"Ren Rerera!"
Ini benar – benar kacau. Aku harus berurusan dengan dia? Yang benar saja!
"Super Job Hunter? Mana kartu registrasimu?" Ucapannya menyadarkanku kembali. Aku langsung menyodorkan kartu yang dimaksud.
Wajahnya tampak berkerut kecut. Ia menyipitkan matanya kemudian terbelalak sambil tertawa.
"Baru kali ini ada orang sepertimu? Entah apa yang dipikirkan oleh Great Association terhadapmu. Tetapi, baiklah. Silakan ambil perlengkapanmu di ruangan sebelah sana,"ucapnya sembari menahan tawanya.
Ia kemudian menyerahkan kembali kartu tersebut.
Apanya yang lucu sih? Udah sinting kayaknya orang ini.
Aku pun bergegas menuju ruangan itu. Kuperiksa loker tersebut satu persatu. Tapi tidak terlihat nama ataupun hal yang sesuai dengan informasi yang ada di kartu ini.
Aneh? Apa mereka belum meng-update lokernya? Ternyata Great Association kudet juga ya. Aku ngekeh sendiri.
Cukup lama aku mondar – mandir di ruangan dan berulang kali menghempaskan napas.
"Masih belum?" Ren masuk ke ruangan tanpa aba – aba.
"Aku belum mendapati nama atau ID ku di loker – loker ini—" Tiba – tiba saja ia memukul kepalaku.
"Mana mungkin bisa ketemu! Kau memasuki ruangan yang salah," tukasnya.
"Eh? Tapi ini kan ruangan hero in training? Aku sudah lihat kok."
"Iya memang benar ini ruangan hero in training. Kau salah lihat apa yang ada di kartumu itu. Coba perhatikan!"
Aku pun mencermati kartu itu lagi.
Hero – in – Training – C – S …
"Hero – in – Training – C – S? Apa maksudnya CS ini?"
"Itu nama ruangan yang harus kau masuki. Ruangan ini ada di sana." Ren menunjuk ada sebuah pintu lagi di dalam ruangan. Tulisan yang terpampang sama persis dengan yang ada di kartu ini.
"Aku menunggu di luar. Jika lebih dari lima menit aku akan manambah hutangmu sebesar 1 dolar per detik yang terbuang." Ia keluar sambil tertawa gak jelas.
5 menit kemudian …
"Sepertinya sudah lengkap. Baiklah mari kita lakukan pelatihannya."
"Boleh aku bertanya sesuatu, Ren?"
"Panggil aku Kapten!"
"Boleh aku bertanya sesuatu, Kapten?"
"Silakan."
Aku pun mencoba menyatukan segala kemungkinan dan beragam nalar mengenai ini, tapi tetap saja …
"Bukankah ini Great Association yang mengurus tentang Pahlawan atau semacamnya?"
"Iya benar."
"Bukankah seharusnya kostum di sini lebih nyentrik atau semacamnya? Seperti suparman gitu?"
Ia mengangguk – angguk.
"Lalu …" Aku memegang baju dan sesuatu yang tidak pantas disebut sebagai senjata dan melanjutkan ucapanku, "Kenapa aku berpakaian layaknya Cleaning Service begini? Bukankah seharusnya aku berpakaian yang lebih gagah begitu seperti pakaianmu, contohnya."
Mata Kapten terlihat berkaca – kaca. Ia pun meletakkan tangan kanan di pundakku seraya berkata, "Anak muda …setiap perjuangan itu dimulai dari tingkat terendah. Tingkat yang terhina! Baru engkau bisa beranjak naik ke tingkat yang lebih tinggi."
Perkataannya itu benar – benar membuatku tergugah.
"Jadi maksudmu, setelah jadi cleaning service untuk sementara waktu, aku bisa jadi Hero tingkat C?" ucapku penuh dengan kekaguman terhadapnya.
"Tidak seperti itu. Tapi dari Cleaning Service engkau diangkat naik pangkat menjadi Super—"
"Super Hero?!" sambarku.
"Super Cleaning Service!" tandasnya.
Hatiku yang bagaikan kaca, retak. Setelah menaikkan harapanku, ia menjatuhkanku.
Sialan!
"Sudah cukup bertanyanya. Sekarang pergi ke lantai 5 dan lakukan sesuai dengan perintah." Ia pun berbalik pergi dan masuk ke ruangannya.
Langkahku benar – benar terasa berat. Aku seorang lulusan S1 jadi Cleaning Service? Bagaimana mungkin?
Melihat ruangan yang begitu besar dengan pekerjaanku yang kecil ini membuatku jadi minder. Napasku terbuang sia – sia.
Setibanya di tempat itu, aku mellihat beberapa orang yang berpakaian yang sama denganku.
Jadi, benar – benar cleaning service, kah?
Dengan membawa senjataku yakni kain pel dan ember, kumulai perang melawan bakteri – bakteri di lantai. Dengan kekesalan yang kukonversi menjadi semangat yang menggebu – gebu, semua kugarap dengan kencang.
"Wah, kamu semangat sekali ya."
Aku berbalik badan mencari sumber suara. Itu dia.
"Oh? Bukannya engkau yang tadi pagi?"
"Yap. Rayfa. Kamu?"
"Aku Rahl. Kamu seorang Elf ya?" ujarku sambil menunjuk telinganya yang meruncing ke atas.
Tadi pagi aku tidak melihatnya sama sekali karena rambut panjangnya diuraikan ke bawah.
"Yap. Hehe, ketahuan ya?"
"Tentu saja ketahuan. Ngomong – ngomong kenapa kamu malah menjadi CS sepertiku? Bukankah elf bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih layak lagi?"
"Ssstttt!!" Ia menyuruhku diam.
Tangannya menunjuk ke arah lantai tiga yang ada di bawah kami. Dari tempat kami berdiri, aku bisa melihat sekelompok orang berjalan dengan pakaian yang nyentrik banget.
"Itu dia!" ujarnya.
"Dia?" Aku menoleh ke arah orang yang dia tunjuk, "Maksudmu orang yang berambut keperakan tersebut? Emang dia siapa sih?"
"Heee! Kamu tidak tahu? Dia itu Lazard Dragnite, Hero dengan peringkat satu di ranking SS. Dan di sampingnya itu sang partner, Rigar ca Zilda, seorang manusia setengah elf, berada di peringkat 5 di ranking SS. Benar benar pasangan yang romantis!" Ia riang tak karuan.
"R-romantis?" Aku kebingungan dengan maksudnya, "Emangnya apa hebatnya peringkat SS itu? Apa bedanya dengan peringkat S atau A?"
"Engkau tidak tahu, Rahl? Kamu benar – benar kasihan ya …" Ia tersenyum polos.
Dari sorot matanya itu, aku sadar kalau aku sedang dikasihani.
"Begini, ranking di Great Association terbagi atas empat rangking utama, yakni S, A , B dan C. Sementara Ranking SS itu hanya diberikan kepada mereka yang diakui oleh Eksekutif Great Association karena kehebatan mereka. Ranking ini hanya terdiri dari 5 orang saja di dunia."
"Jadi maksudmu, hanya ada 5 orang saja yang akan diberi gelar ranking SS tersebut?"
Ia mengangguk.
"Pasti mereka punya kekuatan supranatural yang luar biasa makanya bisa masuk ranking tersebut," lanjutku.
"Tidak – tidak. Pahlawan yang ada di Great Association tidak hanya mereka yang memiliki kekuatan super saja, bahkan sebahagian dari mereka tidak memiliki kekuatan super. Seperti Alisha Aswa."
"Alisha?!"
"Yap. Alisha seorang yang memiliki peringkat 10 di ranking S."
"Eh? Bagaimana bisa?"
"Karena yang dijadikan tolak ukur adalah seberapa besar manfaat dan kontribusi bagi masyarakat. Apakah kau tahu tentang Mister Konolagi?"
"Oh, maksudmu pria yang di poster kebersihan tiap minggu itu?"
"Yap. Dia adalah seorang hero kelas S di peringkat 33. Walau dia seorang tukang bersih – bersih namun kontribusinya tidak bisa diremehkan," Rayfa mulai berlagak sok dan dilanjutkan dengan tawa yang menawan. "Tentunya aku juga bisa seperti mereka."
"Rayfa! Sedang apa kau berbisik – bisik di sana? Cepat kerja!" Seorang pria tua berteriak dari kejauhan.
"Oke! Aku datang. Nanti kita sambung lagi ya, Rahl. Dah!" Ia pun pergi.
Aku tidak pernah menyangka, kalau tukang bersih – bersih bisa jadi Pahlawan ranking S. Kalau begini, aku tidak keberatan melakukan bersih – bersih. Dengan adanya dia, aku rasa tidak apalah jadi seorang cleaning service, yang penting happy.
Kali ini, aku benar – benar kegirangan.
~000~
"Capeknya ...." Kurenggangkan seluruh ototku. "Pekerjaan seperti ini benar – benar melelahkan."
Kucoba serileks mungkin untuk menikmati waktu istirahat.
Mail~ Mail~ Mail~
Ponselku berdering.
Aku membukanya dan mengecek pesan yang kuterima.
Terlihat nama 'Alisha'. Ah, ternyata dia.
Kubuka pesannya, dan di sana tertulis ....
'Bagaimana pekerjaanmu? Pasti mengejutkan, ya? Hahahaha. :D
Tapi tenang saja, setidaknya kamu tidak lagi Super Duper NEET. Dan maaf kalau tidak sesuai dengan khayalanmu. Oh ya, Saat ini aku sedang berada di persidangan dan berkumpul dengan seluruh perwakilan negeri yang ikut tergabung di GUN. Mereka semua luar biasa lho. Apalagi ada Grandorus di sini! OMG! Dia keren banget! Tidak seperti seseorang yang kukenal. Sudah dulu ya. Dah~'
'Dah~' Jidatmu!
Engkau benar – benar menipuku, Alisha! Lain kali akan kubalas kau.
Bagaimana engkau bisa menjadi hero ranking S sementara aku seorang Cleaning Service? Tega benar engkau, Alisha. Bukankah aku temanmu? Setidaknya engkau bisa jadikan aku ranking C gitu, kek?
"Namun, aku tidak boleh patah semangat! Aku yakin pasti bisa mengikuti jejak Mister Konolagi," ujarku memacu semangat.
Tiba – tiba, suara sirine yang begitu kencang terdengar menggema di seluruh ruangan. Tulisan tulisan di hologram itu tertulis kata yang sama. <
"Apanya sih yang emergency?"
Bunyi hentakan kaki terdengar semakin jelas. Semuanya seolah melarikan diri dari gedung ini. Lari dari apa?
Aku mencoba mencari salah seorang yang ikutan berlari.
"Ada sesuatu yang berbahaya sedang menuju kemari! Cepat kau kabur juga!"
Aku berhenti. Kemudian mencari jalan untuk menuju atap gedung ini.
Setibanya di atap, aku melihatnya.
Sebuah meteor besar sedang menuju ke sini dengan kecepatan tinggi.
Namun, ada orang lain berada di atap.
"Siapa dia?" gumamku.
Aku pun menghampirinya.
"Hoi! Cepat lari dari sini." Aku mengulangi perkataanku. Namun ia tidak merespon.
Aku memegang kuat pundak dan melihat ke matanya.
Aku terperanjat. Ia seolah tak sadarkan diri.
"Dunia ...," lirihnya.
"Ada apa dengan dunia?" Aku mencoba berbicara dengannya. Namun aku tahu bahwa tatapannya masih saja kosong.
Aku mengguncang – guncang badannya.
Tiba – tiba saja ia tersenyum bagaikan iblis dan berkata dengan lirih, "Dunia akan bergerak menuju hari yang telah dijanjikan."
Kalimatnya itu membuat kepalaku berdengung kuat. Seolah – olah aku melihat fragmen peristiwa – peristiwa yang aneh.
Rahl …jangan pernah coba kau ingat
Rahl …ingat pesanku …
Rahl!!
Suara itu terus berdengung di kepalaku. Rasa sakitnya membuatku perlahan kehilangan kesadaran. Mataku buram. Sekujur tubuhku berkeringat tak menentu.
Ada apa ini?!
"Siapa …kau?" tanyaku pada suara itu.
Namun dengungnya semakin kuat.
Akhirnya semua terasa gelap.
Kesadaranku lenyap.
~000~
Lelaki yang berada di atap itu berjalan mendekati Rahl yang sudah tak sadarkan diri. Ia berbisik pelan ke telinganya.
"Selamat datang, Rahl. Di dunia yang penuh dengan kehancuran, kematian dan keputusasaan. Heehahahahahehehaha—" Lelaki itu pun hanya tinggal bayang – bayang.
Meteor super besar itu tak menunggu apa pun lagi. Ia segera menghantamkan dirinya pada gedung Great Association. Tabrakan itu menghancurkan setiap sendi gedung dan menyebabkan kehancuran total. Momentum yang disebabkan meteor merusak sebahagian besar kota.
Semua beterbangan bagai kapas dan debu.
Jeritan – jeritan manusia berdengungan di penjuru kota.
Tangisan keputusasaan saling bersahutan.
Kematian.
Kehancuran.
Kemusnahan.
Dunia mulai bergerak ke arah yang tidak bisa diduga oleh siapa pun.
Sebahagian dari mereka yang selamat dari jatuhnya meteor itu bersyukur dan ada yang merasa lega.
Namun wajah mereka mendadak pucat. Mereka melihat sesuatu yang membelalakkan matanya.
Masih ada! Meteor besar itu masih ada dan bergerak ke arah mereka. Kali ini meteor itu berjumlah tiga buah.
"Tamatlah kita," ucap seorang penduduk. Ucapan yang sejenis terus berdengungan. Mereka telah putus asa.
Para pahlawan yang masih hidup terus berusaha mengungsikan penduduk. Dengan mengerahkan seluruh kemampuan dan fasilitas yang tersedia, mereka terus bekerja.
Sementara yang lainnya menyerang meteor tersebut. Serangan terhadap meteor itu tidak menggoresnya sedikit pun. Namun setelah beberapa waktu, ternyata meteor itu seperti tidak bergerak. Melayang statis di udara.
"Kapten Ren! Ada panggilan dari Pulau Leaveland!" ucap salah seorang kru pahlawan.
"Perlihatkan!" ujarnya.
Setelah beberapa saat, layar hologram itu bermunculan di berbagai tempat di penjuru kota.
Tampak seseorang yang sedang berdiri di atas meja, di tempat para perwakilan negeri berkumpul. Pria yang di atas itu memakai topeng unik bermotif bilangan hexadecimal. Ia memakai celana jeans dan jaket hijau berlapis cokelat.
"Dunia! Bagaimana dengan hadiah yang aku berikan pada kalian? Bukankah itu sangat indah? Merah yang menghancurkan segalanya. Membuat kalian para pahlawan tidak bisa berbuat banyak. HAHAHAHA!"
Lelaki itu berputar – putar di atas meja kemudian melayang di udara.
Ia menunjuki satu per satu perwakilan di sana.
Hingga ia berhenti dengan menunjuk Grandorus, yang dikenal sebagai pemimpin ras Leaveland.
"Kau! Ya. Kau! Aku akan menghancurkan kau dan dunia kecilmu. Aku juga akan menghancurkan seluruh negeri kalian."
Saat itu, seluruh panggilan dari berbagai negeri yang terikat perjanjian dengan Great Association terus meminta bantuan akan bencana yang terjadi.
"Maksudmu, kau telah mengancam seluruh penduduk dunia?" tanya Grandorus.
"Hahaha. Benar sekali. Sekarang aku hanya meminta satu hal kepada kalian, jika kalian turuti aku akan melenyapkan meteor tersebut. Dan jika tidak—" Pria berjaket hijau berlapis cokelat itu belum sempat menyelesaikan perkataannya.
Tiba – tiba saja Robert Zing Guan dan Raiza Cla Selvi menyerangnya. Namun malah mereka yang terpental dan menabrak dinding ruangan. Serangan mereka benar – benar tak berarti apa – apa.
"Apa kalian sudah gila, Raiza, Robert?" ucap Getter, "Lelaki di hadapan kalian ini berada pada level yang berbeda dengan kita."
"Apa! Tidak mungkin?" El Marica ketakutan.
Terse hanya bisa menggigit bibir mengetahui kalau hal itu memang benar adanya.
"Tenanglah semuanya. Apa maumu, manusia?" tanya Great Elzardian.
Pria itu tersenyum.
"Simpel. Aku hanya menginginkan kalian untuk saling berperang satu sama lain. Membunuh dan menghancurkan sampai tidak bersisa. Bagaimana?"
"Apa kau benar – benar yakin meteor kecilmu itu bisa menghancurkan dunia? Dasar pemimpi!" tandas Agoueran Lion, Pemimpin dari ras Beastman.
"Dasar bocah yang bermasalah, Kau tidak boleh bermain – main dengan kami, Nak," sambung Great Elzardian.
"Apakah kalian yakin?" Lelaki itu tersenyum licik, "Baiklah. Aku akan berikan kalian waktu 20 detik untuk berpikir. Di mulai dari sekarang."
Jarum detik di jam tangan lelaki itu terus bergerak.
Sementara para perwakilan terlihat gencar. Sibuk berbicara dengan pengawal mereka masing – masing. Sebahagian lagi tetap tenang.
"Baiklah. Sudah 20 detik. Aku minta jawaban kalian."
"Aku menolak!" ucap Great Elzardian
"Aku juga," ucap Getter.
"Aku juga tidak setuju," lanjut Lion.
Kalimat senada pun terus bersahutan.
Semua perwakilan menolak keinginan lelaki tersebut.
"Oh. Sayang sekali. Tapi sebelum kuberikan jawabanku, aku akan memperkenalkan diri. Namaku Rahl(?). Pemimpin dari New Order. Kami akan mengubah dunia ini menjadi lebih baik."
Kemudian lelaki itu turun ke meja. Seluruh pandangan mengarah padanya.
Sementara itu, Alisha masih terkejut saat lelaki itu menamakan dirinya sebagai Rahl. Ia terus bertanya dalam hati, apakah itu Rahl? Alisha yang ikut dalam persidangan hanya bisa diam.
Rahl(?) berdehem. Kemudian merentangkan kedua tangannya.
"Lihat dan saksikanlah. Para pemimpin kalian tidak peduli dengan nasib kalian. Namun tenanglah, karena aku akan memberikan hukuman pada mereka. Selamat tinggal, para pemimpin!"
Rahl(?) dengan cepat menyatukan kedua telapak tangannya. Lalu berteriak,
"Extreme Magic : Despair Judgement!!"
Dalam sepersekian detik, tampak seluruh perwakilan mencoba menyerang Rahl(?). Namun, semua itu terlambat.
Seketika itu seluruh ruangan menjadi bercahaya. Dalam sepersekian detik pula, sebuah lingkaran sihir muncul di atas pulau Leaveland. Kemudian keluar energi yang begitu besar dan menghantam pulau Leaveland. Hantaman energi itu menyebabkan guncangan yang dahsyat.
Pulau Leaveland itu diselimut cahaya penghancur yang tiada banding. Tanah retak. Pepohonan musnah dalam sekejap. Bangunan hancur berkeping – keping. Air laut terdorong karena dahsyatnya kekuatan dari ledakan energi tersebut. Discord Ship-pun beterbangan olehnya.
Detik – detik kehancuran pulau Leaveland itu ditonton oleh seluruh penduduk Earsyia. Bagaikan pilar cahaya yang menembus langit, pulau Leaveland menjadi keping – keping sejarah. Semua mata terbelalak. Tak ada satu pun mengira hal ini akan terjadi. Pulau Leaveland yang merupakan pulau dengan pertahanan terkuat, dihancurkan.
Sementara itu, semua meteor kembali bergerak. Dengan kecepatan tinggi, meteor – meteor menghantam di seluruh wilayah Earsyia secara bersamaan.
Bunyi dentuman yang menggema menjadi melodi syahdu bagi setan durjana.
Darah dan air mata adalah persembahan yang mulia bagi pemuja kerusakan.
Kehidupan damai telah mati.
Ke manakah takdir akan membawa sunyi?
***