Diambilkannya sisir rambut wide toothed comb atau sisir yang bergigi lebar supaya tak kusut disisir di rambut Ayu. Sambil menyisir dan membelai rambut Ayu, Rashid bertanya
"Apakah warna rambut ini asli atau kau mengecatnya?" tanya Rashid.
"Kenapa memangnya? Ini asli tau" tanya Ayu dengan sewot.
"Jangan marah dulu donk! Warnanya bagus kok terlihat berkilau alami. Wanita sini dan wanita Qatar pasti akan iri. Untuk mendapatkan rambut seperti ini pasti rambutnya diwarnain dan perawatan khusus mempertahankan kilauannya" jawab Rashid.
"Tapi untuk ukuran wanita Rusia, kau sedikit aneh dengan bermata dan berambut coklat, biasanya mereka tergolong ras pirang. Apakah ada keluargamu yang sama sepertimu?" tanya Rashid.
"Entahlah, akupun merasa begitu. Waktu kecil sih tidak memperhatikannya, tapi setelah dewasa baru menyadarinya dan keluarga ibuku semua bermata biru. Hanya anak ibuku saja yang berbeda, kakak pertama dan kakak ke 3 bermata biru, sedangkan kakak ke 2 dan si bungsu bermata hitam" jawab Ayu.
"Mungkin genmu seimbang, tak ada yang dominan baik dari pihak ibumu yang bermata biru maupun dari pihak ayahmu bermata hitam sehingga tercampur dan terbentuk warna mata yang baru yaitu coklat. Lagipula aku lebih suka coklat, sehingga setiap kali melihatmu ingin rasanya aku memakannya" jawab Rashid.
"Benarkah? Apakah aku tidak aneh? Mungkin saja aku bukan anak dari ayahku atau bukan dari keduanya" jawab Ayu yang sedih memikirkan hal ini.
"Hust!!! Jangan berprasangka buruk dulu! Itu tidak baik. Mereka adalah orang tuamu yang sudah meninggal, jadi harus menghormati mereka! Perihal kau anak kandung mereka atau bukan, tak masalah bagiku" Jawab Rashid.
"Kecuali jika Neng ingin menyelidikinya, Abang bisa membantu mencarinya hingga tuntas" kata Rashid menambahi.
Ayu hanya menggeleng kepala "Tidak perlu. Sekarang aku sudah menikah jadi keluargaku sekarang adalah kau" jawab Ayu.
Senyum Rashid terkembang di bibirnya, ia senang mendengar Ayu mengakui bahwa mereka menjadi keluarga.
Setelah Ayu terlepas dari ikatan rambutnya, Ayu ke kamar mandi. 3 menit sudah keluar lagi sehingga Rashid berkomentar "Cepat sekali mandinya. Tapi kok belum berganti pakaian". Komentar Rashid yang keheranan. Terlihat wajah Ayu yang segar habis cuci muka dan terbebas dari riasan wajahnya.
"Gak mandi ko, hanya cuci muka dan wudhu saja. Kan sebentar lagi waktunya shalat dzuhur" kata Ayu.
"Kau sungguh wanita muslim yang taat, beruntungnya aku mempersuntingmu. Yuk shalat bareng" komentar Rashid yang segera ke kamar mandi untuk berwudhu.
"Dimana mukena dan sajadahnya?" teriak Ayu dari dalam kamar tidur.
"Periksa saja dilemari! Seserahan tadi sudah dimasukan ke dalam lemari" kata Rashid.
Maka Ayu ke ruangan ganti baju yang tiap sudut ruangannya berupa lemari baju yang diseting sesuai sudut ruangannya, lalu diperiksanya tiap lemari baju dan laci sehingga mukena dan sajadahnya ketemu.
Ayu juga sekalian berganti pakaian dengan pakaian daster yang nyaman sepanjang mata kaki dan berlengan pendek berwarna biru dengan motif bunga dengan kancing hingga dada.
Mereka shalat dzuhur berjamaah untuk pertama kalinya sebagai suami istri, Rashid sebagai imam dan Ayu sebagai makmumnya.
Selesai mereka shalat, Rashid berkata
"Jumlah keluarga ini sangat kecil hanya kita berdua, bagaimana kalau kita memperbesar jumlah anggota keluarga kita supaya kau tidak kesepian?" ucap Rashid.
"Bagaimana?" tanya Ayu yang masih polos.
"Aish.. Yah setidaknya untunglah pemikiranmu masih polos" komentar Rashid.
"Apa hubungannya?" tanya Ayu lagi yang semakin tak mengerti.
"Maksudnya ayo kita bikin anak yang banyak! Hamba siap mengemban tugas yang mulia ini" Rashid berada di belakang Ayu dan berbisik di telinga Ayu dengan nada rendah dan mendesah yang berhasil membuat bulu kuduk Ayu merinding nikmat.
Melihat reaksi Ayu, Rashid lalu meniup telinga Ayu.
"Udah ah geli" protes Ayu.
"Aha belum apa - apa, aku sudah mendapatkan titik sensitifmu Sayang. Jadi tidak sabar, titik sensitifmu yang lain berada dimana lagi?"kata Rashid yang gembira akan penemuannya itu.
Segera diangkat tubuh Ayu dan digendongnya dengan gaya bridal style menuju ranjang mereka. Selama berjalan, mata mereka saling memandang. Tanpa sadar Ayu membasahi bibir keringnya dengan lidahnya yang mengintip keluar sehingga membuat Rashid semakin bergairah.
Kali ini dilemparkannya Ayu ke atas ranjang yang membuat Ayu kaget. Sebelum protes, tubuh Ayu ditindihnya dan bibir Ayu sudah dibungkam oleh bibir Rashid yang mencium Ayu dengan gerakan sensual sehingga membuat mulut Ayu terbuka dengan sendirinya yang dimanfaatkan lidah Rashid untuk menerobos masuk ke dalam mulut Ayu.
Masih dalam keadaan berciuman, tangannya meraba - raba tubuh Ayu dari balik dasternya yang sebelumnya tersibak dengan ujungnya terangkat sampai pahanya, jemari Rashid naik ke atas hingga bagian dada Ayu yang tertutup beha lalu diremasnya dengan lembut yang membuat Ayu merasakan sensasi kenikmatan hingga tak sadar mengeluarkan erangan.
Erangan Ayu terdengar merdu di telinga Rashid lalu bibirnya Rashid berpindah ke telinga Ayu, kali ini lidah Rashid menjilat daun telinga Ayu lalu digigitnya lembut. Hal ini membuat Ayu menggeliat disertai erangan penuh kenikmatan.
Ayu yang begitu responsif akan sentuhannya, membuat gairahnya terbangkitkan kembali. Tak sabar tangan Rashid membuka kancing depan dasternya yang hanya sampai dadanya saja.
Setelah terbuka semua kancingnya yang hanya 3 kancing, Rashid menggeserkan bagian depan daster Ayu ke samping yang sekarang kancingnya sudah terbuka sehingga terlihatlah payudara Ayu yang tertutup beha yang kaitannya ada di depan.
Dengan sekali membuka kaitan beha, terbebaslah payudara Ayu dari penyangga beha yang menyangganya. Terlihat salah satu payudara Ayu diantara belahan daster yang kancingnya terbuka. Payudaranya yang bulat dan kencang dengan puting yang sudah mengeras seakan memohonnya untuk mencicipinya.
Seketika kejantanannya meresponnya menjadi ukuran full yang sebelumnya sudah berereksi setengah, sehingga terasa sesak terkekang oleh celananya. Buru - buru ia melepaskan celana panjangnya yang disusul oleh celana dalamnya sehingga kejantanannya terbebas merdeka dari kekangan yang selama ini menutupinya.
Ayu yang daritadi melihat Rashid, otomatis memperhatikan tiap gerakannya hingga akhirnya terlihatlah seluruh tubuh Rashid yang berdiri di tepi ranjang.
Pandangannya terpaku pada Mr.P Rashid yang berdiri tegak dengan bentuk ukurannya dibatas ukuran normal dengan kepalanya sebesar kepalan tangan anak remaja dan panjangnya entah berapa sentimeter itu. Barulah ia merasa takut akan Rashid yang Mr.P nya sungguh besar sekali. Tiba - tiba tenggorokan Ayu kering, lalu ia menelan ludah dan memalingkan muka.
Rashid yang melihat ekspresi Ayu yang takut melihat kejantanannya ini, barulah tersadar bahwa kejantanannya mungkin bagaikan monster di mata Ayu karena berdasarkan survey penelitian bahwa ukuran kejantanan pria dinegaranya memang lebih besar daripada pria di Indonesia, tapi jika dibandingkan dengan Rusia, samalah ukuran mereka.
Rashid berjalan ke sisi ranjang lain dan duduk di sebelah Ayu. Diangkatnya dagu Ayu menghadapnya sehingga mata mereka bertemu.
"Apakah kau takut padaku?" tanya Rashid.
"Entahlah" jawab Ayu.
"Apakah karena kejantananku ukuran ereksinya seperti ini?" tanya Rashid.
"Memangnya berapa ukurannya?" tanya Ayu
"17,15 cm"
"Wow" hanya itu yang dapat mengungkapkan keterkejutan Ayu dengan mata yang terbelalak.
"Maaf" kata Rashid.
"Kenapa kau meminta maaf? Bukankah tiap pria itu bangga akan Mr.P nya yang besar?" tanya Ayu.
"Biasanya sih kejantananku tidak pernah membuatku terganggu. Tapi akhir - akhir ini dia sering menggangguku sehingga aku harus menenangkan diri dulu supaya dia normal kembali" jawab Rashid.
"Kenapa memangnya?" tanya Ayu dengan polosnya.
"Aduh sayang.. Kalau 'dia' lagi aktif, aku jadi kesakitan karena 'dia' memberontak terkurung meminta dibebaskan. Jika orang lain dapat melihatnya, membuatku malu" jawab Rashid.
"Oh.. begitu" komentar Ayu.
"Aku berjanji tidak akan memaksakan sesuatu yang tidak Neng mau, termasuk dalam hal seks" janji Rashid.
"Tapi kita kan sudah sah menikah, sebagai seorang istri harus melaksanakan kewajibannya melayani suami, termasuk dalam hal seks" ucap Ayu.
"Aku tidak ingin Neng menjadi takut" jawab Rashid.
"Bagaimana kalau kita coba dulu? Mungkin akan berhasil" kata Ayu.
"Benarkah Sayang?" tanya Rashid.
Anggukan kepala Ayu saja sebagai jawabannya.
Rashid mendekatkan wajahnya ke wajah Ayu secara perlahan, lalu diciumnya bibirnya Ayu yang sudah menanti ciumannya dengan mata Ayu terpejam sebelum ciuman mendarat di bibirnya.
Mereka berciuman dalam posisi duduk di tepi ranjang. Ciuman mereka langsung berubah menjadi hot karena Ayu berperan aktif dalam ciuman mereka dengan mengalungkan tangannya ke leher Rashid.
Masih dalam keadan berciuman, diangkatnya daster Ayu dan di lepasnya behanya juga sehingga Ayu bertelanjang dada. Beberapa saat kemudian, mereka berhenti ciuman untuk mengambil nafas, namun Rashid tak berhenti sampai situ, ciumannya berlanjutnya turun ke dagu, turun lagi ke lehernya dan digigit ringan kulit leher Ayu dibawah telinganya.
Berlanjut lagi turun hingga berhenti di belahan payudara Ayu. Tercium wangi tubuh Ayu yang membuatnya semakin bergairah, padahal wanginya bukanlah dari parfum tapi dari wangi tubuh alami Ayu sendiri yang bercampur dengan keringat. Biasanya ia tak menyukai wangi tubuh seseorang, yang menurutnya bau tetapi entah kenapa ia tak merasakan hal itu terhadap Ayu.