Chereads / amarah bahagia / Chapter 2 - Tanggung jawab dan rindu.

Chapter 2 - Tanggung jawab dan rindu.

Fauziah berlarian menelusuri gubuk tua tempat ia di lahirkan dan di besarkan itu.

Bangunan dalam desain semi permanen,

berbentuk klasik dan sangat tua termakan waktu dan zaman.

Warna rumah yg tampak menyedihkan, cenderung aneh dan kusam,

mungkin karna hantaman hujan dan gemaian lembut para kabut dan lumut bermutasi menjadi suatu warna permanen yg menghiasi keseharian gubuk tua ini.

Namun disanalah istana termegah seorang gadis seperti Fauziah.

Disini jelas tertera kalau gadis itu berasal dari keluarga yg status sosialnya berada di bawah.

Hidup di desa yg kaya akan sumber alamnya, bertani adalah profesi yg paling mendominasi di desa tersebut.

Meskipun begitu desa ini goblok, siapa yg kaya dia yg menjadi otoriternya.

Desa yg ramah, dia mengembangkan tangan pada setiap insan yg hanya sekedar singgah dan mampir.

Namun di samping itu mulut para warga yg kurang akan pola asuh menjadikan gibah dan fitnah gamblang mendera.

Di situlah rahara yg malang itu mencari asa kehidupannya, dia gadis miskin sangat jauh dari kata cukup, sungguh gadis yg malang.

Namun di balik itu kecantikan nya menyulap dunia, bersaing dg bintang Asia, dg segenap gurat wajah yg alami dia miliki sedari ia di lahirkan.

Bukan itu saja dia cerdas, karna kecerdasan otak itu lah yg telah berperan menumpu pendidikan nya selama ini, mulai dari tingkat bawah hingga strata satu.

Sayang rahara terpaksa mengubur dalam dalam keinginan nya untuk melanjutkan pendidikan ke arah yg lebih tinggi .

Tuntutan kerasnya hidup memaksa gadis itu mau tak mau ikut andil dalam menjadi tulang punggung bagi keluarganya.

"Hah...iya kak?"nafas Fauziah sedikiti sesak karna berlari dg tergesa gesa.

"Kamu ini, kakak dari tadi manggil manggil tapi gak nyahut sama sekali, kenapa? mimpi lagi, ingat jangan berhayal mulu, kerasukan tau rasa kamu?"hardik sang kakak.

seorang wanita yg masih lajang di usia yg menginjak angka 3, dia adalah gadis diary bagi Fauziah, apa yg tidak di ketahui oleh gadis ini kalau menyangkut sang adik.

Dia gadis yg cukup peka, tegas namun manis, dia juga cantik dan cukup menarik.

Hubungan mereka tidak kandung, namun melebih kandung dia adalah sepupu Fauziah yg lahir dan besar di rumah itu, kedua orang tuanya berkelana entah kemana.

"Mau tau mimpi aku itu apa?"Fauziah membulatkan mata, sang kakak berkerut.

"Apaan?"

"Aku bertunangan dg anak konglomerat kenamaan negri ini kak, apa tu istilah orang sekarang crazy rich ya itu dia, menarik bukan?"dg semangat nya gadis manis ini bercerita seraya mengambil sehelai pakaian pada baskom besar yg berisi cucian mereka.

"Apa?haha..."sang kakak tertawa lepas hingga tertera gigi terawatnya.

Tangan gadis itu di sibukkan dg menggantung cucian pada jemuran nya.

"Ih..Jangan ketawa lah, nanti jadi kenyataan baru kakak gigit jari, liat aku seperti seorang putri dari Korea Selatan sana ha"Fauziah mengambil lagi pakaian basah yg lain, mengibas nya dan menaruh pada jemuran.

"Iya kalau ayah kamu setuju, hmmm bisa digantung hidup2, jangan mimpi sama orang kaya deh, jangan ngawur"

"Haissyh, kakak ini, gak pernah sekalipun gak matahin impian aku huh"Fauziah mengibas dg keras kain basah itu hingga air nya menciprati wajah sang kakak.

"Adekkk..."bentak sang kakak, Fauziah tertawa lepas melenyapkan beban.

Sang kakak mengejar adik nya itu, aksi kejar kejaran terjadi di sepanjang halaman gubuk tua mereka.

Sepertinya dua gadis ini kurang puas menikmati masa kecilnya.

"Ayo Ariska kejar aku, weee"ledek Fauziah yg terus berlarian di kejar sang kakak.

"Awas ya...kamu..."Ariska terus mengejar sang adik dg pandangan gemas pada adik nakal nya itu .

"Ziah...hp kamu berbunyi tuh dari tadi???"sahut sang ibu dari jauh, menghentikan pelarian gadis manis ini dan bergegas menuju kamar tempat ponsel nya berdering.

Senyum miring sedikit terurai di bibirnya melihat siapa yg telah menghubunginya saat ini.

"Iya sayang..."jawab Ziah pelan cenderung memanja.

"Eh hay my girl, jadi berangkat kah hari ini?"suara yg terdengar meneduhkan dunia, terasa nyaman di telinga.

"Iya jadi dong, gimana? dapat supirnya?"Ziah melebarkan mata indah nya

begitu antusiasnya gadis ini.

"Ya pasti dapat dong, nanti kalau dia nlp angkat ya?"

"Hmm baiklah..."

"Jangan lupa oleh oleh "

"Ih malas, capek mau tidur ah.."Ziah membaringkan tubuh nya di ranjang.

"Hmm y lah, aku juga mau kerja, selamat bobok my Arzanetta, love you"

"Hmm ya my Bani love me".

Ziah tersenyum girang bukan main, siapakah gerangan orang yg menelp itu.

Yap dia kekasih gadis ini dan dambaan yg selalu menjadi teduh nya sebuah kegersangan hingga akhirnya tertidur menyusuri sang semesta entah mimpi apalagi yg akan di persembahkan oleh tidur nya kali ini.

**

"Para anak gadis ku, cantik cantik tapi kelakuan nya masih saja macam bocah, cucian di berantakin semua, tidak ngerti apa ibu nya ini lelah seharian ngurusin kerjaan mereka yg berserakan terus hah.."Upat sang ibu para gadis gadis nakal itu, mendapati cucian bukannya di jemur dg baik malah di buat berantakan.

"Gak baik mengupat begitu, sabar Bu"ejek sang ayah, yg datang dg sebuah parang besar.

Tidak jangan konyol ayah gadis itu menggunakan parang untuk ke ladangnya bukan nya mau menggorok leher seseorang.

"Ayah selalu belain mereka mah bisanya"ibu Sarah namanya, dia membuat kerucut pada bibir sendiri.

"Fauziah kita mau pergi sebentar lagi Bu, nanti dia tidak akan menyusahkan ibu lagi disini"wajah pria paruh baya itu berubah murung .

"Jangan bicara seperti itu, ibu jadi sedih mendengarnya"setetes luka kerinduan menyibak tabir dari relung terdalam, menghasil kan bulir bulir cinta kasih seorang ibu yg menetes melalui pelupuk sendunya.

****""""""""*********""""""************"""""***

Bukan hal mudah sejauh melangkah

tenang, sayang ku ada untuk mu

*Crhistie, (seribu kali cinta).