Chereads / Terjerat Kawin Kontrak / Chapter 21 - Ayu Pindah ke Desa

Chapter 21 - Ayu Pindah ke Desa

Tiba - tiba terbersit pikiran akan mister Josef yang mengetahui kisahnya dan bersedia untuk menolongnya, bahkan kartu namanya masih tersimpan di dompet Ayu. Segera Ayu mencari dompet di dalam tasnya, dibongkarnya dompet itu yang berisi beberapa kartu nama. Akhirnya kartu nama yang dicari, ditemukan juga. Lalu ia bertanya ke teman - temannya mengenai pendapatnya yang akan meminta pertolongan dari wali kelasnya dulu di SMP.

Mereka semua setuju, kecuali kakek Xinxin yang menawarkan Ayu untuk tinggal di Singkawang, Kalimantan Barat, tempat almarhumah ibu Xinxin tinggal. Namun Ayu merasa sudah sangat merepotkan kakek Xinxin, sehingga ia akan mencoba mencari bantuan selain dari mereka, hanya untuk sementara waktu karena kedepannya ia akan hidup mandiri.

Akhirnya Ayu menghubungi pak guru Josef.

'kring..' deringan sekali telepon langsung diangkat disana.

"Hello.. this is Josef calling" terdengar suara mister Josef dalam bahasa aslinya.

"Halo mister Josef, ini Ayu yang dulu wali murid bapak di kelas VIII A" jawab Ayu.

"Ayu siapa ya? Maaf banyak murid yang namanya Ayu" kata pak guru.

"Ini lho Eneng Ayu Duschenka blesteran Indo Rusia yang membagikan surat pernikahan bapak. Bapak kan yang nyuruh Ayu waktu itu" terang Ayu mengingatkan.

" Oh Ayu yang itu, bagaimana kabarnya? Sudah lama ya. Rupanya kartu nama bapak tidak dibuang karena tidak pernah sekalipun Ayu telpon bapak, sepertinya bapak gagal sebagai wali kelas yang tidak dekat dengan wali muridnya. Sedihnya.." tutur pak guru sambil berpura - pura sedih.

"Maaf pak, baru kali ini Ayu bisa menelepon Bapak" jawab Ayu

"Ada apa tiba - tiba menelepon?" tanyanya.

"Maaf pak, ini mengenai penawaran bapak waktu itu.." kata Ayu dengan nada ragu - ragu untuk menjelaskannya.

"Oh penawaran itu, Ayu ada masalah ya? Ayo ceritakan saja! Pasti bapak bantu semampunya" bujuk pak guru untuk menjelaskan permasalahannya.

"Maaf pak, bisakah bapak ada tempat untuk Ayu sembunyi saat ini?" tanyanya tiba-tiba.

"Sembunyi? Memangnya kenapa Ayu harus sembunyi? Ada apa? Apakah Ayu terjerat hukum dan lari dari kepolisian?" tanya pak guru lagi.

Maka diceritakanlah semua peristiwa yang dialaminya tadi sehingga pak guru Josef mengerti keadaannya.

"Baiklah kalau begitu. Dimana Ayu sekarang?" Tanya pak guru Josef.

"Sekarang Ayu menginap di rumah teman, tapi tidak bisa lama - lama di sini takut ketahuan bibi" terangnya.

"Baiklah besok Bapak akan menjemput" kata pak guru Josef.

Lalu Ayu menyebutkan alamat rumah Aminah berdasarkan KTP ibu Aminah dan arah jalan ke rumahnya. Setelah selesai menelepon, mereka pulang ke rumah masing - masing kecuali Ayu yang menginap di rumah Aminah.

- * * * -

Keesokan harinya, ternyata benar saja tebakan mereka. Bibi Ayu datang ke sekolah menanyakan semua murid mengenai keberadaan Ayu. Mereka tentu saja tak memberitahu mengenai keberadaannya karena mereka ingin melindungi Ayu dari bibinya itu. Entah apa yang akan terjadi apabila bibinya menemukan Ayu, tak terbayangkan, tapi pastinya mereka akan memperlakukan Ayu dengan lebih buruk lagi apalagi sekarang ada paman tirinya yang mencoba mengambil kehormatan Ayu secara paksa.

- * * * -

Sore harinya datanglah pak guru Josef bersama istri dan anak bayi mereka.

"Maaf telat, mandiin putri tercintaku dulu baru bisa datang kemari" terang pak guru Josef yang membanggakan putrinya yang gendut lucu menggemaskan itu.

"Tidak apa - apa. Maaf tiba - tiba merepotkan pak guru sehingga datang ke gubuk kami" jawab Ayah Aminah sambil merendah.

"Gubuk apanya, rumah bagus begini, adem lagi" kata bu Nia, istri pak guru sekaligus kepala sekolah Ami dulu.

Mereka pun saling berkenalan, dan bercerita mengenai hal lainnya hingga terjalin suasana akrab walaupun mereka baru pertama kali bertemu dengan ibu Nia. Sedangkan pak guru Josef, mereka pernah 2x bertemu sewaktu urusan sekolah dulu. Namun sekarang semakin akrab karena kepedulian mereka terhadap Ayu hingga mereka bagaikan satu keluarga.

Malam harinya Ayu dibawa pulang ke rumah mereka. Namun Ayu tinggal sebentar disana, takut kalau lama-lama ia tinggal satu kota dengan bibinya maka akan dengan cepat ditemukan tempat persembunyiannya.

Awal rencananya Ayu akan memulai hidup mandiri di luar kota, namun bu Nia menawarkan Ayu untuk tinggal dan merawat ibunya yang tinggal di desa, apalagi ibunya seorang diri yang kesepian disana semenjak kepergian almarhum bapaknya. Akhirnya Ayu luluh juga dengan rayuan bu Nia yang memperlihatkan wajahnya yang memelas sedih.

- * * * -

Akhirnya pada hari minggu, Ayu dipindahkan dari rumah mereka ke rumah Ibunya bu Nia di daerah pedesaan di Kampung Kadu Bangkong, Desa Purwaraja, Kecamatan Menes, Kabupaten Pandeglang, Banten. Bibinya tak mungkin mudah menemukan Ayu disana.

Sebelum tiba disana, awalnya Ayu membayangkan akan tinggal di rumah yang penduduknya sedikit dengan rumah yang sedikit, jarak antar rumahnya berjauhan karena terletak di sebuah desa, di lereng gunung Pulosari. Namun ternyata setibanya di sana, desanya sudah termasuk sedikit kota karena penduduk rumahnya sedikit rapat walaupun tak serapat di kota besar dan masih banyak terdapat pohon - pohon sekitar rumah, tapi kenyataannya sedikit berbeda dari yang ia bayangkan semula. Apalagi rumah Kampung Kadu Bangkong Desa Purwaraja berada di pusat Menes dan dekat dengan Alun - Alun Menes dan pasar Menes serta sekolahnya yang baru.

Ayu melanjutkan sekolah SMAnya di Perguruan Islam atau Madrasah Aliyah MALNU (Mathla'ul Anwar Linahdlatil Ulama) yang berada di alun - alun timur Menes yang merupakan sekolah berasrama dengan sistem pondok pesantren Salafiyah dan modern. Pemisahan kelas berdasarkan gender, jadi murid perempuan dan laki - laki dipisah. Siswa dan guru laki - laki wajib mengenakan peci, kemeja berlengan panjang dan celana panjang, sedangkan siswi dan guru perempuan mengenakan hijab, kemeja berlengan panjang dan rok panjang.

Karena letak rumah Nenek Siti (ibunya bu Nia) dekat dengan sekolahnya dan dia hanya seorang diri di rumahnya, maka Ayu boleh pulang pergi walaupun dia mondok pesantren di situ karena sekolahnya tak seperti pesantren kebanyakan yang mewajibkan muridnya tinggal di pesantren. Walaupun Ayu harus berangkat subuh ke sekolahnya karena pelajaran sudah dimulai sejak dini hari dengan kegiatan salat subuh berjamaah dan mengaji bersama.

Mata pelajarannya bukan hanya mengenai keagamaan saja, pelajaran umum SMA pun dipelajari karena ujian nasionalnya sama seperti kebanyakan SMA pada umumnya, hanya saja sarat kelulusan ditambah dengan UKD (Ujian Kompetensi Dasar) sebagai syarat kelulusan yang materinya berupa hafalan surat Al-Qur'an, doa - doa, kemampuan retorika, dll. Banyak lulusan sekolah ini bahkan melanjutkan ke universitas ternama di seluruh negri.

Ayu yang merupakan murid pindahan kelas XI pada pertengahan tahun pelajaran, baru pertama kali sekolah ke Islaman walaupun dulunya belajar mengaji namun ternyata lebih dari itu sehingga jauh tertinggal dari teman - teman sekelasnya. Selain itu, baru pertama kalinya ia mengenakan hijab pada kegiatannya sehari - hari karena dulunya ia mengenakan hijab hanya pada saat mengaji dan menghadiri acara kerohanian saja. Awalnya memang sulit namun lama - lama terbiasa juga, apalagi terbantu dengan cuaca adem di daerah pegunungan jadi tetap nyaman mengenakannya seharian.

Sejak saat itulah Ayu tinggal di pedesaan dan menjadi kembang desa yang kecantikannya tersohor seKabupaten Pandeglang dan seKabupaten Lebak hingga seKota Serang yang semuanya berada di Provinsi Banten, letak 4,5 jam dari Jakarta menuju Menes.