Sore itu di hotel The Westin Jakarta, di ballroom digerlar sebuah acara pemberkatan pernikahan antara seorang pria tampan kaya raya dan dingin bernama Ares Etrama Pratama dengan seorang gadis berparas cantik serta baik hati Kanaya Putri Andreas.
Sang pendeta menyatakan mereka sebagai suami istri dan mempelai pria boleh mencium mempelai wanita sebagai tanda telah resmi sebagai pasangan suami istri "Kau boleh mencium Istrimu".
Ares meraih pinggang Kanaya dan mendekat hanya untuk membisikan kalimat dengan kebengisan " Ingat kau hanya istri kontrakku".
Dengan mata yang penuh kegetiran dia hanya bisa menahan rasa sesak di dada karena pernikahan yang tidak didasari oleh Cinta.
Kanaya hanya bisa pasrah dan bersabar dengan semua keadaannya yang sekarang ini walau dia hanya sebagai Istri kontrak.
Setelah Acara pemberkatan di lanjutkan acara resepsi yang dihadiri oleh para kolega dan beberapa orang terpandang.
Di dalam ballroom itu suasana pesta cukup meriah namun hanya kekosongan yang dirasakan Kanaya, dia hanya duduk sendiri melihat Ares yang berbincang dengan beberapa rekan bisnisnya dan tidak memperdulikannya sama sekali.
⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐
Mengingat kembali awal dari terjadinya pernikahan sesungguhnya adalah karena keduanya di jodohkan oleh pihak keluarga Ares yang sudah mengikat janji dengan keluarga Kanaya, karena persahabatan dari kedua kakek mereka yang sudah lama terjalin.
Namun apa dikata Ares merasa terpaksa atas pernikahan ini, dia merasa pernikahan ini hanya akan membuat dia tidak bebas dan dia sendiri sudah mempunyai seseorang yang dia cintai.
Oleh sebab itu saat pertemuannya yang pertama kali dengan kanaya dia membuat perjanjian kontrak pernikahan dengan kanaya.
Dengan wajah dinginnya dia ingin agar Kanaya memutuskan perjodohan itu, namun kanaya menolak dan menyetujui perjanjian tersebut.
Perjanjian tersebut berisi bahwa dia hanya akan menikah diatas kertas namun dia tidak berkewajiban untuk memenuhi kebutuhannya sebagai suami, dan tidak saling mencampuri urusan pribadi masing masing jika melanggar akan di denda 100 juta bagi yang melanggar.
Akhirnya kanaya pun menyetujui hal itu dan membubuhkan tandatangan di surat kontrak tersebut.
"Oke aku setuju dengan keputusan yang kau ajukan kita akan tetap menikah, tapi kita tidak perlu saling perduli dengan masing masing" Kanaya membaca surat kontrak tersebut dan tak lama dia menanda tanganinya.
"Dan ingat pernikahan ini hanya selama 2 tahun saja setelah itu kita bercerai" Ares mengingatkan perihal lamanya perjanjian tersebut.
"Oh ya dan aku harap setiap hubungan yang kau jalin tidak sampai terekspos ke media apa pun ingat itu" Ares menambahkan.
"Oke itu juga berlaku untukmu Ares jangan lupa itu" Kanaya tidak mau kalah.
Setelah pertemuan itu mereka hanya beberapa kali bertemu untuk hal hal persiapan pernikahan saja.
⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐
Kembali saat pernikahan, Kanaya merasa bosan dan capek harus menunggu dan kesepian di acara pernikahannya sendiri.
Kanaya beranjak dari duduknya dan melangkahkan kakinya menuju pintu ballroom hendak pergi meninggalkan pesta yang membuat hatinya terasa getir.
Melihat istri kontraknya akan keluar dari pesta Ares menarik tangan Kanaya dengan kasar hingga tubuhnya bertabrakan dengan tubuh Ares.
"Mau kemana kamu? pesta belum berakhir? jangan coba coba untuk meninggalkan tempat ini jika pesta belum selesai" berbisik Ares dengan nada ancaman.
Dengan pandangan sayu Kanaya hanya mengangguk menuruti apa kata suaminya itu tanpa berkata atau menjawab dia hanya kembali duduk ditempat dia semula.
Andaikan saja perjodohan itu tidak pernah terjadi, dia pasti akan menikah dengan pria yang mencintai dan dicintainya.
Namun semua itu hanya dia lakukan sebagai baktinya kepada keluarganya, memang Kanaya adalah cucu wanita satu satunya di keluarganya karena semua hanya ada 4 cucu laki laki selain dia.
Makanya mau atau tidak kanaya lah yang harus menjalani pernikahan itu untuk membuat kedua belah pihak merasa senang dan bahagia.
Tapi apa lah daya semua sudah terlanjur dia akan tetap bersabar hingga perceraian tiba dan semua akan selesai dengan mudah.
Semoga apa yang dia tuai mendapatkan buah yang manis kedepannya sehingga tidak akan ada penyesalan.
Jam menunjukan pukul 12.00 ballroom sudah sangat sepi dari tamu yang menghadiri pesta itu, mata Kanaya terasa berat dan dia beranjak dari sana dan menuju kamar pengantinnya di kamar presidential sweet room.
Namun lagi lagi dia harus merasakan kepiluan hati karena suaminya bersama wanita lain dan telah melakukan hubungan intim dengan wanita tersebut.
Melihat hal menjijikkan yang dilakukan suaminya dia pun keluar dari kamar tersebut dengan membanting pintu sangt keras karena malu dan juga terhina, masih dengan gaun pengantin yang melekat di tubuhnya dia pergi entah kemana.
Dengan air mata berderai dia menaiki taksi dan tanpa tujuan pasti, setelah berputar putar di jalanan akhirnya dia memutuskan kembali ke apartemen yang dia tinggali seorang diri selama ini.
Taksi berhenti di depan gedung Apartemen milik Kanaya, dia membayar argo ternyata habis sekitar Rp 500 ribu ternyata dia lama juga berputar putar di jalan.
Kanaya membuka pintu apartemen dan masuk kekamarnya dengan gontai, dia merebahkan tubuhnya di atas ranjang dan tak lama dia pun terlelap karena lelah.
Gaun pengantin yang berat itu masih belum di lepaskannya namun dia meneteskan air mata saat tertidur merasakan kepedihan seorang diri.
Walau pun matanya terpejam tapi air mata itu tak mau berhenti hingga terlelap pun tangis itu tak terhenti.
Di sisi lain Ares yang tahu Kanaya telah keluar dari kamar setelah melihat dia bersetubuh dengan pacarnya, dengan marah karena hasratnya terhenti dan tidak terpuaskan karena melihat istrinya itu menutup pintu dengan sangat keras, akhirnya dia tidak melanjutkan apa yang dia kerjakan tadi.
"Sial sebaiknya kamu pulang aku harus mencarinya jika tidak Kakek akan marah saat nanti aku kembali hanya seorang diri" Ares mengusir pacarnya.
"Tapi sayang mari kita selesaikan dulu jangan mengantungku begini?" rengek Melisa masih ingin melanjutkan hubungan intimnya tersebut, karena belum terpuaskan.
"Sudah lah aku sudah tidak bernafsu lagi kita lakukan di lain waktu saja ya sayang aku harus mencarinya" Ares mengenakan pakaiannya dan bergegas keluar.
"Aaaaa.... sial semua gara gara gadis itu, aku harus cari kepuasan yang lain karena malam ini aku belum merasakan kepuasan" Melisa menelpon seseorng agar segera datang ke hotel dia berada.
Ternyata Melisa itu punya pacar lain dan itu dia lakukan di belakang Ares, oh sungguh kasihan Ares sudah diduakan oleh pacarnya yang dia percayai.
Tak berapa lama pacarnya itu sudah berada di depan pintu kamar dan menekan bel, selanjutnya Melisa membuka pintu dan menariknya dan apa yang terjadi selanjutnya mereka bergumul di atas ranjang yang seharusnya untuk Kanaya dan Ares.
Tapi mereka tidak tahu bahwa hotel itu adalah milik Ares dan ada CCTV di beberapa titik karena itu adalah ruang pribadi milik Ares dan hanya Ares yang bisa melihat itu melalui hp nya.
Di tempat yang lain Ares mengendarai mobil sport nya dengan kecepatan yang tidak biasa, dia mencari wanita yang dinikahinya beberapa jam yang lalu karena perjodohan.
"Sial aku harus mencarinya kemana? tidak mungkin dia pulang kerumah orang tuanya bisa marah marah kekuarganya jika dia pulang seorang diri, kalau tidak salah aku pernah dengar dia punya apartemen?! apa dia disana? tapi aku nggak tahu dimana apartemennya?" Ares mendesah dia jadi binggung mencari akal bagai mana dia bisa mengetahui alamat apartemen itu.
"Ndra...? bisa lo kirim alamat apartemen Kanaya? dia sedang tidur ada sesuatu yang dia perlukan di apartemen tadi sebelum tidur dia memintaku mengambilnya" Akhirnya Ares meminta Andra sepupu Kanaya yang merupakan temannya saat sekolah dulu.
Ada notifikasi pesan jawaban dari Andra masuk dan itu adalah Alamat apartemen, tak butuh waktu lama akhirnya dia pun sampai di apartemen tersebut dan menuju kesana.
Di depan pintu Ares langsung masuk dengan menekan pass yang sudah di beritahukan oleh Andra tadi di pesannya.
Tanpa banyak berfikir Ares masuk ke dalam apartemen tersebut tampak nyaman untuk di tinggali walaupun tidak terlalu besar, semua perabotan tertata rapi.
Ares berjalan menuju kamar yang pintunya tidak tertutup rapat ada sela beberapa senti, Ares pun mulai membuka pintu tersebut dilihatnya seorang gadis terbaring yang masih mengenakan gaun pengantin dan riasan wajah serta ada air mata yang mengering di pipinya dan samping kanan kiri sudut luar mata.
Didekatinya gadis itu " Dia cantik tapi bukan tipeku" Ares berkata pelan. Dia berfikir lagi "kenapa aku harus menikahi gadis polos ini, sedangkan aku sudah memiliki pacar yang cantik untuk memuaskanku".
Ares mengelus pipi Kanaya dan menyentuh bibir merahnya tanpa sadar Ares mengecup bibir tersebut, apa yang dia rasakan saat itu dia menjadi bergairah hanya karena menciumnya sekilas saja sesuatu mendesak di celananya.
"Damm it... kenapa ini bisa terjadi dia masih memakai pakaian lengkap dan tidak terlihat seksy tapi kenapa juniornya tiba tiba menegang?"Ares pun keluar tidak mungkin dia akan melakukan itu dengan wanita yang masih terlelap.
Lagian di awal dia sudah menekankan bahwa dia tidak akan menyentuhnya dan memberikan dia hak sebagai istri.
Akhirnya untuk menurunkan juniornya dia masuk kedalam kamar mandi dan menuntaskan semuanya dengan siraman air dingin.
Tak berapa lama dia keluar dari kamar mandi dan menuju ke arah pintu sungguh ada pemandangan yang amat indah, gaun yang di gunakan Kanaya tersingkap hingga pahanya yang putih mulus terekspose, karena hal itu junior Ares lagi lagi menegang mau tak mau dia kembali kedalam kamar mandi, namun dia menyelimutinya agar nanti saat dia keluar kamar mandi juniornya tidak menegang lagi.
Selesai mandi Ares keluar dari kamar karena dia tidak mau tersiksa dengan juniornya, Ares merebahkan tubuhnya di atas sofa panjang di ruang tengah yang ada tv nya.
Tak lama kemudian Ares tertidur karena lelah, menjamu para tamu yang merupakan rekan kerja dan juga koleganya.
Pagi yang cerah namun tidak untuk Kanaya yang hatinya masih sedih dan hampa, Kanaya bangun dan memasuki kamar mandi dia merendam tubuhnya yang masih lelah karena pesta kemaren.
Kanaya keluar kamar hanya menggunakan bathrobe dan handuk yang digulung di atas kepalanya.
Menuju dapur Kanaya hendak memasak sarapan untuk dirinya karena rasa lapar yang amat sangat, kanaya membuat porsi sedikit banyak dari biasanya.
Saat masakan sudah matang dan mengundang karena bau nya yang begitu menggugah selera Ares terbangun dan menuju ke meja makan dan duduk di sana.
Kanaya menyiapkan makanan ditempat yang biasanya, saat berbalik menuju meja makan dia terkejut melihat sosok Ares yang sudah duduk di kursi makan.
"Astaga... sejak kapan kamu ada di sini? ah tidak bagaimana kamu tau tempatku dan bagaimana kamu masuk?" beberapa pertanyaan terlontar pada Ares.
"Aku adalah Ares apa pun bisa aku ketahui dengan cepat itu semua kamu tidak perlu tahu, berikan aku sarapan aku lapar" Ares meminta.
Kanaya bergegas mengambi piring untuk suaminya itu dan menyiapkannya kedalam piring kemudian memberikannya pada Ares.
Kanaya pun menganbil untuknya sendiri kemudian dia melahapnya dengan tenang, tak ada percakapan yang berarti sarapan pun selesai dan kanaya membersihkan piring kotor dan peralatan masaknya.
Melihat itu Ares hendak membantu dia melangkah kearah wastafel cuci di mana Kanaya berada sekarang.
"Aku bantu kamu cuci piring ...." Ares sudah ada di sampingnya dan menoleh kearah Kanaya berdiri.
Namun entah beruntung atau sial menurut Ares bethrobe yang dikenakan Kanaya terbuka di bagian dadanya hingga terlihat belahan dadanya.
"Tidak usah aku bisa sendiri apa kamu tidak ke kantor? mandilah biar kamu terlihat segar" Kanaya berbicara sambil tersenyum, itu membuat Ares jadi berdebar dia tidak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya, bahkan saat bersama Melisa tidak ada getar apa pun di hatinya dan ini adalah yang pertama kali buatnya.
Untuk menghindari hal itu dia pun menuruti perkataan Kanaya yaitu mandi air dingin lagi karena juniornya sudah menantang.
Setelah cuci piring Kanaya mengganti pakaiannya semi kasual dia terlihat elegan dengan dress di bawah lutut berwarna ungu muda di padukan dengan kardigan warna senada sedikit gelap dan riasan yang natural.
Setelah rapi Kanaya keluar dari kamar dan tak lama Ares keluar dari kamar mandi dia tidak melihat istrinya di dalam kamar kemudia dia sudah keluar dengan handuk menutupi bagian bawahnya.
Melihat pemandangan itu Kanaya terlonjak kaget "Kenapa keluar dari kamar tanpa memakai baju?" Pipinya sudah memerah.
"Mmmm... pakaianku kotor...." Ares tidak melanjutkan kalimatnya.
"Kemarilah ..." Kanaya melangkah menuju kamarnya dan membuka lemari dan mendapati beberapa jas kakaknya disana dan memilihkan satu setel untuk Ares.
Ares mengikutinya dari belakang dan saat Kanaya berbalik mereka bertabrakan refleks Ares menangkapnya dan memeluk pinggang rampinng Kanaya dan menempel di tubuhnya.
Jarak mereka sangat dekat sehingga bisa tercium aroma masing masing dan menjadikan keduanya hilang konsentrasi karena hal tersebut.
Dada Kanaya berdegup kencang dia belum pernah sedekat ini dengan seorang pria selain dari keluarganya, tangan Kanaya menyentuh dada bidang Ares yang sangat keras karena memang terawat.
Mata Ares menatap Kanaya begitu lekat keduanya pandangannya turun ke arah bibir pasangannya, wajah keduanya sudah sangat dekat hingga mereka bisa saling meresakan hembusan nafas masing masing.
Tanpa terasa bibir mereka sudah bersatu dan karena ini adalah ciuman pertama bagi Kanaya maka dia tidak tahu harus apa dia telah menahan nafas hingga memerah pipinya.
"Bernafaslah..." Ares memerintahkanya untuk bernafas, sehingga untuk menghirup udara Kanaya sedikit membuka bibirnya dan saat itulah Ares menelusupkan lidahnya untuk mengapsen setiap tempat didalam rongga mulutnya.
Nafas Kanaya tersengal sengal karena ciuman panjang itu, Ares melepaskan ciumanya saat itu Kanaya menjauh darinya dan tersadar, di berikannya pakaian itu pada Ares dan dia berjalan keluar dari kamarnya.
Dadanya naik turun ini adalah pertama kalinya dia berciuman dan sungguh sensasinya sangat dahsyat, jantungnya masih belum stabil dia masih berdebar kanaya tidak tau bagai mana agar detak jantungnya normal kembali.
Akhirnya dia menarik nafas sambil menyentuh bibirnya yang membengkak karena Ares, masih belum sepenuhnya sadar Kanaya tidak menyadari Ares sudah berada di dekatnya.
Sedangkan Ares mengamatinya dengan teliti dilihatnya jari tangan Kanaya menyentuh bibirnya yang membengkak karena ulahnya tadi.
'Apa yang di lakukannya seperti belum pernah berciuman saja? atau jangan ...jangan itu adalah ciuman peramanya?!' Ares mebak sendiri apa yang di amatinya.
"Ehemm.... apa kau sudah siap? kita harus kerumah utama sekarang juga kita sudah terlambat dari waktu yang di tentukan kakek dan nenek pasti menunggu!" sambil tersenyum di dalam hati karena dia lah yang pertama mencicipi bibir ranum tersebut.
"Ah ... iya aku sudah siap" Kanaya terkejut dari lamunan karena deheman Ares dengan sedikit terbata menjawab perkataan Ares.
"Ayo berangkat kalau begitu" Sambil menggenggam tangan Kanaya Ares keluar dari apartemen kanaya.
Mereka memasuki lift dan menekan tombol ke bawah menuju basemen di mana mobil sportnya terparkir.
Kanaya masuk kedalam mobil dan Ares pun segera melajukan mobilnya menuju kediaman utama keluarga pratama.
Kendaraan mereka membelah jalanan ibu kota yang padat merayap yang tak pernah sepi.
tak butuh waktu lama mereka pun sampai di depan pelataran rumah besar yang bergaya moderen dengan banyak bunga yang tertanam rapi dan terawat di taman depan.
"Ehemmm.... kita harus segera masuk, kita nggak ingin diketahui bahwa pernikahan kita tidak romantis kan?" Ares menggenggam tangan Kanaya dan di letakkan di lenganya .
Melihat apa yang dilakukan Ares Kanaya hanya diam saja sambil mengatur detak jantungnya yang berdetak tidak sesuai keinginanya entah itu karena gugup bertemu dengan mertua atau karena sikap Ares.
Kanaya hanya menggangguk saat Ares mengatakan " Sudah siap?".
Mereka pun memasuki rumah mewah itu dengan Kanaya yang melingkarkan tangannya di lengan Ares.
"Kenapa kalian terlambat datang apa malam pertama masih kurang puas nanti bisa kalian lanjutkan lagi di kamar kalian, sekarang duduklah kakek ingin ngomong sesuatu sama kalian" Kakek menunjuk kursi di depannya.
Keduanya duduk di tempat yang ditu jukkan kakek dan saling berhimpitan membuat sesuatu di balik celananya menegang.
'Sial kenapa di saat seperti ini juniornya tidak bjsa dikontrol, tidak seperti biasanya kenapa hanya di dekat Kanaya aku bereaksi berlebihan,aku harus mengontrolnya' ucap Ares dalam hati.
"Sebenarnya ada apa kakek memanggil kami?" tanya Ares.
"Kalian kan pengantin baru, kakek ingin segera melihat cicit jadi kakek menghadiahkan perjalanan bulan madu buat kalian berdua untuk satu minggu ke Eropa" kakek berkata sambil menyerahkan dua tiket ke Eropa buat Kanaya dan Ares.
"Tapi kek apa nggak terlalu cepat ya kalau kami harus langsung mempunyai momongan" Kanaya berusaha untuk menghindari kontak fisik yang berlebihan.
"Benar apa yang di katakan Kanaya kek kami masih ingin menikmati waktu bersama" Ares menambahkan alasan untuk dibatalkannya acara bilan madu itu.
"Pokoknya kakek ingin Cicit dari kalian berdua jadi besok segera berangkat semua sudah di persiapkan kalian tinggal berangkat aja dan saat pulang aku mau ada berita bahwa Kanaya hamil" Kakek memaksa mereka berdua.
Ketika kakek sudah berniat sesuatu maka tidak ada yang bisa membuatnya mengubahnya.
Jika seperti ini maka tidak ada jalan lain selain menuruti ke inginan kakek, agar dia tidak melakukan kesalahan lagi dan lagi.
"Kakek bisakan untuk keberàngkatan kami di tunda dulu selama satu minggu kedepan, karena Ares ada rapat penting di minggu ini yang tidak bisa di wakilkan" Ares bertanya dengan wajah serius.
"Tidak bisa kah kalian mengalah pada kakek, mungkin saja umur kakek tidak lama lagi?" Kakek memberikan jawaban.
"Kami tetapakan berangkat tapi hanya waktunya saja yang tidak sesuai jadwal, lagian Ares dan kanaya harus mengurus cuti lagi di kantor kami masing masing" Ares menjelaskan.
"Baiklàh kakek akan menguŕus tiket ini agar bisa di pakai seminggu lagi, ingat seminggu lagi kalian harus benar benar berangkat" ancam kakek.
Pembicaran mereka sudah selesai dan final mereka akan bulan madu satu minggu lagi.
Semua keluarga berkumpul untuk makan bersama, hidangan sydah tertata rapi di meja makan panjang di mana semua orang yang merupakan keluarga inti yaitu Kakek, Nenek, Ayah, Mama, dan dua saudara kandung dari Ares beserta anak dan istrinya.
Mereka melihat Ares dan kanaya duduk berdampingan, mereka sedikit menggoda Ares yang tak mau kanaya jauh darinya agar mereka terlihat bahagia dan romantis.
Setelah makan siang Ares membawa Kanaya kekamarnya di lantai dua, kamar itu luas dan bersih dan rapi cuman warna aja yang kurang cerah warnanya cenderung gelap seperti karakter yang punya.
"Suamiku apa nggak sebaiknya warna di kamar ini di ubah ya?! agar terlihat segar dan tampak terang" Kanaya menyarankan.
Menatap Kanaya yabg baru saja memanggilnya dengan sebutan suami membuatnya jadi berasa aneh.
"Nggak perlu aku lebih suka begini" dengan pandangan Acuh menjawabnya.
"Ya sudah jika emang mau mu begitu! lagian aku hanya menyarankan saja kalau kamu suka atau tidak ya sudah!" Kanaya pun menanggapi dengan biasa saja.
Kanaya menuju ranjang king size dan merebahkan tubuhnya dan matanya mulai terpejam.
Saat Ares merasa sepi dia membalikkan tubuh menatap kesekeliling dan terakhir di lihatnya ranjangnya disana terbaring tubuh mungil Kanaya.
Ares mendekat dan mengamati tiap bagian tubuh mungil itu dari rambut hingga kaki.
'Sepertinya kamu capek aku akan membiarkanmu kali ini, saat kamu bangun kamu haris bersiap siap untuk pekerjaan yang lain.
Setelah mengamati cukup lama Ares mengecup kening Kanaya dan kemudian ikut membaringkan tubuhnya di samping Kanaya karena tubuhnya juga merasa capek karena semalaman tidur di sofa yang ada di apartemen Kanaya.
Setelah beberapa saat akhirnya Ares juga terlelap, mereka tidur disatu ranjang yang luas namun sepertinya udara AC nya terlalu dingin membuat keduanya salingmemeluk untuk mencari kehangatan disekitarnya.