"Maaf kak aku sedang tidak enak badan."
"Apa? Kamu sakit?" Jawab kak Verra kaget dan memegang kepalaku.
"Tidak panas Ran." Lanjut kak Verra bingung.
"Apa kamu ada masalah?" Tanya kak Verra
"Tak ada kak." Jawabku.
"Jujur lah Ran, apa kau tak mau berbagi duka denganku?" Tanya kak Verra.
"Benar benar tak ada kak." Jawabku sembari melempar senyum padanya.
"Baiklah jika kau tak mau memberi tau." Ujar kak Verra dan berlalu begitu saja.
Kini aku benar benar dilema.
Aku tak mau jika masalah ini di ketahui orang tuaku.
Tapi aku tak mau melukai wanita tampanku.
'maafkan aku kak.' sesalku dalam hati.
Malam ini begitu lambat waktu berlalu.
Tak seperti waktu kak Verra berada di sisiku.
Kak Verra aku merindukanmu.
"Aku benar benar rindu kakak." Ujarku lirih.
"Aku juga merindukanmu sayang." Suara itu mengagetkanku dan memelukku dari belakang.
Aku benar benar merindukkannya.
Padahal baru berapa jam berpisah.
Entah siapa yang memulai kecupan itu, sekarang bibir kami saling berpautan.
Ciuman yang lambat laun membuas dan membuatku lepas kendali.
Aku sunggu lupa segalanya, rindu ini benar benar membutakanku.
Beberapa menit kemudian kak Verra melepas ciumannya.
"Ran apakah boleh?" Tanya kak Verra padaku.
"Iya kak boleh, aku rindu kakak." Ujarku sambil langsung kembali mencium bibir indahnya.
"Kak aku mencintaimu." Bisikku sambil menahan desah.
"Kakak juga mencintamu sayang." Balas kak Verra.
Kak Verra kini melanjutkan ciumanya ke leherku.
Aku menahan geli, nafas kak Verra makin memburu dan membuatku semakin terangsang.
"Kakak lanjutkan Ran?" Tanya kak Verra.
"Lakukan saja kak." Ujarku pasrah.
"Baiklah sayang." Jawabnya dan kini kak Verra melanjutkan ke payudaraku.
Kak Verra membuka kait bra ku.
Membuat payudaraku bebas bergerak.
Kak Verra kini memainkan putingku.
Aku mengerang dan menjambak lembut rambut kak Verra.
Semakin aku mengacak acak rambutnya semakin dia mengganas.
Kini kami benar benar tak memperdulikan sekitar.
Kini tangan kak Verra mulai merambat ke arah vagina ku.
Aku merinding dan kini mulai semakin tak terkendali.
Kini aku mengikuti alur kak Verra.
Kak Verra menatapku penuh gairah, dan seakan memberi kode.
Aku mengangkat bokongku dan kak Verra menarik celanaku.
Kini tersisa CD ku yang berwarna merah.
Kak Verra mulai mengelus lembut vaginaku yang masih terbungkus CD.
"Ahhh.." desahku semakin membuatnya melayang.
Kini kak Verra memasukkan tangannya ke dalam CD ku dan mulai memaikan *****ku.
Kini kak Verra melepas CDku dan mulai membuka himpitan pahaku.
Kak Verra sekarang berada di antara pahaku.
Dia menatapku dan menyentuh vaginaku dan mulai memasukkan jarinya kendalam liang vaginaku.
Rasa nikmat menguasai sekujur tubuhku.
Aku benar benar ingin kan itu sekarang.
Aku menarik tubuh kak Berra.
"Lakukan kak, aku benar benar ingin." Ujarku sambil mendesis.
"Baiklah sayangku." Ujarnya
Kak Verra kini menghadapkan wajahnya ke vaginaku.
Dia mulai memaikan ******ku.
Aku merapatkan pahaku dengan cepat di tahan kak Verra.
Dia mulai memaikan lidahnya di vaginaku.
Rasa nikmat semakin menghanyutkanku.
Sedotan demi sedotan membuatku merasakan sesuatu yabg aneh.
"Kak, kenapa aku merasakan sesuatu yang aneh?" Tanyaku padanya.
"Apa sayang? Nikmati ini sayang. Ini adalah surga kita." Ujar kak Verra.
"Kak,, kenapa semakin lama semakin nikmat." Tanyaku.
"Baiklah sayang, jangan di tahan." Jawab kak Verra kini melanjutkan permainan mulutnya.