Selama menunggu kabar dari detektif, suatu hari Ayu pulang sekolah. Di rumah kosong tak ada siapa - siapa karena tak ada pembantu yang dulu selalu berada di rumah. Sekarang keadaan ini sudah menjadi hal yang biasa, semua punya kesibukannya masing - masing.
Bibinya sudah jadi ibu - ibu sosialita yang sering kumpul dengan temannya memamerkan kekayaannya masing - masing, paman tirinya bekerja di firma hukumnya, sepupunya Liza sekolah dan sering hangout bareng temannya di mall, sedangkan kakak sepupunya Zainal pindah keluar kota semenjak diterima di perusahaan bidang arsitek di Bandung. Karena merasa sendiri maka Ayu ke kamar untuk ganti baju seragamnya dengan pakaian yang nyaman dipakai tanpa mengunci kamar tidur.
Namun tiba - tiba pintu kamar dibuka, paman tirinya yang pengacara itu masuk ke kamar Ayu lalu mengunci mereka di dalam kamar lalu kuncinya dicabut dan dimasukan ke dalam kantong celana panjangnya. Ayu yang dalam keadaan hanya memakai pakaian dalam dengan posisi badan menghadap pintu, segera berbalik memunggungi sang paman tiri dan segera menggapai kaos yang akan dipakainya yang tadi diletakannya diatas kasur. Tapi gerakannya terhenti karena paman tiri merangkul dan mencium lehernya dari belakang.
Ayu meronta, lalu menyikut ke arah belakang mengenai pinggang paman tiri, dilanjutkan dengan menginjak sekuat tenaga kaki paman tirinya hingga terlepas pelukannya.
Ayu mengusirnya "Pergi kau! Mau apa kesini!?" bentaknya sambil mengambil kaos yang sedari tadi disiapkan akan dipakainya.
"Ayolah jangan sok jual mahal. Aku tau kau wanita murahan, nilai baguspun pasti dari hasil menjual diri dengan guru - guru disekolah. Dan kau juga dapat dari mana uang untuk membeli baju baru dan buku - buku sekolah karena aku tau berapa uang yang bibimu berikan yang hanya mencukupi ongkos ke sekolah saja. Kalau kau puaskan aku, akan kuberi lebih daripada yang biasa kau terima" ejek paman tiririnya.
"Aku bukan wanita seperti itu. Dapat uang juga dari hasil dagangan Ayu disekolah, bukan wanita murahan seperti yang kau kira" elak Ayu sambil memakai kaos dan bergeser perlahan menuju lemari pakaian untuk mengambil celana yang tadi belum sempat dikeluarkan dari lemari pakaian.
"Benarkah? Gak percaya. Mana mungkin tubuh indah montok begini belum pernah terjamah satupun pria untuk dinikmati. Berarti kau rugi" ejek paman tirinya.
"Kau pikir aku apa?" kata Ayu sambil memakai celana jeans yang ditemukan dilemarinya.
"Kenapa repot - repot memakai baju, akhirnya nanti dilepas juga" keluh paman tirinya dan mulai bergerak mendekati Ayu karena kesakitan akibat injakan kaki Ayu tadi sudah menghilang.
"Kemarilah gadis manis, mendekatlah ke paman! Paman akan berikan apapun yang kau minta asalkan serahkan tubuhmu yang indah itu untuk dinikmati, pasti lebih lezat, sempit dan kenyal daripada bibimu yang sudah tua bangka itu. Kalau saja bukan demi harta, mana sudi aku bersama bibimu. Tapi kalau demi kau, aku rela meninggalkannya. Dia pasti mau menandatangani surat cerai karena rahasianya ada digenggaman tanganku" rayunya agar Ayu menuruti kemauannya.
"Tua bangka, rahasia apa yang kau tau?" tanya Ayu yang mencoba mengorek informasi.
"Itu rahasia. Tapi kalau kau mau tau, kemarilah dan menuruti semua perintahku!" bujuk paman tirinya lagi.
"Tidak sudi, ingat umur! Dasar tua - tua keladi" bentak Ayu.
"Ayolah.. Jangan sok jual mahal. Sekali nyicip pasti nanti ketagihan minta terus. Gini - gini tiap malam aku memuaskan bibimu hingga dia lelah terpuaskan" ucap paman tiri Ayu dengan bangga.
"Bibimu yang tua bangka aja aku bisa layani hingga dua jam. Apalagi kalau ngesex dengan perawan yang belum terjamah, pasti akan berlangsung semalaman. Akan kubuat kau jadi hipersex, bersiap - siaplah" ucap paman tiri sambil loncat menerkam Ayu dari depan.
Dalam posisi saling berhadapan, paman tiri loncat menerkam Ayu, namun Ayu bereaksi dengan menarik tangan paman tiri ke belakang pinggang Ayu, lalu membungkukan badan sambil terus menarik tangan paman tiri hingga tangannya menyentuh lantai sehingga otomatis tubuh paman tiri terbawa mengikuti tangannya yang ditarik oleh Ayu sehingga tubuh paman tiri terbanting ke depan membentur lantai yang keras.
Paman tiri dalam keadaan jatuh terlentang dilantai, Ayu segera membungkuk untuk merogoh kunci di celana paman tirinya. Setelah ditemukan, segera berlari ke arah pintu dan membuka kuncinya. Namun sebelum pintu dibuka, pamannya menyudutkannya di pintu dalam posisi Ayu menghadap pintu kayu dan dihimpit badannya dari belakang oleh paman tiri.
Dalam keadaan marah atas perbuatan Ayu tadi, maka paman tiri memakai cara kasar dengan menjambak rambut Ayu yang ditarik sekuat - kuatnya ke arah belakang sehingga Ayu tak dapat keluar dari kamar.
Tak kehabisan ide, dengan keahlian bela diri yang dilatih bersama teman - temannya itu, Ayu berbalik badan dan menendang selangkangan paman tirinya dengan lutut Ayu hingga otomatis rambutnya terlepas dari genggaman tangan paman tiri yang menunduk kesakitan memegang alat kemaluannya yang sudah mengeras itu yang terasa bagaikan patah terhamtam batu besar.
Ketika muka paman menghadap menatapnya dalam keadaan badan masih membungkuk, segera Ayu mencolok matanya yang otomatis badan paman tiri membelakangi Ayu untuk menghindari dari colokan mata yang kedua. Namun kesempatan itu tak disia - siakan Ayu, Ayu mengepalkan kedua tangannya hingga terkepal lalu dihantamkannya kepalan tangannya ke leher paman tirinya hingga tubuh paman tirinya miring ke samping lalu kepalanya membentur tembok dengan keras lalu tubuhnya jatuh kelantai tak sadarkan diri.
Dengan perasaan kesal dan marah, Ayu menendang tubuh paman tirinya berkali - kali walaupun sang paman dalam keadaan tak sadarkan diri. Ketika kemarahannya terlampiaskan, baru tersadar bahwa ia keterlaluan menendangnya. Gaya judo dan systema serta tendangan yang membabi buta tadi yang dilakukannya memang mematikan, mungkin saja sekarang paman tirinya sudah mati.
Buru - buru ia memeriksa titik nadi di lehernya untuk memeriksa denyut jantungnya, dan hidungnya untuk mengecek hembusan pernapasannya sehingga mengetahui apakah masih hidup atau tidak. Setelah diperiksa syukurlah ternyata masih hidup. Tapi nanti Ayu pasti dihukum oleh mereka, bahkan mungkin dipenjara atas tuduhan percobaan pembunuhan.
Maka dengan kalut segera Ayu kabur dari rumah dengan membawa baju beserta barang - barang penting lainnya yang muat ditasnya sebelum bibi dan sepupunya pulang ke rumah karena tak ada harapan lagi untuk tinggal di rumah ini walaupun penuh dengan kenangan akan kedua orang tuanya, tapi demi keselamatan dan kehormatannya maka Ayu harus segera pergi dari rumah ini.
Ayu memanggil taksi di jalan untuk segera membawanya menuju ke rumah orang tua Aminah. Sewaktu dalam perjalanan, ia baru mengingat apakah Aminah sedang berada di rumah atau ikut berjualan di pasar. Maka ia menyuruh supir taksi untuk mencari telepon umum untuk menelepon Aminah yang nomor teleponnya sudah dihapalkannya diluar kepala karena Ayu masih belum punya handphone karena bibinya sering memeriksa isi kamar Ayu.
Dulu pernah sembunyi - sembunyi punya handphone, hadiah dari kakek Xinxin tapi ketahuan bibinya lalu dipecahkan hingga rusak hpnya. Untungnya waktu itu kartu tabungan tak disimpan di rumah tapi dititipkan di Xinxin, jadi aman tabungannya. Bayangkan bagaimana jadinya kalau tidak, maka habislah uang tabungan hasil jerih payah yang selama ini dengan susah payah dikumpulkan malah berakhir ditangan bibinya.
Sejak itu Ayu tak berani lagi memiliki handphone, takut dirusakin lagi. Sayang kan uangnya, lebih baik uangnya ditabungkan saja untuk keadaan darurat seperti saat ini.
'kring.. kring..kring..' suara telepon. Telepon diangkat dalam deringan ke tiga. Terdengar suara disana "Hallo.. siapa ini?" tanya Aminah.
"Hallo Ami, aku Ayu. Ami ada di rumah?" tanyanya.
"Oh Ayu, ada apa? Cie.. kangen ya.. baru tadi kita ketemu di sekolah, sekarang malah nelpon. Kebetulan sekarang ada di rumah, tapi bentar lagi mau bantu Bundo jualan" jawab Aminah
"Alhamdulillah kalau gitu, Ayu bentar lagi mau sampai di rumah Ami. Jangan pergi dulu ya!" pinta Ayu.
"Hah serius mau ke rumah? Bukannya kamu sekarang gak boleh keluyuran?" tanyanya lagi dengan nada keheranan.
"Iya serius nih, malahan Ayu kabur dari rumah. Hanya keluargamu yang tidak diketahui oleh bibi. Ayu berangkat naik taksi ke situ ya, tunggu! Gak lama kok" terang Ayu buru - buru tanpa menjelaskan secara mendetail langsung ditutup teleponnya.
"ok deh siap" jawab Aminah walaupun Ayu tak dapat mendengar jawabannya gara-gara sudah ditutup duluan.
Karena merasa ada sesuatu yang gak beres, maka Aminah menelepon Kirana yang letak rumahnya dekat dengannya, menyuruhnya untuk segera datang. Lalu dilanjutkan menelepon Xinxin untuk datang juga walaupun letaknya jauh tapi Xinxin punya supir dan mobil pribadi sehingga tak masalah menyuruhnya datang.
Tak lama, datanglah Ayu, disusul Kirana yang keheranan akan kedatangan Ayu dirumah Aminah. Lalu Xinxin setengah jam kemudian. Setelah berkumpul, lalu mulailah Ayu menceritakan kisah yang baru saja dialami di rumahnya atas penyerangan oleh paman tirinya sehingga paman tirinya berakhir babak belur dihajar Ayu. Demi keselamatannya sehingga ia kabur dari rumah.
Lama semalaman mereka berdiskusi bersama keluarga masing - masing yang ikut mendengarkan kisah Ayu dan bersedia melibatkan diri untuk melindungi Ayu dari bibi dan paman tirinya. Bibinya Ayu pasti akan menemui teman - temannya di kelas, terutama mereka berempat yang menjadi sahabatnya karena mereka terkenal di sekolahan. Sehingga Ayu harus mencari tempat aman lain selain sahabatnya.