamuk di benak Fauziah saat ini, memberikan luka, membuat air mata gadis ini mengalir deras.

"Al ..."dalam rintihan nya itu lah kata yg terucap lirih oleh bibir rahara tersebut.

**

Fauziah melempar bingkisan souvenir yg telah di belinya tadi ke kasur, sekiranya itu oleh oleh untuk sang kekasih tapi kenapa harus di lempar apa ingin melempar juga pria itu dari hatinya seketika?

"Kenapa aku harus ketemu dia lagi, selama ini selalu berusaha ingin menjauh darinya, tapi takdir justru mengembalikan lagi dia ke hadapanku?"rintihan batin Fauziah.

gadis ini mengingat kejadian tabrakan tadi, seorang pria berkulit putih, cukup tinggi, rambut gondrong nya yg rapi, pipi sedikit berlemak membuat nya terlihat manis sekaligus menggemaskan.

namun sang pria karismatik, menawan itu tak membuat Ziah sama sekali terdorong untuk menyapa apa lagi memuji.

Sebuah ingatan sempat terlintas di benak gadis polos itu, pesta perpisahan sekolah, pria itu bernyanyi dg merdu, menggoda kalbu sang rahara.

Suara petikan gitar dari pria itu bahkan masih terngiang dan sangat sulit di lupakan, kadang terdengar samar2 di samping jendela kamar sang gadis, tapi saat jendela di buka tidak ada siapa siapa disana, itu hanya sebuah ilusi tak bertepi dari gadis malang ini.

"Petikan gitar dan suara ku khusus hanya untuk kamu my zi, teman terbaikku yg memiliki tempat khusus di hati ku"sepenggal kalimat lagi terngiang di telinga Fauziah.

Gadis ini benar benar larut dalam masa lalunya ulah si pria tadi, bahkan sampai menangis bombai, meraung dalam bekapan bantal .

"Kamu harus pergi, jangan hantui aku lagi, aku benci kamu, Al wijaya, laki laki brengksek hikhikhik..."

Lama sekali si malang Ziah merintih tak karuan, mengutuk pria itu, mengutuk juga dirinya, entah masalah besar apa yg mendera sehingga derita tak urung mereda.

"Dek hai, kamu menangis, katakan ada apa sayang ha? siapa yg sudah buat kamu seperti ini?"Ariska tiba2 memasuki kamar itu dan mendapati sang adik yg terisak di balik bantalnya, jelas ribuan pertanyaan ada di benak sang kakak.

"Kakak.."Ziah berhamburan memeluk sang kakak dan terisak disana.

"Sudah sudah...ya tenang ya, cerita pelan pelan ok!"Ariska membelai lembut rambut sang adik.

"Ziah ketemu Al kak, laki laki itu, Ziah sudah berusaha menjauhinya tapi dia datang lagi, beberapa tahun belakangan Ziah tak pernah bertemu dg dia Ziah bahagia, tapi sekarang tiba2 dia muncul"jelas gadis itu dg isakan isakan yg menggebu gebu.

"Kapan dan dimana kamu ketemu sama dia?"Ariska mengerinyit heran.

"Tadi di toko oleh oleh, gak sengaja aku nabrak dia"jelas Ziah dg bibir yg manyun.

"Apa? dek dek..itu hanya kebetulan, siapa saja bisa ke toko itu, lagian Al itu warga desa sini, wajarlah kalau dia ada disana, mungkin dia mencari sesuatu iya kan?"Ariska menyodorkan segelas air yg tergeletak di meja nakas kepada sang adik.

"Ya iya, tetap aja Ziah tidak suka meski itu kebetulan atau disengaja "

"Jangan jangan kamu masih cinta ya sama dia?"tanda tanya besar tertera di dahi Ariska, tuduhan terberat Fauziah hingga gadis itu tersedak saat sedang minum.

"No...kak, mana mungkin, dari SMA aku sudah berjuang melupakan laki laki itu, menjauhinya, menjadikan dia kesalahan terbesar dalam hidup ku, dia laki laki yg tak pantas aku cintai, tidak kak"mata ziah melebar sempurna tidak terima dg tuduhan sang kakak.

"Tapi kakak menangkap hal lain dari mata kamu?"Ariska lagi mengucapkan kata2 yg semakin membuat gadis ini emosi.

"Lebih baik kakak pergi, aku mau tidur"sergah gadis itu kemudian .

Ariska hanya terdiam dan membiarkan gadis itu sendiri merenungi keinginan dan kelemahan hatinya.

Logika memang kadang berlawanan dg hati, namun tanpa logika hati juga bisa salah, jika logika tanpa hati bisa saja suatu saat menemukan hati dalam logika itu sendiri.

Untuk apa menyakiti diri dg hal yg kita sendiri tidak mengerti, buat apa menuruti hati jika yg di terima hanyalah penderitaan.

Jika logika kita memilih pada sasaran yg tepat akan lebih baik itu suatu keberuntungan bukan.

Bukankah kebanyakan manusia saat ini lebih memilih logika di bandingkan hati?

begitu juga seorang Fauziah arzanetta.