Setelah mandi dan shalat ashar bareng, Ayu didandani oleh perias pengantin di kamar sebelah, sedangkan kamar pengantin mereka dibersihkan dan dihiasi kembali oleh staf hotel atas instruksi Farah.
Ayu selesai didandani dengan penampilan Ayu terlihat sangat elegan, memakai gaun hitam yang membentuk tubuhnya tapi lekukan bagian pinggul hingga kakinya tertutup oleh rok lebar tambahan yang dikaitkan dipinggul bagaikan sabuk.
Kerudungnya perpaduan pashmina hitam yang dikombinasikan dengan pashmina gliter dengan gaya saling membelit dibagian atas kening dan belakang kerudung dibentuk agak tinggi dengan ujung kerudungnya dibiarkan terurai di belakangnya bagaikan rambut digaya ikat tinggi ekor kuda atau high ponytail. Dalaman kerudungnya memakai daleman ninja supaya menutupi bagian leher. Ditambah bagian paling luar kerudung diberi aksesoris perhiasan emas di kepala seperti orang India yang disebut Matha Patti yang dipasangkan pada daerah perbatasan kerudung dan kening, berbentuk melengkung sehingga membentuk alur kepala.
Riasannya tebal karena resepsinya malam hari supaya tidak terlihat pucat, dengan eyeshadow smokey eyes perpaduan warna silver, gold dan black dengan bulu mata palsu yang membuat bulu matanya semakin panjang dan tebal. Alis asli Ayu tetap dipertahankan, hanya dibentuk sedikit sehingga alisnya tetap terlihat natural. Sedangkan hidung dan pipinya hanya diberi sentuhan shading tipis karena hidung Ayu sudah mancung dan pipinya tirus alami, hanya bibirnya dihiasi dengan lipstik merah ruby.
Sedangkan Penampilan Rashid memakai Kandura putih dan kepalanya memakai Gutra berwarna putih dengan pengikat tali kepala berwarna hitam. Ditambah Kanduranya dilapisi dengan outerwear jubah hitam dengan garis emas dipinggirnya berbahan wol tipis yang disebut dengan Bisht. Bisht dulu dipakai saat musim dingin, tapi kini dipakai untuk berbagai acara keistimewaan misalnya pernikahan, festival, wisuda dan lebaran atau acara formal lainnya.
Selama berdandan, waktunya dijeda untuk shalat magrib terlebih dahulu, dandanannya waterproof sehingga tak luntur terkena air. Sebelum ke gedung tempat resepsi, Ayu dan Rashid shalat isya dulu karena acara mereka akan berlangsung hingga tengah malam.
- * * * -
Jam 8 malam, mereka berdua turun ke gedung resepsi. Mereka dikawal dengan para penari pria yang gagah berjumlah 6 orang mengenakan pakaian khas negeri Timur Tengah Kandura warna putih dan sorban atau Ghutra putih, mereka berjalan dan mengacung - acungkan pedang dengan menarikan tarian pedang bagaikan kesatria yang disebut Tari Adhar.
Setelah Rashid dan Ayu tiba di gedung resepsi dan duduk di singgasana mempelai pengantin, para penari pria berlanjut berbaris menarikan tarian Adhar mengelilingi dalam gedung resepsi. Tarian Adhar disertai dengan berbagai instrumen perkusi. Tak perlu lama, para tamu undangan yang telah hadir mengikuti gerakan para penari dibelakangnya sehingga suasana tambah meriah.
Gedung indoor resepsinya ditata dengan dekorasi dan peralatan serba putih. Ayu baru kali ini melihat pernikahan dengan tamunya semua berjenis kelamin pria dengan baju koko serba putih sebagai dress code resepsi pernikahan mereka.
Di gedung ini yang hanya berjenis kelamin wanita adalah dirinya, hanya Ayu saja yang memakai pakaian hitam sehingga mereka berdua terlihat mencolok diantara para tamu yang mengenakan pakaian serba putih.
"Semua tamunya pria, kemana tamu wanitanya? Apa mereka tak membawa pasangannya?" tanya Ayu yang heran.
"Beginilah gaya pernikahan budaya Qatar, Sayang" jawab Rashid.
"Oh begitu. Tamu wanitanya kapan?" tanya Ayu.
"Besok malam di villa kita" jawab Rashid.
"Oh.." komentar Ayu akhirnya.
Selesai menari, para tamu berdatangan ke arah mereka untuk mengucapkan selamat. Lalu para tamu meminum kopi Arab yang disebut Qahwa yang rasanya pahit karena tak memakai gula. Pemanisnya dengan memakan cemilan seperti kurma muda segar yang disebut Ruthob, kurma kering, beragam biskuit manis khas Arab yang disebut Halawat dan cokelat.
Ayu perhatikan juga di sini tak ada tempat amplop dan mereka tidak menerima amplop uang maupun kado dari para tamunya. Tapi wajar sih seorang pangeran tak kekurangan uang, uang dari amplop mungkin dianggapnya recehan bagi Rashid.
Walaupun ada panggung pelaminan tempat pengantin disediakan untuk duduk bagaikan singgasana raja dan ratu semalam, tapi Rashid tak lama duduk di sana, ia mengajak Ayu turun dan berbaur dengan para tamu undangan.
Mereka berkeliling bersalaman dan mengobrol dengan para tamu undangan sehingga tercipta suasana akrab antara tamu dengan mempelai pengantinnya. Mereka berdua juga ikut menari tarian sederhana masyarakat Qatar dalam berpesta.
Kursi untuk para tamu undangan di tempatkan ditiap pinggir tembok yang kursinya menghadap ke arah tengah - tengah ruangan sehingga para tamu undangan yang duduk dapat menikmati pertunjukan tarian selanjutnya dari penari pria dan para tamu undangan yang ikut menari tarian orang Qatar dengan gerakan yang mudah.
Para tamu berjejer sebaris saling berpegangan tangan kiri dan kanannya, yang bergerak itu kaki mereka dengan gerakan di tempat, kaki kanan maju dan jejakkan kakiknya di lantai sedangkan kaki kiri hanya diangkat saja setinggi lutut lalu kaki kiri mundur dengan jejakkan kakinya di lantai sedangkan kaki kanan hanya diangkat saja setinggi lutut, ulangi lagi gerakan seperti semula hingga beberapa kali lalu tariannya digantikan oleh tamu lainnya yang menarikan tarian yang sama sehingga semua tamu menarikannya sebagai bentuk merayakan pesta.
Suasana begitu ramai dipenuhi oleh tamu yang datang silih berganti. Saking penasaran, Ayu bertanya "Banyak sekali tamunya. Bukankah Abang tak lama tinggal di Indonesia tapi kenapa begitu ramai tamu yang hadir? Lagipula tamu - tamunya kebanyakan warga lokal, sedikit orang Timur Tengah maupun bulenya" komentar Ayu.
"Yah kenalanku sedikit, kebanyakan tamu undangan dari pegawai hotel ini atau pegawai yang jasanya pernah di sewa" jawab Rashid.
"Oh gitu.. pantesan banyak yang hadir" kata Ayu.
Beberapa detik kemudian "Eh tunggu, kenapa pegawai hotel datang di pernikahan kita sebagai tamu? Bukannya aku menganggap remeh profesi mereka, tapi kenapa mereka diundang?" tanya Ayu
"Itu karena kita adalah bos mereka" kata Rashid.
"Hah? Bos gimana?" tanya Ayu
"Hotel ini sekarang milik kita. Jadi wajar kita mengundang pegawainya kan" jawab Rashid dengan entengnya.
Kagetlah Ayu bahwa Rashid sebagai pemilik hotel ini. Walaupun Ayu belum mengelilingi semua daerah hotel ini, tapi Ayu melihat sekilas luas hotel ini sangat luas apalagi di plang namanya ada tulisan golfnya, pasti luas banget wilayahnya.
Para tamu undangan selain dihibur dengan tarian, tetapi juga dihibur dengan nyanyian baik dari negeri Qatar maupun dari negeri sendiri. Artis penyanyinya didatangkan langsung oleh Rashid seperti Essa Al-Kubaisi, Ali Abdul Sattar dan Bader Al-Rayes.
Selain penyanyi solo, paduan suara juga dinyanyikan sebagai lagu tradisional yang dulunya menyanyi untuk memberikan semangat kepada nelayan mutiara di kapal ketika mata pencaharian Qatar berupa mutiara.
Sedangkan grup musik lokal yang diundang dalam acara mereka yaitu Debu. Debu beranggotakan dari berbagai negara yang berbasis di Indonesia yang membawakan lagu kaya nuansa dengan dentaman rebana pada paduan alunan irama ala Timur Tengah, country bahkan jazz. Selain rebana, alat musiknya juga dari berbagai negara seperti Santur dari Iran, Tambura dari Turki, Gendok - gendok dari Sulawesi Selatan yang digabungkan dengan harmonis bersama harpa, biola, bass dan berbagai jenis perkusi.
Acara resepsi berlangsung hingga tengah malam. Sebelum acara resepsi berakhir, gedungnya kemudian diseting ditempatkan meja dan kursi, tiap meja 8 kursi dengan total 50 meja. Di atas meja disajikan hidangan penutup resepsi dengan menu salah satu nasi khas Arab yaitu nasi Biryani karena Ayu menyukai rasanya beserta daging kambing atau daging unta yang daging untanya diimport dari Qatar, disajikan dengan nampan berukuran besar. Para tamu memakannya bersama - sama dalam satu nampan tanpa piring kecil. Kalau di negeri disebut bacakan.
Akhirnya pesta resepsi pernikahan mereka di hari pertama berakhir juga, jam menunjukan jam 12 malam. Ayu sangat lelah dan mengantuk hingga ia digendong ala bridal style lagi oleh suaminya.
Ayu memegang gaun kebayanya yang bagian belakang sangat panjang supaya tidak terinjak oleh Rashid. Kepala Ayu disandarkan ke pundak Rashid, gendongan Rashid sangat nyaman bagaikan naik ayunan yang diayun ayun dengan gerakan lambat hingga tak terasa Ayu tertidur dalam pelukannya.
Rashid yang menyadari bahwa Ayu mengantuk dan tertidur dalam pelukan gendongannya, maka berjalan dengan pelan - pelan supaya tak membangunkan Ayu hingga sampai di penthouse mereka, lalu membaringkannya di ranjang mereka.
Dengan hati - hati, ia membuka semua baju Ayu. Baginya membuka itu gampang daripada memakaikan baju tidur yang agak sulit dan takut membuat Ayu terbangun sehingga dibiarkan saja Ayu tidur dalam keadaan tak berbusana. Ia pun ikut membuka baju, hanya celana dalam boxer saja yang dipakai. Lalu ikut tidur disamping Ayu dan memeluknya, tubuh mereka diselimuti bed cover karena cuaca terasa dingin walaupun AC tak dinyalakan karena daerah Puncak terasa dingin saat malam hari.